Komisi Suruhan Polisi

Komisi Suruhan Polisi

Ketua Harian Kompolnas Benny Mamoto-Ilustrasi: Syaiful Amri/Disway.id-disway.id

“Kemampuan IPW lebih tajam dan realistis. Coba simak saja apa yang disampaikan. Tajam dan konstruktif. Bandingkan dengan fakta yang terungkap seperti contoh kasus Brigadir J. Seharusnya Kompolnas yang anggarannya dari negara lebih kuat dan konstruktif dalam menyampaikan pandangan,” timpalnya.

Kritik serupa disampaikan Direktur Political and Public Policy Studies (P3S), Jerry Massie. Kebijakan membubarkan Kompolnas sesuatu yang tepat dan menjadi momen penting untuk bersih-bersih. 

“Ini momentumnya pas banget. Bagi Presiden Jokowi membubarkan Kompolnas tak ada dosanya kok. Saya pun sepakat, Benny Mamoto mundur dari Kompolnas. Kalau masih bertahan saya bingung, kok ga tahu malu,” tandasnya.

Sejak awal kasus munculnya tragedi berdarah, Kompolnas hanya mengutip, mencatat, dan menyampaikan data dari Polsek Jakarta Selatan, Polda Metro Jaya, sampai akhirnya ikut-ikutan dalam autopsi ulang Brigadir J. Dengan alasan memiliki kewenangan. 

BACA JUGA:Terbongkar Alasan Polri Belum Tetapkan Tersangka di Kasus Brigadir J, Kompolnas Buat Pengakuan 

“Kalau Kompolnas hanya tukang catat sebaiknya biarkan Humas Polri saja. Sudah bicara salah pula. Sekarang mau membela diri ya sudah telat. Layak Kompolnas dibubarkan,” terang Jerry.

Seperti diketahui, Benny Mamoto menyebutkan bahwa tidak ada yang janggal di kasus penembakan Brigadir J. Pernyataan Benny dianggap tidak mencerminkan berjalannya tugas Kompolnas yang seharusnya berperan dalam perbaikan kinerja Polri.

Pernyataan Benny terkait kasus Brigadir J yang menuai kontroversi disampaikan melalui tayangan Kompas TV pada 13 Juli 2022. Saat itu, Benny menyebut bahwa tidak ada kejanggalan dalam kasus kematian Brigadir Yosua.

Benny mengaku sudah turun langsung mendengarkan keterangan dari tim penyidik di Polres Jakarta Selatan terkait ini.

BACA JUGA:Ada Peran FA Orang Dekat Kapolri yang Diduga Ikut Merekayasa Kronologi Fiktif Polisi Tembak Polisi?  

Dari hasil penelusurannya, kasus ini disebut Benny memang berawal dari pelecehan seksual yang dilakukan oleh Brigadir J terhadap PC, istri Irjen Ferdy Sambo, di kediaman Sambo di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat 8 Juli 2022.

Berangkat dari peristiwa tersebut, terjadi baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E yang berujung pada tewasnya Yosua.

Kronologi ini sama dengan yang disampaikan pihak kepolisian pada awal terungkapnya kasus ini.

Benny juga sempat mengatakan bahwa tidak ada luka sayatan di tubuh Brigadir J, yang ada hanya luka bekas terserempet peluru.

BACA JUGA:Pengakuan Putri Chandrawathi Bisa Menjerat Dirinya Sendiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: