Gempa Bumi Kerap Terjadi, Bolehkah Menghubungkan dengan Teguran Tuhan?

Gempa Bumi Kerap Terjadi, Bolehkah Menghubungkan dengan Teguran Tuhan?

Salah satu kondisi pasca gempa bumi di Cianjur-Radar Cianjur-

Dalam hal ini, gempa bumi menurut Abdul Wahab tak mempunyai status khusus yang berbeda dengan seluruh kejadian lainnya. 

Tak ada bedanya antara gempa bumi dan tersandung, jatuh, pegal-pegal, tertusuk duri dan seterusnya. 

Semuanya terjadi atas izin Allah (qadar) dan sudah tercatat proses kejadiannya sejak sebelum alam semesta tercipta (qadla’). 

BACA JUGA:Korban Hilang Pasca Gempa Bumi Cianjur Tersisa 14 Orang, Tim SAR Gunakan Anjing Pelacak

BACA JUGA:Gempa Bumi Guncang Cianjur dan Sekitarnya Lagi dengan Kekuatan Magnitudo (M) 4.1

Ini adalah konteks teologis murni yang letaknya ada dalam hati sebagai bagian dari keimanan seorang Muslim.  

Pertanyaan selanjutnya, apakah ada keterkaitan antara gempa bumi dengan ulah manusia (maksiat)? Dari sisi teologis, jawabannya bisa saja demikian sebab banyak sekali ayat atau hadits yang memberitakan bahwa kejadian-kejadian yang menimpa manusia bisa diakibatkan sebab ulah buruk manusia itu sendiri.

Allah mengingatkan hambanya dengan banyak cara, salah satunya adalah gempa bumi ini. 

Lihat misalnya kisah kaum Nabi Luth yang membangkang hingga mendapat bencana alam hebat sebagaimana digambarkan dalam ayat berikut: فَلَمَّا جَآءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَٰلِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةًۭ مِّن سِجِّيلٍۢ مَّنضُودٍۢ

Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS. Hud: 82)

Namun, apakah setiap bencana gempa bumi atau bencana alam lainnya bisa ditafsirkan sebagai teguran Tuhan? Jawabannya dengan tegas adalah tidak!, sama sekali tidak!. 

"Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dari aspek teologis tak ada kekhususan dalam hal bencana alam dari kejadian apapun. Bila bicara soal teguran Tuhan, maka teks-teks agama Islam menegaskan bahwa semua hal bisa menjadi bentuk teguran Tuhan".

Sakit, rezeki yang sulit, gagal panen, kematian, dan segala ketidaknyamanan bisa menjadi bentuk teguran Tuhan agar seorang hamba kembali mengingat-Nya. 

Rasa berat dan enggan untuk beribadah juga bentuk teguran yang paling nyata.

Selain itu, ada juga teguran yang tampak sebagai kenikmatan, misalnya: Kekayaan, kesuksesan dan umur panjang yang disertai meningkatnya jumlah maksiat. Ini semua adalah teguran paling parah yang diberikan Allah kepada hambanya yang sudah terkunci mata hatinya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: