100 Hari Invasi Rusia ke Ukraina: Perang Masih Jauh dari Kata Selesai
Yulia Blahodatnyy dan kedua putrinya menengok makam suaminya, Kamis 2 Juni 2022. Ia berduka atas suaminya yang meninggal pada Maret lalu setelah ditembak oleh pasukan Rusia di Bucha Ukraina.-Nytime -Disway.id
KYIV, DISWAY.ID - Seratus hari memasuki krisis keamanan paling parah di Eropa sejak perang Dunia II pecah, kecamuk perang Rusia dan Ukraina belum tuntas, bahkan kian memanas.
Darurat militer, kenaikan harga pangan, dan kekurangan bahan bakar yang melumpuhkan sendi kehidupan, makin membuyarkan mimpi dan masa depan warga Ukraina. Suram, dan perang masih jauh dari kata selesai.
Gesekan terus memanas. Perang opini yang membentuk geopolitik dan ekonomi global ternyata berujung krisisi ekonomi global.
BACA JUGA:Turki Bombardir Pertahanan Amerika dan Suriah
Penduduk di ibu kota Ukraina, Kyiv, perlahan-lahan mulai menerima situasi ini. Sirene serangan udara yang terus menyayat telinga menjadi santapan rutin.
Dikutip Disway.id dari The Sunday Times, Kyiv berangsur normal. Restoran, toko, supermarket, dan bahkan salon rambut telah dibuka kembali. Tapi belum cukup membawa rasa aman.
Sebagian besar barang-barang lokal termasuk daging segar, produk susu dan sayuran, mulai tersedia. Sementara jalan-jalan kini menjadi lebih sibuk.
Ukraina mengklaim telah merebut kembali sebagian kota industri Sievierodonetsk, yang awalnya difokuskan pada serangan Rusia merebut wilayah Donbas timur.
BACA JUGA:Palestina Minta Masyarakat Berkumpul di Masjid Al-Aqsa
Gubernur Provinsi Luhansk Sergiy Gaidai, mengatakan kepada televisi nasional setempat, bahwa pasukan Ukraina telah merebut 20 persen wilayah yang hilang di Sievierodonetsk. “Tidak realistis jika dikatakan kami dalam posisi aman, Rusia akan terus memberikan ancaman,” katanya.
“Begitu kami memiliki cukup senjata jarak jauh bantuan dari barat, kami akan mendorong artileri mereka menjauh dari posisi kami. Lalu apakah Anda percaya dengan kekuataan tambahan ini, infanteri Rusia akan lari?” kata Gaidai.
Militer Ukraina sejak Sabtu 4 Juni 2022 telah memperkuat pasukannya dan menggunakan artileri untuk melakukan operasi penyerangan di kota itu.
Pasukan Rusia memang telah mundur setelah upayanya gagal untuk menguasai kota terdekat Bakhmut dan memutus akses ke Sievierodonetsk.
BACA JUGA:Krisis Pangan Global Sebentar Lagi Terjadi, Putin: Ini Ulah Picik Kebijakan Eropa
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: the sunday times