Terjun ke Politik Praktis, Langkah PBNU Tepat Tapi Salah Arah
KH Imam Jazuli --
Seandainya Gus Yahya dan Kiai Akhyar betul-betul berhasil mengantarkan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menjadi RI 1 dan RI 2, maka upah maksimum yang mungkin diperoleh oleh PBNU-nya Gus Yahya dan Kiai Akhyar adalah konsesi tambang, jabatan menteri dikabinet, Anggran APBN Tahunan untuk Ormas NU atau proyek-proyek kecil berikutnya.
Namun, hal itu akan dibaca secara negatif oleh warga NU dan pihak-pihak di luar NU bahwa struktural NU lebih-lebih pemimpin mereka bisa dibeli. Orang-orang NU akan dicap tidak berkualitas secara mental maupun politik. Mereka tidak mampu mengantarkan kader mereka sendiri menjadi pemimpin negara. Mereka hanya mampu menjadi penarik andong politik orang lain dan hanya sebagai blantik politik. Ini adalah Bukti sangat nyata Mental Inlander masih menghinggapi elit NU khususnya Rois Am dan Ketum.
Berpolitik praktis dengan tujuan jangka pendek, seperti itu, betul-betul menghina martabat kader NU. Andaikan Gus Yahya dan Kiai Akhyar berhasil memenangkan Prabowo-Gibran, itu sama saja menginjak-injak kualitas kader NU. Dan sejak hari ini, tahun 2024, sampai selanjutnya, jangan berharap ada kader NU memiliki keberanian maju jadi capres atau cawapres seperti Muhaimin Iskandar. Dan stigma yang berkembang saat ini bahwa elit NU gampang dibeli benar adanya. Wallahu a'lam bis shawab. (*)
*) Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: