3.780 Pedagang Pasar Turi Mulai Berjualan
PERMASALAHAN Pasar Turi akhirnya terselesaikan di era Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Izin operasional pasar dikeluarkan setelah gedung barunya mangkrak 15 tahun.
”Terima kasih kami sampaikan ke Pak Eri. Ia bisa mencairkan gunung es yang membeku selama 15 tahun,” kata Tim Pemulihan Pasca Kebakaran (TPPK) Pasar Turi Surabaya Kho Ping kemarin (15/3).
Pasar Turi ludes terbakar pada 26 Juli 2007. Api di pusat grosir terbesar di Indonesia Timur itu baru padam setelah tiga hari.
Terjadi skandal terbesar tahun itu. Pasar Turi sengaja dibakar. Banyak kejanggalan yang ditemukan seperti botol bensin hingga api yang muncul di berbagai titik secara bersamaan. Sampai sekarang pelakunya masih buram.
Lima tahun kemudian, Pasar Turi tahap III kembali terbakar. Keanehan muncul lagi. Sebab, lokasinya berjarak 100 meter dari Kantor Dinas Pemadam Kebakaran Surabaya. Tiba-tiba seluruh isi gedung yang berisi 800 stan itu terbakar.
Bangunan pun tuntas pada 2014 dengan investor PT Gala Bumi Perkasa di bawah kendali almarhum Henry J. Gunawan. Saat itu ia menjabat presiden direktur. Terjadi kesepakatan kerja sama dengan pemkot selama 25 tahun.
Pemkot Surabaya tak mau mengeluarkan izin operasional pasar. Terlalu banyak kecurangan yang ditemukan. Mulai gedung yang tidak sesuai IMB, penipuan strata title ke pedagang, hingga masalah internal di dalam perusahaan patungan itu.
”Sekarang izin operasionalnya sudah terbit,” ujar Kho Ping bahagia.
Kho Ping lebih sering di Banyuwangi sekarang. Mengurusi bisnis kafe. Setelah Pasar Turi boleh beroperasi lagi, ia bakal membuka 14 stannya. Rencananya ada 3.780 pedagang lama yang akan berjualan lagi pada 22 Maret.
Pedagang juga minta agar tempat penampungan sementara (TPS) yang ada di depan pasar dibongkar. Tempat itu memang menjadi ganjalan tersendiri. Jika TPS tidak dibongkar, Pasar Turi Baru bisa sepi. Namun, pedagang TPS menolak pembongkaran tersebut.
Tempat itu sebenarnya dibangun untuk pedagang lama. Dalam perkembangannya, Kho Ping mengatakan bahwa stan TPS sudah dipakai orang luar. ”Yang pedagang asli paling cuma 5 persen. Jadi, pantaslah kalau mereka menolak dibongkar,” ucap pedagang konfeksi dan alat elektronik itu. (Salman Muhiddin/Celina Natalia Sitorus)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 0
Silahkan login untuk berkomentar
Masuk dengan Google