99 pCt v 1 pCt
Mengapa artis dan selebriti dilarang pakai tas dan pakaian bermerek di media? Mengapa games tertentu dilarang untuk anak-anak? Dan mengapa orang tua yang membiarkan anaknya main games itu dihukum? Mengapa pula Jack Ma dari Alibaba didenda sampai Rp 25 triliun?
Tentu saya harus mencari tahu apa yang terjadi di balik semua itu –untuk Disway.
Tidak semudah dulu –ketika saya masih bisa mondar-mandir ke Tiongkok. Sudah dua tahun saya tidak ke sana –sejak sebelum Covid-19. Sekarang pun masih sulit ke sana. Masih ketat sekali. Fokus di sana masih pada penyelenggaraan Olimpiade musim dingin Februari depan. Yang diboikot Amerika dan tiga negara sekutunya itu: Australia, Inggris, dan Kanada.
Akhirnya saya mulai bisa menemukan jawabnya. Mungkin saja itu salah. Ini sama sulitnya dengan menganalisis peristiwa di dalam negeri ini: mengapa Novel Baswedan dkk beneran ditarik ke Polri. Mengapa pula atasan tertinggi mereka di KPK, Firli Burli, juga ditarik kembali ke Polri –dua hari lalu. Kini atasan yang mereka protes itu dan para bawahan yang memprotes itu, sama-sama ada di Polri.
Yang terjadi di Tiongkok juga rumit. Masalahnya menyangkut filsafat negara yang sangat mendasar: tujuan bernegara. Tegasnya: untuk apa negara ada.
Tujuan bernegara itu, di sana, dirumuskan dalam dua kata: Mimpi Tiongkok (??). Seperti yang dilontarkan Presiden Xi Jinping di awal jabatannya dulu.
Tapi apa itu Zhong Meng, tidak segera jelas. Xi Jinping masih memprioritaskan dulu terwujudnya dasar-dasar untuk bisa melahirkan mimpi itu.
Sampai sekarang banyak yang mengira tujuan Tiongkok adalah ini: untuk menjadi negara superpower nomor 1 di dunia. Mengalahkan Amerika. Dan itu kian dekat. Diperkirakan akan terjadi di sekitar tahun 2030.
Baru dua-tiga bukan terakhir saya mendapat bocoran lebih jelas. Ternyata tujuan Tiongkok lebih jauh dari itu. Menjadi nomor 1 itu hanya hasil sampingan. Tujuan utamanya adalah Mimpi Tiongkok: sejahtera dan harmoni.
Sejahtera lewat pembangunan ekonomi dan sosial.
Harmoni akan dicapai lewat pembentukan jiwa manusia.
Mengapa menjadi nomor 1 bukan tujuan utama? "Konsekuensi menjadi negara superpower nomor 1 itu sangat berat. Dan itu tidak ada hubungannya dengan kepentingan rakyat," ujar salah satu sumber saya di sana.
Bisa saja sumber itu bagian dari indoktrinasi, provokasi, promosi dalam sistem komunisme. Tapi sedapat mungkin saya mencoba membedakan mana informasi yang menyesatkan dan mana yang kenyataan.
Yang jelas upaya mencukupi sandang-pangan-papan benar-benar telah tercapai. Tujuan menghilangkan kemiskinan juga baru saja tercapai -atau kalau mau lebih hati-hati, sudah di depan mata.
Persoalannya masih dua: munculnya perbedaan kaya miskin dan terjadinya perubahan moral masyarakat –yang kian mengejar materi.
Indonesia memang bisa lebih bangga: perbedaan kaya-miskinnya tidak semencolok Tiongkok –berdasarkan indeks Gini. Tapi mengejar pemerataan itu, di sana, bisa lebih mudah: kekayaan yang akan dibuat merata itu ada. Cukup. Banyak. Berlebih.
Maka di Tiongkok -masih di kalangan terbatas- kini beredar istilah seksi: 99 persen vs 1 persen. Itu bukan dalam konotasi negatif. Tidak seperti di Indonesia: khususnya soal isu 1 persen penduduk menguasai 59 persen tanah negara (Disway 16/12: Kongres Lahan).
Di Tiongkok, isu itu lebih menyangkut pemahaman umum: di mana posisi negara. Di atas yang 99 persen atau di atas yang 1 persen.
Itu pun tidak dalam arti konfrontasi. Tidak ada pembenturan antara 99 persen itu dan 1 persen itu.
Yang 99 persen pasti diurus oleh negara. Pun yang 1 persen. “Negara berada di atas 100 persen,“ rakyatnya.
Berdasarkan kajian di sana, 99 persen rakyat itu sebenarnya tidak punya banyak keinginan. Yang penting terjamin dasar-dasar kehidupan: pangan, sandang, papan. Ditambah pendidikan. Ditambah lagi kesehatan.
Selebihnya adalah keinginan. Keinginan itulah yang ditunggangi ambisi dan kerakusan. Lalu: ambisi dan kerakusan itu yang merusak kehidupan. Yang pula bertentangan dengan tujuan hidup manusia. Pun bertentangan dengan filsafat hidup Konghucu.
Tapi menjadi kenyataan juga bahwa –berdasar kajian itu– terdapat 1 persen penduduk yang genius. Yang tidak biasa-biasa saja. Yang mampu menciptakan apa pun yang bisa membuat kehidupan lebih mudah.
Lapisan kecil itu pula yang bisa membuat kemajuan di segala bidang. Termasuk di bidang ekonomi dan teknologi.
Maka penting sekali mengakomodasikan yang satu persen itu. Jangan dimusuhi. Tapi juga tidak seharusnya diciptakan iklim agar yang 99 persen ikut-ikutan bergaya 1 persen itu.
Intinya: jangan sampai 99 persen rakyat yang keinginannya biasa-biasa saja itu dirangsang untuk punya keinginan berlebihan. Akhirnya terjadi kerakusan sosial.
Bumi cukup untuk menghidupi kebutuhan seluruh umat manusia. Tapi tidak akan cukup menghidupi kerakusan sejumlah saja penghuninya. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Artikel Berjudul Hanoman MC
Amat
Iya Bang. Perlu evaluasi, pembenahan total. Abang bisa melakukan konsolidasi dulu di tingkat akar rumput. Bikin tim pemenangan yg solid. Elektabilitas Anda masih di atas dibanding kontestan lain (kata Bang Udin Salemo masih peringkat satu). Tidak perlu masuk kabinet pimpinan Bang Dayat. Satu (pertamax) atau oposisi. Itu saja. Salam demokrasi Disway.
rid kc
Ngruwo itulah nama acara resepsi pernikahan yang kadaluarsa untuk adat Jawa.
Arif Kurniawan
Resepsi dgn memasang alat dapur seperti itu adalah mantu bubak di adat jawa biasanya mantu anak pertama atau mantu anak terakhir yg diresepsikan
Admin Palsu
Oh iya sekarang hari minggu.. Paragraf awal tak kira ini tulisan cerita sedih.. Saya pertahankan untuk baca..eh kesini2 cukup cakep..ternyta ini tulisan ttg filsafat hidup, ttg manajemen, dan tentang "kethek"..
Disway 18083963
Dibalik ke simple nya hidup hanoman, ada perjuangan panjang utk bisa mencapainya
Jo Neka
Hanoman harus di angkat jadi MENTERI di kabinet..baru
kang bambang
hidup itu simple, yg ruwet itu keinginan ISTRI
Bapaknya Kembar
Jangan begitu om, dibalik istri yang sukses ada suami yang stress
ah.id hidayat
Seperti acara resepsi perkawinan yang cukup dikendalikan dua orang, hanoman yang serbabisa dan pewara yang menguasai teknologi komunikasi, jangan-jangan negara juga cukup dikendalikan oleh dua orang semacam itu. Perkara siapa pengendali negara, ya mungkin presiden dan salah seorang menteri kepercayaan presiden, mungkin pemimpin partai yang tanpa diam-diam menyatakan bahwa presiden hanya petugas partai dan salah seorang seorang elite kepercayaannyi atau kepercayaannya, mungkin juga--seperti dalam cerita Harry Potter-- "Dia Yang Namanya Tak Boleh Disebut" dan seorang lain yang tak tersentuh seperti di dokumen pandora papers.
Rofi'udin
nikah saya dulu jg simpel. depan rumah gereja. 22 des gereja pasang terop hingga depan rumah. nikah 23 des. ngiras ngirus teropnya ngikut gereja dong, hehehe...
Mojo Sugiarto
Jadi inget temen yg kemarin alih profesi jadi monyet,iya bener jadi monyet di kebun binatang...dikasih baju monyet,trus disuruh atraksi loncat sana sini.. Karena monyet yg sesungguhnya lg sakit.. Dengan imbalan 200rb,akhire dengan antusias dia mau memerankan monyet,full seharian. Penuh improvisasi,loncat sana,loncat sini.. Pas terakhir sangkin semangat nya doi loncat,eh pas jatuh ke kandang macan.. Doi gemetaran,sangkin takutnya.. Tetiba ada macan yg mendekat Udah pucat pasi saja dia.. Eh,ndilalah ko macamnya bisa ngomong... "Ssssst,kamu dr Tegal ya???" ",saya jg dr Brebes.."... Kenalan yuk... Hihi,hidup memang simple y.. Salam...
Hariyanto
Sudah lama tidak membaca dan mendengar kata mengsle. Apakah kata itu bisa di tujukan kepada sebagian anak bangsa yang isi kepalanya sepertinya mengsle. Baik mengsle disengaja maupun mengsle yang tidak disadari.
Edi Siswanto
artikel Minggu Abah selalu memberikan inspirasi. semoga nanti kalo nikah lagi aku mau pakai Hanoman aja. biar praktis . ssstttttt... Ojo omong omong Sik .
Nurkholis Marwanto
Simple life. Kata temen saya memiliki sesuatu itu bisa menghabiskan waktu, dana, pikiran atau sumberdaya yang lain. Untuk merawatnya, menjaganya. Berbeda dengan tidak memilikinya. Tidak ada yang dikorbankan. Hidup bermanfaat untuk sesama.
Aryo Mbediun
Kalo lapar, makan. Kalo suntuk, komen. Kalo suntuk banget, komen di-reply. Kalo sangat suntuk sekali, komen berkali-kali di-reply sendiri.
Leong Putu
Hidup itu sejatinya memang simpel. Kalau lapar : Makan Kalau haus : Minum Kalau ngantuk : tidur Jangan dibolak balik, nanti jatuh.
Sadewa
Hidup itu simple, membaca cerita abah di acara resepsi itu, jadi pengen nikah lagi. Istri langsung mengancam, simple apaan ?. Simple dimalem pertama, malem kedua dan seterusnya bakalan ruwet...
Disway 0709390
Waduh kalo viral weding organizer, mc , organ tunggal dsj bisa kena sapu ini. Semoga mereka baca sebelum terkena
Disway 651030
Salut. Selamat berbahagia buat mempelai. Selamat buat organizer yang luar biasa. semoga banyak orderan lagi. abah kasih nomor nya supaya dipublish.
Bani
Hidup itu simpel dan sederhana, tergantung di kelas mana kita memaknai simpel dan sederhana itu. Yang bikin ribet adalah jika kita ingin pindah ke kelas yg lebih tinggi padahal kemampuan tidak ada.
Pat Kay
Dalam ilmu fisika "gaya" adalah "tarikan" atau "dorongan" yg membuat "perubahan" atau "gerak".... Dalam ilmu sehari-hari, "gaya" adalah "tarikan" rasa iri utk hidup mewah seperti tetangga/teman atau "dorongan" untuk tampil hedonis di medsos agar terlihat terjadi perubahan dalam hidupnya.... Walaupun semu.... Sehingga ujung2nya hidup "bergerak" ke arah yg lebih ruwet........
yea aina
Anda semua pasti tahu jika itu resepsi "pada umumnya" bakal rumit dan berbiaya tinggi. Si Hanoman MC ini pola berpikirnya memang terbalik, serumit apapun resepsi jadi simpel saja pakai cara " sebuah show seorang"
Johan
Salah satu jenis artikel yang saya suka, simple, namun sarat makna, menyentuh sisi humanis, kehidupan sederhana dan semangat gotong royong warga kampung. Pikiran ini tidak terasa melayang-layang mengenang kehidupan masa lalu di kampung halaman. Begitu damai dan tentram. Miskin harta tetapi kaya hati. Namun semua tinggal kenangan setelah tergusur perkembangan zaman, tergusur ketamakan segelintir manusia yang mementingkan megahnya bangunan daripada rindangnya alam yang asri. Terima kasih abah, yang serba bisa, terutama yang bisa membaur dengan semua golongan, yang bisa memberi contoh bagaimana seseorang yang memiliki empati. Dengan dasar ini, layaklah kiranya abah menjadi sosok no.2 yang paling saya kagumi. Maaf ya tidak bisa menjadi yang no.1, itu jatah untuk saya sendiri. Seperti kata kakek saya, semua harus dimulai dari diri sendiri. Salam.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 287
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google