Harga Minyak Mentah Anjlok 2 Persen Imbas Pengetatan Covid-19 di Tiongkok

Harga Minyak Mentah Anjlok 2 Persen Imbas Pengetatan Covid-19 di Tiongkok

Harga Minyak Dunia Anjlok 2 Persen Imbas Stok AS Melimpah-ilustrasi-Berbagai sumber

JAKARTA, DISWAY.ID - Harga minyak dunia anjlok sebesar 2 persen pada awal perdagangan Asia, Senin 7 November 2022.

Turunnya harga minya dunia pada awa pekan ini ditenggarai usai pejabat China menegaskan komitmen mereka terhadap kebijakan zero covid-19.

Dengan demikian, China masih akan mengetatkan mobilitas. Imbasnya, harapan permintaan BBM oleh importir minyak mentah di dunia buyar.

Mengutip CNBC, Senin 7 November 2022, harga minyak Brent tercatat US$96,96 per barel, anjlok 1,7% dibandingkan harga penutupan sebelumnya. Sementara jenis light sweet anjlok 2% menjadi US$90,76 per barel.

BACA JUGA:Jangan Sampai Kehabisan! Penjualan Tiket KA Libur Nataru 2022/2023 Dibuka Hari Ini, Simak Ketentuannya

Sementara, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS jatuh 1,9 persen menjadi US$90,40 per barel.

"Harga minyak turun tajam karena pejabat China berjanji untuk tetap berpegang pada kebijakan nol COVID sementara kasus yang terinfeksi naik di China, yang dapat menyebabkan lebih banyak tindakan pembatasan, menggelapkan prospek permintaan," kata analis CMC Markets Tina Teng.

Di sisi lain, Lonjakan dolar AS, kata Teng, juga ikut membebani harga minyak. 

Kenaikan mata uang dolar AS itu karena kebijakan moneter ketat The Fed yang menaikkan suku bunga.

Padahal, akhir perdagangan pekan lalu, harga minyak sempat meroket hingga 5 persen ditopang oleh sikap agresif bank sentral AS tersebut.

BACA JUGA:Mengenal Sosok Ismail Bolong, Anggota Polri yang Mengaku Setor Rp 6 Miliar ke Komjen Agus Andrianto

Namun pada pada hari Sabtu, pejabat kesehatan mengatakan mereka akan bertahan dengan pendekatan 'pembersihan dinamis' mereka untuk kasus Covid segera setelah mereka muncul atau dikenal dengan Zero Covid.

"Pasar masih menghadapi tanda-tanda melemahnya permintaan minyak dari harga yang sudah tinggi dan latar belakang ekonomi yang lemah di pasar maju," kata analis ANZ dalam sebuah catatan, 

Ia menambahkan permintaan di Eropa dan Amerika Serikat telah turun kembali ke level 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: