Siap-siap, Besok Indonesia Akan Dilewati Gerhana Matahari Hibrida
Gerhana Matahari Hibrida merupakan gerhana yang sangat spesial karena jarang terjadi. -BRIN-
Johan menambahkan untuk gerhana Matahari sebagian yang diamati dari Lampung dan dapat diamati di Jakarta yaitu mulai gerhana sebagian pada pukul 09.31 WIB, puncak gerhana sebagian pada pukul 10.44 WIB, dan akhir gerhana sebagian adalah pada pukul 12.02 WIB.
BACA JUGA:Hari Pertama Cuti Lebaran, Lonjakan di Stasiun Pasar Senen dan Gambir
Lebih lanjut Johan menyampaikan bahwa dalam mengamati gerhana Matahari disarankan untuk tidak melihat Matahari secara langsung tanpa menggunakan filter khusus Matahari.
“Alat yang dapat digunakan untuk mengamati gerhana Matahari adalah teleskop yang dilengkapi filter Matahari, kacamata khusus gerhana Matahari, kamera DSLR lensa telephoto yang dilengkapi filter Matahari dan kamera pinhole (lubang jarum),” terangnya.
Menurut Johan, Pusat Riset Antariksa BRIN akan melaksanakan pengamatan di Biak dan melakukan kegiatan penelitian yang terbentuk dalam 3 tim.
BACA JUGA:Berikut Ini Kemudahan Transaksi Perbankan BRI Saat Libur Lebaran 2023
“Tim pertama akan melakukan penelitian Matahari yaitu melakukan prediksi penampakan korona dengan memanfaatkan teknologi artificial intelligence, serta analisis bentuk korona untuk mengetahui fase aktivitas Matahari. Tim kedua melakukan penelitian ionosfer yang mana akan meneliti dampak gerhana matahari terhadap kondisi ionosfer di Indonesia, dan tim penelitian ketiga akan melakukan penelitian geomagnet yaitu meneliti dampak gerhana terhadap aktivitas geomagnet,” papar Johan.
“Dari penelitian-penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak gerhana yang dapat berpengaruh pada teknologi-teknologi di Bumi yang berbasis teknologi antariksa seperti navigasi dan telekomunikasi,” lanjutnya.
“Selain itu, penelitian-penelitian ini dapat menjadi momen untuk melakukan validasi model-model antariksa yang selama ini telah dibuat. Pengujian ini sangat penting untuk mengetahui seberapa baik model yang ada sehingga dampak negatif cuaca antariksa dapat diantisipasi secara akurat,” tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: