Kenapa Intoleransi Ekonomi Merusak Tatanan Bonus Demografi?
8 TANTANGAN strategis yang dihadapi Indonesia 5 tahun ke depan versi Prabowo-Gibran. Foto: kapal TNI AL berpatroli di Laut Natuna Utara.-Kemenko PMK-
Islam menegaskan bahwa kualitas hubungan antarmanusia yang paling tinggi itu bukan win-win yang sering dikonversi ke dalam materi atau hal-hal yang bisa dimaterikan, melainkan kasih sayang (rahmatan) dan tolong menolong (ta’awun). Intoleransi muncul karena krisis kasih sayang. Prof. Albert Bandura, pakar psikologi dari Stanford University, menyimpulkan bahwa krisis kasih sayang (dehumanization) adalah akar kejahatan manusia atas manusia lain.
Dua Fungsi Inti Pemimpin
Kitab suci al-Quran menegaskan bahwa hadirnya seorang pemimpin itu untuk dua hal yang paling inti, yaitu menjalankan amanat dan menegakkan keadilan (QS. Ani-Nisa: 58). Tanpa dua hal ini, seorang pemimpin yang mestinya melawan intoleransi, justru malah bersinergi dengan intoleransi yang menggunakan berbagai alibi dan kaki-tangan oligarki.
Untuk menghentikan dampak destruktif intoleransi ekonomi, dibutuhkan kehadiran pemimpin yang pintar secara konsep dan praktik (people of thought and action), berani (courage), dan berhati (peduli dan kasih sayang).
Gagasan radikal Cak Imin yang bertekad mengubah paradigma pembangunan dari bawah ke atas (down to top), dari desa ke ke kota, dan bertekad menjadikan Indonesia yang ‘rahmatan’, akan menjadi terobosan penting untuk mengoptimalkan bonus demografi dan menghentikan laju intoleransi ekonomi. (*)
*) Direktur Sekolah Pendidikan Politik Bina Insan Mulia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: