Badai Mocha Hantam Bangladesh dan Myanmar, Ratusan Ribu Penduduk Terancam Dievakusi

Badai Mocha Hantam Bangladesh dan Myanmar, Ratusan Ribu Penduduk Terancam Dievakusi

Topan Mocha dilaporkan mempunyai kecepatan angina mencapai 210 kpj serta membawa gelombang laut setinggi 4 m. -tangkapan layar video twitter@shubhamtorres09 -

JAKARTA, DISWAY.ID – Topan Mucha hantam pantai Bangladesh dan Myanmar pada Minggu 14 Mei 2023.

Akibat hantaman badai Mocha, puluhan ribu warga terancam harus mengungsi ke lokasi yang lebih aman.

Topan Mocha dilaporkan mempunyai kecepatan angina mencapai 210 kpj serta membawa gelombang laut setinggi 4 m.

Diperkirakan badai dengan jalur di Rakhine dan Chin di Myanmar ini akan berdampak lebih dari 2 juta orang.

BACA JUGA:Heboh Foto Penyekapan di Tangga Stasiun Manggarai, Kapolsek Tebet Ungkap Faktanya

BACA JUGA:Bacaleg Partai Buruh Tidak Ada Tokoh Publik dan Artis, Said Iqbal: Semua Orang Biasa dan Aktivis

"Menyelamatkan nyawa adalah prioritas utama kami," kata pejabat bantuan bencana Mijanur Rahman di negara tetangga Bangladesh, yang telah memindahkan sekitar 300.000 orang sebelum badai diperkirakan melanda daratan sekitar tengah hari.

Pekerja bantuan mengkhawatirkan risiko lebih dari satu juta pengungsi Rohingya, di mana terdapat setengah juta anak-anak di antara mereka, yang tinggal di kamp-kamp di kota pantai Cox's Bazar dekat jalur topan.

"Orang-orang yang berisiko sedang dalam proses dipindahkan ke tempat penampungan yang aman dan kami juga mengatur paket bantuan," kata Farah Kabir dari ActionAid Bangladesh.

BACA JUGA:Orangtua Meninggal, Wanita Berhijab Eks Pegawai Ponpes Al-Zaytun Akui Pernah Dipaksa 'Layani' Pimpinan Pondok, Benarkah?

BACA JUGA:Christian Sugiono Dituding Selingkuh, Sering Antar Jemput Sampai Cium Wanita Lain

Sebagian besar pengungsi tinggal di tempat tinggal sementara di kamp-kamp padat setelah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer di Myanmar pada 2017.

Setidaknya 100.000 orang di negara bagian Rakhine yang miskin di Myanmar telah pindah ke daerah yang lebih aman sejak pekan lalu, kata seorang milisi etnis besar dan kantor kemanusiaan PBB (OCHA).

"Kami menggunakan biara dan sekolah sebagai tempat berlindung," kata juru bicara Khine Thu Kha yang merupakan Tentara Arakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait