Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab, "Bukan Untuk Diperselisihkan"

Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Metode Rukyatul Hilal dan Hisab,

Ustadz Adi Hidayat. Tangkap layar YouTube Adi Hidayat Official--

JAKARTA, DISWAY.ID-- Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H / 2023 M akan terjadi perbedaan antara pemerintah dengan sejumlah organisasi keagamaan di tanah air.

Perbedaan tersebut lantaran adanya metode serta khususnya kriteria yang digunakan dalam penghitungan untuk penetapan 1 Syawal berbeda.

Meski ada perbedaan, semua metode tersebut sesuai ajaran atau tuntunan dari Nabi Muhammad SAW.

  BACA JUGA:Eks Ketum Muhammadiyah Din Syamsuddin Ungkit Sidang Isbat: Hanya Menghabiskan Anggaran Negara

Terkait metode penetapan 1 Syawal, Ustaz Adi Hidayat mengatakan terdapat dua metode yang bisa digunakan dalam penentuan Hari Raya Idul Fitri tersebut.

Dua metodologi tersebut adalah rukyatul hilal dan hisab.

Metode rukyatul hilal (melihat hilal), ungkap Ustadz Adi Hidayat, merupakan metode yang biasa dipraktekkan pada zaman Nabi Muhammad SAW, termasuk dalam menentukan waktu-waktu ibadah harian seperti shalat.

Dijelaskan, metode rukyat sudah menjadi tradisi di era Nabi Muhammad SAW, karena sesuai dengan kemampuan masyarakat pada saat itu.

"Kenapa rukyat? Karena memang pada umumnya di zaman Nabi, masyarakatnya memang tidak bisa membaca, menulis, apalagi menghitung secara kompleks," ujar Ustadz Adi Hidayat, seperti tayang dalam kanal Youtube Adi Hidayat Official.

BACA JUGA:PB Mathla`ul Anwar Tunggu Hasil Sidang Isbat 1 Syawal 1444 H

Menurutnya, faktor kemudahan ialah alasan yang mendasari Nabi Muhammad SAW memilih menggunakan metode melihat hilal.

Sebab pada zaman itu, belum ada yang mampu melakukan analisis perhitungan astronomis.

"Karena kami ini masyarakat yang ummi, kata nabi, tidak ada pakar yang bisa ngitung dengan kompleks sehingga bisa memetakan waktu dengan mudah cepat berdasarkan hitungan. Karena sifatnya demikian, maka yang digunakan pada masa itu adalah melihat (rukyat)," ujar Ustadz Adi Hidayat.

Hal tersebut dikatakan dalam sabda Rasulullah SAW, "Kita adalah umat yang ummi, tidak menulis dan tidak menghitung. Bulan itu demikian dan demikian, yakni suatu kali 29 hari dan suatu 30 hari". (HR. Bukhari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: