Ini 2 Cara Deteksi Dini Pencegahan Kanker Serviks Sejak Dini

Ini 2 Cara Deteksi Dini Pencegahan Kanker Serviks Sejak Dini

Deteksi Dini Kanker-Ini cara skrining kanker serviks-Freepik

JAKARTA, DISWAY.ID - Kanker leher rahim atau kanker serviks menghantui kaum hawa.
 
Padahal penyakit ini bisa dideteksi secara dini agar tidak terlambat hingga stadium lanjut.
 
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mendukung akselerasi eliminasi kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan nama kanker serviks melalui Rencana Aksi Nasional (RAN) yang diluncurkan tahun lalu.
 
RAN Eliminasi Kanker Leher Rahim berisi empat pilar, di antaranya pilar layanan yang meliputi skrining, imunisasi vaksin Human papillomavirus (HPV), dan tata laksana bagi pasien pra-kanker. 
 
Ada beberapa cara skrining yang dilakukan.
 
 
Cara Deteksi Dini Kanker Serviks
 
1. Menggunakan tes DNA HPV
Untuk skrining fase pertama, Kemenkes menargetkan 70% perempuan berusia 30 hingga 69 tahun diskrining. 
 
Fase kedua, Kemenkes menargetkan 75% perempuan berusia antara 30 hingga 69 tahun melakukan skrining setiap 10 tahun sekali.
 
Metode utama skrining pada dua fase ini akan menggunakan tes DNA HPV.
 
“Kalau skrining, kami akan skrining seluruhnya (perempuan) usia 30 sampai 69 yang belum diskrining menggunakan tes HPV DNA," kata Ketua tim kerja penyakit kanker dan kelainan darah PTM Kementerian Kesehatan dr. Sandra.
 
2. Kotesting dengan IVA
 
Pemeriksaan HPV itu menggunakan (alat) inspekulo sehingga sekaligus dilihat.
 
IVA juga untuk dapatkan lesi prakanker.
 
"Karena lesi prakanker itu juga bagian untuk mendapatkan deteksi dini,” lanjut dr. Sandra.
 
Dalam skrining, dilakukan juga kotesting, yakni dua jenis tes secara bersamaan.
 
Selain tes DNA HPV, Kemenkes akan melakukan pemeriksaan Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk membantu mengidentifikasi perubahan sel pada leher rahim.
 
Kotesting ini dimungkinkan karena skrining HPV dilakukan menggunakan alat yang disebut inspekulo agar dokter dapat mengambil sampel jaringan untuk tes HPV.
 
Melalui proses ini, dokter tidak hanya dapat mengambil sampel, tetapi juga mengamati langsung untuk menggunakan IVA untuk mencari tanda atau lesi pra-kanker pada leher rahim. 
 
Skrining ini memenuhi tujuan deteksi dini infeksi HPV dan lesi pra-kanker.
 
Deteksi dini ini agar dapat dilakukan dan tata laksana yang tepat waktu yang meningkatkan peluang sembuh.
 
Untuk tatalaksana, Kemenkes menyediakan jalur pengobatan tepat waktu dan komprehensif bagi perempuan dengan lesi prakanker atau perempuan yang terdiagnosis kanker leher rahim agar memiliki akses terhadap pengobatan dan perawatan yang berkualitas. 
 
 
Infeksi Virus HPV
 
Ketua Himpunan Onkologi Indonesia Dr. dr. Brahmana Askandar yang juga sebagai narasumber pada kegiatan temu media menyampaikan bahwa WHO mengatakan 30-50% kanker dapat dicegah, terutama yang disebabkan oleh infeksi. 
 
“Salah satu contohnya adalah kanker serviks yang penyebabnya karena infeksi karena kanker serviks  jelas diakibatkan oleh virus HPV,” kata Dr. dr. Brahmana.
 
Dr. dr. Brahmana melanjutkan, 90% serviks yang terinfeksi HPV berisiko tinggi sebenarnya dapat tereliminasi melalui tatalaksana.
 
Namun, HPV yang tidak terdeteksi dan tereliminasi pelan-pelan menjadi kanker dan disebut sebagai pra-kanker.
 
Pra-kanker bisa saja menimbulkan keluhan atau tidak. 
 
 
Pentingnya Skrining
 
“Inilah pentingnya skrining rutin bagi perempuan. Ada ataupun tidak adanya keluhan itu harus melakukan skrining rutin, utamanya bagi yang telah seksual aktif. Kenapa harus skirining rutin? Kita skrining rutin itu tujuannya untuk menangkap perubahan dari serviks dan belum menimbulkan kanker serviks,” lanjut Dr. dr. Brahmana.
 
Pentingnya skrining yang dilakukan untuk perempuan agar ketika dokter menemukan kasus abnormal serviks saat skrining maka pasien dapat ditangani dengan segera.
 
Selanjutnya, pasien menerima tindakan-tindakan sederhana untuk membantunya mendapatkan kesembuhannya kembali 100%.
 
Shanty Eka, yang merupakan seorang penyintas kanker serviks dan anggota komunitas kanker CISC, menceritakan perjalanannya sembuh dari kanker setelah melewati masa yang sulit dengan sakit yang luar biasa.
 
Proses penyembuhan dilakukan dengan tindakan operasi, terapi, 25 kali radiasi luar, dan tiga kali radiasi dalam. Ia berharap program eliminasi kanker leher rahim tersebut membantu semua perempuan Indonesia terhindar dari kanker serviks yang berbahaya.
 
“Dengan adanya program eliminasi kanker serviks, saya ingin sekali semua perempuan di Indonesia mendapatkan vaksinasi agar tidak ada perempuan-perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks,” kata Shanty berharap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kemenkes