Detik-Detik Pengunjung Terpesona Fenomena Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa

Detik-Detik Pengunjung Terpesona Fenomena Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa

Momen menjelang fenomena Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa, Kamis 21 September 2023-Prokopim Pontianak-

"Sehingga lebih membuming lagi, tidak hanya dihadiri warga Kota Pontianak melainkan juga oleh turis lokal atau domestik bahkan turis mancanegara," ujarnya.

Pihaknya selalu mengusulkan Pesona Kulminasi Matahari supaya masuk dalam kalender pariwisata nasional.

Peringatan kulminasi matahari digelar dua kali dalam setahun, yakni di bulan Maret dan September.

"Makanya kita harapkan inovasi dan kreativitas pengemasan acara lebih baik, supaya kualitasnya terus meningkat," imbuhnya.

Menurutnya, untuk kawasan Tugu Khatulistiwa ini sudah dilakukan penataan dan rehabilitasi serta perbaikan lingkungan.

Sementara untuk kawasan sekitar masih terkendala masalah lahan karena lahan masih dimiliki TNI AD. Pihaknya terus berupaya bagaimana untuk bisa mendapatkan lahan ini agar bisa dikembangkan.

Tugu Khatulistiwa ini satu-satunya branding Kota Pontianak sehingga tamu ataupun turis yang datang pasti akan mampir ke sini, mereka bahkan merasa tidak ke Kota Pontianak kalau tidak mengunjungi Tugu Khatulistiwa. 

Tugu Khatulistiwa, Ikon Sejarah Kota Pontianak

Kota Pontianak identik dengan khatulistiwa. Kota ini menjadi salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa, garis lintang nol derajat atau biasa disebut sebagai equator.

Kota Pontianak identik dengan khatulistiwa. Kota ini menjadi salah satu kota yang dilalui garis khatulistiwa, garis lintang nol derajat atau biasa disebut sebagai equator.

Di kota inilah dibangun sebuah menara yang diberi nama Tugu Khatulistiwa, sebuah menara yang di bangun oleh tim ekspedisi geografi yang dipimpin seorang ahli geografi berkebangsaan Belanda.

Tugu Khatulistiwa terletak di Jalan Khatulistiwa, Kecamatan Pontianak Utara, Kalimantan Barat. Menuju tugu ini dapat ditempuh sekitar 30 menit dari pusat Kota Pontianak.

Tugu ini dibangun pada tahun 1928 dengan menggunakan ilmu astronomi.

Pengukuran yang dilakukan oleh para ahli geografi saat itu tanpa menggunakan alat-alat yang canggih seperti satelit maupun GPS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads