Gelombang Panas di Inggris Tewaskan 3.271 Orang Tahun Ini, Korban Mayoritas Lansia

Gelombang Panas di Inggris Tewaskan 3.271 Orang Tahun Ini, Korban Mayoritas Lansia

Gelombnag panas di Inggris tewaskan 3.271 orang-ilustrasi-

JAKARTA, DISWAY.ID - Gelombang panas di Inggris telah menelan kematian tertinggi pada tahun ini sejak pencatatan dimulai pada 2004.

Chief Scientific Officer Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), Isabel Oliver mencatat, total kematian akibat bencana tersebut mencapai 2.803 kasus selama musim panas tahun ini.

"Kebanyakan korban meninggal berusia 65 tahun ke atas," kata Oliver dikutip dari CNN, Sabtu 8 Oktober 2022.

BACA JUGA:Gegara Ini Bima Sakti Tak Puas Setelah Timnas U17 Indonesia Kalahkan Palestina, Banyak PR Hadapi Malaysia

Menurut Oliver, angka kematian itu tidak termasuk kematian akibat covid-19. Terlebih lagi, jumlah itu bisa saja bertambah menjadi 3.271 bila angka kematian di Wales dimasukkan.

"Perkiraan ini menunjukkan dengan jelas bahwa suhu tinggi dapat menyebabkan kematian dini bagi mereka yang rentan," ujarnya.

"Periode cuaca panas yang berkepanjangan adalah risiko khusus bagi orang tua, mereka yang memiliki kondisi jantung dan paru-paru atau orang yang tidak dapat menjaga diri mereka tetap dingin seperti orang dengan ketidakmampuan belajar dan penyakit Alzheimer," tambahnya.

Oliver menilai, dengan besarnya angka kematian tersebut menunjukan begitu besar bahaya gelombnag panas. 

"Terutama, di tempat seperti Inggris, yang sebagian besar masyarakatnya tidak dilengkapi dengan baik untuk menghadapi gelombang panas yang panjang," tuturnya.

BACA JUGA:Jangan Asal Terobos Banjir, Pastikan Perlindungan Asuransi Terpenuhi

Suhu di Inggris mencapai 40 derajat celcius (104 fahrenheit) yang merupakan level tertinggi yang pernah ada pada 19 Juli lalu.

"Gelombang panas sebagai pembunuh diam-diam karena bisa sama mematikannya dengan peristiwa cuaca ekstrem lainnya, seperti angin topan, atau bahkan lebih. Namun di sisi lain, kesadaran masyarakat akan tingkat ancamannya masih rendah," ujarn para ahli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: