Filosofi Ketupat, Simbol Perayaan Idul Fitri Bagi Umat Islam di Indonesia

Filosofi Ketupat, Simbol Perayaan Idul Fitri Bagi Umat Islam di Indonesia

Ilustrasi Ketupat-Freepik/@ tyasindayanti-

Sementara itu untuk istilah laku papat (empat tindakan), masyarakat Jawa mengartikanya dengan empat istilah, yaitu lebaran, luberan, leburan, dan laburan

Lebaran berarti akhir dan usai, yaitu menandakan telah berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan siap menyongsong hari kemenangan. 

BACA JUGA:Kronologi TNI - Polri Ricuh di Kupang yang Berujung Penyerangan Rumah Kapolda NTT

Sedangkan Luberan bermakna meluber atau melimpah, layaknya air yang tumpah dan meluber dari bak air. 

Pesan moral yang hendak disampaikan dari luberan adalah budaya mau berbagi dan mengeluarkan sebagian harta yang lebih (luber) kepada fakir miskin, dengan begitu akan membahagiakan para fakir miskin dan diharapkan angka mengikis angka kemiskinan yang ada di negara kita.

Adapun Leburan berarti habis dan melebur. Yaitu momen untuk saling melebur dosa dengan saling memaafkan satu sama lain, dengan kata lain dosa kita dengan sesama dimulai dari nol kembali. 

BACA JUGA:Pembunuh Bos Oyo Assirot Terancam Hukuman Mati

Yang terakhir adalah Laburan yang berasal dari kata labur atau kapur. Kapur merupakan zat padat berwarna putih yang juga bisa menjernihkan zat cair, dari ini Laburan dipahami bahwa hati seorang muslim haruslah kembali jernih nan putih layaknya sebuah kapur.

Karena itu merupakan simbol kejernihan dan kesucian hati yang sebenarnya. Demikian pesan moral yang hendak disampaikan Lebaran ketupat kepada umat Islam, yang semuanya diyakini merupakan tuntunan yang luhur untuk bagaimana menjadi pribadi yang baik dan luhur di kemudian hari.

BACA JUGA:Akbar Arjunsyah Ungkap Sisi Positif Dilatih Thomas Doll

Ada istilah ‘sayur tanpa garam akan terasa hambar” Demikian kiranya masyarakat Jawa memaknai Idul Fitri tanpa Lebaran ketupat, lebaran ketupat merupakan tradisi baik yang telah lama mengakar kuat dalam benak masyarakat muslim Jawa. 

Harapannya tradisi yang telah lama terjaga ini tetap bisa dilestarikan, dengan begitu mampu menjadi salah satu budaya keislaman yang tidak punah dari tanah jawa. Amin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: