Senior Chris

Senior Chris

SUDAH 10 hari saya tidak menerima WA dari senior saya itu: Christianto Wibisono.

Tumben.

Biasanya hampir tiap hari beliau mengirimi saya info. Apa saja. Ekonomi, politik, agama, isi Disway pagi itu, dan –ini yang saya baru tahu– soal usulnya ke Gubernur Ali Sadikin agar membuka judi.

Pak Chris, begitu saya memanggil Christianto Wibisono, meninggal Rabu lalu. Ia senior saya di majalah TEMPO. Ia ikut mendirikan majalah itu di tahun 1971.

Waktu saya masih berstatus magang 3 bulan (1975), namanya masih tercantum sebagai salah seorang direktur di majalah itu. Praktis TEMPO saat itu didominasi orang Pantura: Harjoko Trisnadi orang Semarang, Chris orang Semarang, Goenawan Mohamad orang Batang, Fikri Jufri orang Pekalongan. Dirutnya yang orang Manado: Eric Samola. Baru Pak Eric dan Chris yang meninggal.

Tapi saya tidak pernah melihat Pak Chris di kantor. Saya tidak pernah bertemu. Saya juga tidak pernah bertemu Goenawan Mohamad. Selama tiga bulan itu saya ingin sekali melihat Goenawan Mohamad itu seperti apa. Ia saya dewakan waktu itu. Yang aktif memimpin TEMPO saat itu sastrawan Bur Rasuanto orang Rasuan, Sumsel, yang nama aslinya Burhanuddin. Bur-lah mentor magang saya.

Kelak, tiga tahun kemudian saya baru bertemu Goenawan Mohamad. Bahkan ia-lah yang mengedit tulisan panjang saya, laporan utama soal tenggelamnya kapal Tampomas, –dengan pujian.

Lalu saya pernah diminta mengedit tulisan seorang Redpel TEMPO secara sembunyi-sembunyi. Agar sang Redpel tidak tersinggung. Sampai di situ saya belum juga tahu yang mana itu Christianto Wibisono. Beliau rupanya sudah tidak aktif sejak 1973 –berarti hanya dua tahun di TEMPO.

Pak Chris sebenarnya lahir di Jakarta –tiga bulan sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia. Tapi ia selalu mengatakan dirinya orang Semarang.

Ketika masih kecil, dengan nama Oey Koan Kok (???, Huang Jiang Guo), Pak Chris sudah dibawa pindah ke Semarang. Sekolah di Semarang. Sampai tamat SMAK Kolese Loyola di kota itu.

Tamat SMA ia ke Jakarta. Untuk kuliah di Fakultas Hukum dan Kemasyarakatan Universitas Indonesia. Namun belum setahun jadi mahasiswa UI terjadilah pergolakan 1965.

Mahasiswa UI menjadi pahlawan besar dan kiblat gerakan mahasiswa seluruh Indonesia. Rektor UI saat itu, Prof Dr Ir R.M. Soemantri Brodjonegoro menjadi simbol pengayom gerakan mahasiswa –jauh sebelum jabatan itu jadi bahan ejekan luar biasa di akhir Juli 2021.

Pak Chris aktif di gerakan mahasiswa itu. Ia menjadi wartawan Harian Kami –corong gerakan mahasiswa saat itu. Koran itu dipimpin Nono Anwar Makarim –ayah Mendikbudristek sekarang, Nadiem Makarim.

Bakat Pak Chris di bidang tulis-menulis sudah unggul sejak di SMA. Keasyikannya sebagai wartawan pergerakan membuat kuliahnya tidak terurus.

Apalagi ia kemudian ikut mendirikan Majalah TEMPO. Setelah tidak di TEMPO lagi, Pak Chris kembali kuliah di UI. Di FISIP. Sampai tamat di tahun 1978.

Tanggal 13 Juli lalu, ia masih kirim WA ke saya: hoax mengenai orang yang divaksin yang akan meninggal dua tahun kemudian.

Saya tidak berkomentar karena masih mengecek kebenarannya. Seminggu kemudian barulah saya dapat kepastian –dari India Today– bahwa itu hoax. Sang penerima hadiah Nobel tidak pernah mengatakan itu.

WA-nya yang sangat menarik dikirim ke saya tanggal 2 Juli lalu. Saya sertakan saja di sini sesuai dengan aslinya:

"Saya wartawan itu hobby merangkap profesi. Jadi tidak kenal pensiun. Karena gemar membaca dan menulis sejak SD lalu konkret jadi wartawan menulis apa yang langsung jadi kebijakan konkret.

Tahun 1967 saya usul pembukaan casino utk dana pembangunan SD. Kalau tidak, 600 ribu anak usia sekolah telantar. Langsung dilaksanakan oleh  Gub Ali Sadikin. Saya, yang menulis di Harian KAMI, justru dapat hadiah skuter Lambretta, satu pribadi dan satu utk harian KAMI pimpinan Nono Makarim.

Jadi joke saya, lho ini saya anak buah, karyawan malah setor upeti skuter sama bos. Saya umur 22 waktu itu, mulai jadi wartwan Harian KAMI 1966. Seandainya saya minta saham casino waktu itu, maka tidak akan di TEMPO dan PDBI krn CW langsung sudah jadi konglomerat 1967 ha3x".

PDBI adalah singkatan Pusat Data Bisnis Indonesia. Pak Chris mendirikan lembaga riset dan konsultasi dengan nama itu. Itulah bisnis Pak Chris. Yang masih di lingkungan jurnalisme dan intelektual.

Pak Chris dikenal kritis pada dunia usaha dan pada siapa saja.

Praktik konglomerasi di Indonesia sering menjadi bahasan PDBI. Lengkap dengan pemetaan pemiliknya. Dan gurita bisnisnya.

Itulah sebabnya Pak Chris kurang disukai konglomerat tertentu.

Tahun 1998, ketika terjadi pergolakan politik lagi di Jakarta, Pak Chris sangat terpukul. Putri tunggalnya menjadi salah satu korban kekerasan wanita pada Mei 1998.

Pak Chris langsung membawa putrinya ke Amerika. Menenangkan diri di sana. Berobat di sana. Menyembuhkan trauma di sana.

Lama sekali Pak Chris menetap di Amerika. Bertahun-tahun. Hatinya sangat terluka. Sangat. Sampai sang putri, awalnya, begitu membenci Indonesia.

Sebenarnya Presiden Gus Dur menawarinya pulang. Ia akan dijadikan Menko Perekonomian. Tapi Pak Chris memilih mendampingi sang putri di Amerika. Ia mencoba usaha kuliner di sana. Kurang berhasil.

Ia baru pulang setelah sang putri pulih. Ia melihat kenyataan perlakuan kepada Tionghoa sudah seperti layaknya warga negara lainnya. Tiba di Jakarta ia hidupkan kembali PDBI. Tapi zaman kebebasan sudah tiba. Data menjadi sangat terbuka. Tidak sama lagi dengan ketika PDBI dibangun. Waktu itu data yang dirilis PDBI selalu mengejutkan –Pak Chris bisa mendapat data dengan caranya sendiri.

Karya tulis yang legendaris dari Pak Chris adalah ''wawancara imajiner dengan Bung Karno''. Ia minta tanggapan almarhum Bung Karno mengenai kejadian-kejadian aktual di masa pemerintahan Presiden Soeharto sampai tahun 1978.

Itulah taktik Chris untuk menyindir pemerintahan Soeharto. Buku itu sensitif sekali. Laris sekali. Sampai dilarang dibaca dan diedarkan –bersamaan dengan pemberedelan 7 koran saat itu.

Akhirnya saya sering bertemu Pak Chris: di Istana. Di zaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Yakni ketika beliau menjadi anggota Wantimpres atau anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN).

Setelah itu pun saya masih sering bertemu. Di kantor Pak Chairul Tanjung –diskusi rutin soal ekonomi terkini. Sebelum Covid-19.

Selama Covid, praktis hubungan kami hanya lewat telepon atau WA. Ia sering curhat soal berita di TEMPO. Ia juga sering mem-forward pembicaraan politiknya dengan para politisi.

Tanggal 24 Juni, Pak Chris masih kirim WA soal tokoh-tokoh PDI Perjuangan yang berpotensi jadi calon presiden. Berikut kombinasi pasangan Cawapresnya.

"Pasangan Puan-Anies sulit dilawan calon mana pun," tulisnya. "Seluruh partai akan di belakangnya. Kecuali separo Golkar yang masih dipegang LBP," tambahnya.

Tapi Pak Chris juga meneruskan pembicaraan itu. "Kalau Puan-Anies menang memang akan banyak oposan dari Indonesia Timur". Itu terkait dengan khilafah.

Saya hanya berkomentar pendek. "Anies itu kan lulusan Chicago. Juga rektor Paramadina yang Islamnya begitu sekuler. Kok masih diasosiasikan dengan khilafah ya?" tulis saya.

Ia tidak langsung menanggapi. Ia tahu persis siapa Anies. Ia mengirim kesimpulan:

"PDIP punya 4 paket. Yang mana mau digunakan, hak prerogatif ketua umum. Kita lihat sampai jelang deadline di 2023. Sekarang baru arena pemanasan, adu gagasan, ruang imajinasi-komunikasi, dan curah harapan. Menghibur tp tdk menentukan...".

Pak Chris begitu ingin melihat apa yang akan terjadi di tahun 2023. Saya akan mengabari beliau pada saatnya nanti.... (Dahlan Iskan)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Komentar: 202

  • oi
    oi
  • Tukiyem
    Tukiyem
  • Arief
    Arief
  • Mario
    Mario
  • Astrid Wibisono
    Astrid Wibisono
    • donwori
      donwori
    • Rahma Huda Putranto
      Rahma Huda Putranto
    • Ifan
      Ifan
    • maryam
      maryam
    • Bambang
      Bambang
    • Udon enak
      Udon enak
  • Icul
    Icul
  • Sungsang
    Sungsang
  • Bam'shary
    Bam'shary
  • Aziz
    Aziz
    • Aziz
      Aziz
  • DAHLANIS AKUT
    DAHLANIS AKUT
  • Analisabeneran
    Analisabeneran
    • Politik
      Politik
    • Deni
      Deni
  • Nurkolis
    Nurkolis
    • AnalisAsalAsalan
      AnalisAsalAsalan
  • Whatever
    Whatever
    • MWA
      MWA
    • Ambyar
      Ambyar
    • Kulit harimau
      Kulit harimau
  • Achmad
    Achmad
    • Mario
      Mario
    • Cilukba
      Cilukba
  • AGan
    AGan
  • Arlan
    Arlan
    • Erwin
      Erwin
  • Johan
    Johan
    • Johan
      Johan
  • Ngaca
    Ngaca
    • Whatever
      Whatever
    • donwori
      donwori
  • Sayang Abah
    Sayang Abah
  • Banteng Nipu
    Banteng Nipu
  • Khusnul Maad
    Khusnul Maad
  • Edi Sampana
    Edi Sampana
  • Hehehe
    Hehehe
    • minji
      minji
  • Seranga covid19
    Seranga covid19
  • Fauzan
    Fauzan
  • Liam
    Liam
    • Liam
      Liam
    • Gunturwati Guruh
      Gunturwati Guruh
  • Dildo
    Dildo
  • Arman
    Arman
  • Gus aan
    Gus aan
  • Thamrin Dahlan
    Thamrin Dahlan
  • Buya Payung
    Buya Payung
  • donwori
    donwori
    • donwori
      donwori
  • Bagong
    Bagong
    • Lia
      Lia
    • Liam
      Liam
  • AnalisAsalAsalan
    AnalisAsalAsalan
    • Whatever
      Whatever
  • Susanto
    Susanto
    • Budi
      Budi
  • heiruddin
    heiruddin
  • Dwiyana
    Dwiyana
    • Abu S
      Abu S
    • Whatever
      Whatever
  • abu S
    abu S
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • NKRI
      NKRI
    • Whatever
      Whatever
  • News Ponsel
    News Ponsel
    • Santi
      Santi
  • RK for 2024
    RK for 2024
    • Ridwan
      Ridwan
    • Mimpi kaya
      Mimpi kaya
    • Lia
      Lia
    • Whatever
      Whatever
  • Reza
    Reza
    • Reza Arrak
      Reza Arrak
  • Kalila
    Kalila
    • Whatsver
      Whatsver
  • Wahyu
    Wahyu
    • Pecinta Harry Porter
      Pecinta Harry Porter
    • 11-12
      11-12
  • Denik
    Denik
  • Bunda Syalala
    Bunda Syalala
  • Gianto Kwee
    Gianto Kwee
    • Yudi Wijaya
      Yudi Wijaya
  • Ali Bachtiar
    Ali Bachtiar
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • Vote DI
      Vote DI
  • Tan
    Tan
  • olan
    olan
    • A
      A
    • Kerja keras
      Kerja keras
  • disway disway
    disway disway
  • Coto Makasar Enak.
    Coto Makasar Enak.
    • tunk
      tunk
  • Hoho
    Hoho
    • Hauhau
      Hauhau
    • sugiri
      sugiri
    • Bos Adaro
      Bos Adaro
  • Denik
    Denik
    • Tebar pesona gak laku
      Tebar pesona gak laku
  • Aku
    Aku
  • Bundo
    Bundo
  • Agung
    Agung
  • iono
    iono
    • Iqbal
      Iqbal
  • Pondag
    Pondag
    • Utami
      Utami
    • fans_abah
      fans_abah
    • Koplak
      Koplak
    • fans_abah
      fans_abah
    • Bagong
      Bagong
  • Iqbal
    Iqbal
    • Ik baal
      Ik baal
    • firdaus
      firdaus
  •  Arif
    Arif
  • Emprit
    Emprit
    • sugiri
      sugiri
  • unlekyip
    unlekyip
    • Unomo
      Unomo
    • Praboyo
      Praboyo
  • Teddy 98
    Teddy 98
  • Hariyanto
    Hariyanto
    • Ginan
      Ginan
    • DiswayGL
      DiswayGL
    • Puanies
      Puanies
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • Otolo lolo
      Otolo lolo
  • Gus lurah
    Gus lurah
    • Teddy 98
      Teddy 98
    • Mbah Sangkil
      Mbah Sangkil
    • donwori
      donwori