Asyiknya Naik Bus Amfibi dan Susuri Kota Tua di Quebec City, Kanada

Asyiknya Naik Bus Amfibi dan Susuri Kota Tua di Quebec City, Kanada

Oleh:

Eko Nurcahyo

Staff KBRI Ottawa

Kanada di ujung Benua Amerika penuh dengan keindahan alam serta teknologi transportasi. Terlebih di Quebec City, daerah perbukitan yang dikelilingi dua sungai besar. Di daerah tersebut juga terdapat kawasan Old City atau Kota Tua. Kawasan yang kental dengan warisan budaya Perancis dari masa lalu.

 

GARA-GARA menjalani operasi sinus, aku mendapatkan libur yang cukup dari kantorku. Untuk pemulihan. Saat sedang santai di rumah, Wisnu Aji, kawan yang bekerja di KJRI Toronto tiba-tiba menelepon. Ia bilang ingin mampir. Sekalian mengajak jalan-jalan. Setiba di rumahku, kami mendiskusikan destinasi. Kami sepakat mengunjungi Quebec City.

Pukul tujuh pagi kami sudah bersiap. Kami akan roadtrip. Bepergian naik mobil. Wisnu yang menyetir. Perjalanan dari tempatku ke pusat kota Quebec cukup jauh. Kurang lebih 5 jam. Mengapa kami memilih Quebec City? Karena di situ pemandangannya sangat bagus. Ada kawasan wisata Old Quebec, atau kota tua, yang sangat terkenal di Kanada.

Desember dua tahun silam, aku pernah jalan-jalan ke pusat kota tersebut. Memang pada bulan-bulan itulah Quebec City bersolek. Menjelang Natal, seluruh kota dihias dengan pernik-pernik khas. Pohon cemara, lampu hias, sinterklas, juga pasar kaget yang penuh dengan para penjual makanan, suvenir dan pakaian musim dingin. Di sepanjang jalan dipasang speaker yang memutar lagu-lagu Natal. Rasanya seperti masuk ke Disneyland.

Sekarang, masyarakat Kanada sudah boleh berwisata dan masuk ke ruang-ruang publik. Asalkan mereka membawa print out tanda telah divaksinasi. Bagi wisatawan asing, mereka yang telah divaksin boleh masuk. Asalkan jenis vaksinnya Moderna, Pfizer, AstraZeneca dan Johnson & Johnson. Vaksin lain belum diakui.

Melewati jalan yang naik-turun, akhirnya kami sampai di Quebec City. Sebuah kota dengan warisan arsitektural Perancis. Semua bangunan di sini—sekaligus nama-namanya, khas Perancis. Gedung parlemen di Old City Quebec paling kental nuansa Eropa daratannya. Penuh ornamen dan megah seperti kastil tua.

Berbeda dengan Ottawa. Di sana arsitekturnya banyak dipengaruhi oleh gaya Inggris, karena dulu Ottawa adalah daerah bekas jajahan Inggris.

Hingga kini, Quebec City juga dikenal sebagai kota sirkus. Banyak atraksi pemain sirkus di tepi jalan. Acara sirkus di gedung-gedung pertunjukan pun banyak. Cirque du Soleil, grup sirkus paling terkenal di dunia eksis di Provinsi Quebec. Tepatnya di daerah Montreal.

Pada Mei, setelah sekian lama dicekam pandemi, Quebec City tak seramai dulu. Tapi pesonanya tetap menawan. Sebuah kota yang berada di kawasan perbukitan dan dikelilingi Sungai Saint Lawrence dan Sungai Château Frontenac yang jernih.

Aku dan Wisnu menginap di hotel di tepi Sungai Château Frontenac. Nama hotelnya sama dengan nama sungai. Halaman hotel tersebut berlantaikan papan kayu. Di seberangnya ada tebing terjal. Kalau melihat ke bawah, di sungai tampak feri-feri sedang menyeberang. Juga sejumlah kapal boat yang asyik memacu kecepatan.

Hotel Château Frontenac di atas bukit.

 

Hotel tersebut memang terletak di perbukitan yang tinggi. Jika turun, kita dapat menyusuri tepian Sungai Château Frontenac hingga Sungai Saint Lawrence. Di tepi kedua sungai tersebut dibangun trotoar pedestrian. Banyak dimanfaatkan untuk aktivitas luar ruangan. Seperti olahraga, pemotretan pre-wedding, hingga berkencan.

Di Kanada, termasuk di Quebec City, terdapat bus wisata. Kalau di Ottawa, bus tersebut dinamakan Lady Drive. Sebuah bus tingkat berwarna merah. Yang bagian atasnya terbuka.

Kalau di Quebec, bus wisata semacam itu berbentuk bus amfibi! Bisa berjalan di darat dan mengambang di sungai.

Jika ingin naik, kita perlu membayar 40 dollar Kanada untuk penumpang dewasa. Setara dengan Rp 450 ribu. Sedangkan tarif untuk anak-anak adalah 30 dollar. Alias Rp 340 ribu. Kita bisa berkeliling selama 1 jam. Menyusuri kota tua, kemudian nyemplung dan menyusuri dua sungai besar tersebut. Puas!

BUS WISATA

 

Aku sempat memasuki kawasan permukiman kuno. Berdiri di tengah jalan, kurentangkan tangan. Kanan-kiriku adalah bangunan klasik. Wisnu memotretku. Meski sudah lama tinggal di Kanada, aku tak pernah bosan mengunjungi tempat ini.

Menjelang sore, aku dan Wisnu berkeliling ke sebuah daerah yang dinamakan Old Quebec. Pusat kota tua yang penuh dengan nuansa heritage. Terdapat kedai-kedai di pinggir jalan dengan arsitektur klasik. Lampu-lampu hias sepanjang jalan pun bernuansa jadul.

Kebetulan, saat itu sudah gelap dan turun hujan. Kami berteduh di sebuah kedai. Di jalan, genangan air membiaskan cahaya dari penerangan jalan dan lampu kendaraan. Sangat menawan. Menciptakan spektrum warna yang berkilatan seperti lukisan abstrak kontemporer.

Dua hari kami berlibur di Quebec. Berkeliling plesiran tak kenal lelah. Kami sangat bersemangat. Jika melihat foto-fotoku, wajahku tampak bahagia. Sama sekali tak terlihat seperti orang yang habis menjalani operasi sinus. (Retna Christa-Guruh Dimas-*)

KAFE dengan area outdoor.  

 

RESTO dan pub dengan nama-nama khas Perancis. 

 

BANGUNAN lama di Old Quebec telah dialihfungsikan sebagai museum atau restoran. 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Komentar: 1

  • Emilia Mega
    Emilia Mega