Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J Bakal Sulit, Dokter Forensik Ungkap Tantangannya

Autopsi Ulang Jenazah Brigadir J Bakal Sulit, Dokter Forensik Ungkap Tantangannya

Brigadir J dan makamnya.--disway.id-disway.id

JAKARTA, DISWAY.ID - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia, Ade Firmansyah mengungkapkan tingkat kesulitan yang akan dihadapi dalam autopsi ulang jenazah Brigadir Nopryansah Yosua Hutabarat alias Brigadir J

"Autopsi ulang ini dapat saja menemui kesulitan, misalnya ada pendarahan atau ada bentuk-bentuk luka yang sudah tidak berbentuk," kata Ade dalam acara di salah satu TV swasta, Jumat, 22 Juli 2022.

"Yang awalnya merah, setelah mengalami pembusukan pasti akan berwarna lebih kehitaman dan untuk luka yang tadinya bulat bisa jadi berbeda lagi," sambungnya.

Ade mengatakan, bahwa kondisi fisik Brigadir J saat ini terus mengalami pembusukan alai sejak dinyatakan meninggal pada 8 Juli 2022. 

BACA JUGA:Roy Suryo Resmi Ditetapkan Sebagai Tersangka, Begini Penjelasan Polda Metro

Menurutnya, proses pembusukan terus terjadi meskipun sudah menggunakan formalin.

"Pada saat dikebumikan tentu saja formalin itu hanya mencegah supaya pembusukan tidak berjalan dengan cepat, tetapi pembusukan tetap berjalan," terangnya.

"Ini pasti akan memengaruhi banyak hal kita akan mengidentifikasi terhadap darah, luka-luka, saluran luka, semuanya pasti akan sulit sekali," imbuhnya.

Secara teknis dan prosedur Autopsi, kata Ade, sama dengan yang sebelumnya dilakukan oleh Polri. 

"Durasi analisis tergantung kepada kondisi jenazah. Dalam kondisi tersulit, butuh waktu satu bulan," jelasnya.

Sementara dalam kasus Brigadir J, lanjut Ade, autopsi hanya akan dilakukan beberapa hari karena kondisi jemaah sudah dikebumikan. Setelah diautopsi, jenazah akan langsung dimakamkan kembali.

"Selanjutnya, tim forensik akan melakukan analisis dan pemeriksaan di laboratorium. Proses ini memakan waktu cukup lama," terangnya.

Di sisi lain, Ade menyatakan bahw pihaknya juga telah membentuk tim khusus untuk menangani autopsi ulang Brigadir J. 

"Tim ini terdiri dari praktisi medis dan ahli akademik," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: