Mengenal Fenomena Equinox, Besok Ada Konjungsi Venus-Saturnus

Mengenal Fenomena Equinox, Besok Ada Konjungsi Venus-Saturnus

Fenomena Equinox-Mengenal tanda dan kapan terjadinya-NASA

Apa itu fenomena Equinox?

“Bulan maret adalah bulan Ekuinoks musim semi untuk belahan bumi utara, dan ekuinoks musim gugur untuk belahan Bumi selatan. Di bulan ini, akan terjadi beberapa konjungsi planet yang bisa diamati di langit malam,” tulis Instagram resmi Observatorium Bosscha. 

Lalu apa itu fenomena equinox?

BACA JUGA:Gibran Rakabuming Ungguli Platform TikTok: Analisa Tren Pertumbuhan Fenomenal

Menurut Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), dikutip dari Universitas Insan Cita Indonesia, fenomena equinox ditandai dengan Matahari yang berada tepat di khatulistiwa.

Akibatnya, panjang durasi malam dan siang di seluruh dunia menjadi hampir sama, yaitu 12 jam.

Pada hari biasanya ada belahan Bumi yang akan condong ke matahari. Khatulistiwa atau ekuator akan miring 23,4 derajat terhadap bidang edar Bumi mengitari matahari.

Namun, ketika ekuinoks, pembiasan atmosfer terjadi, posisi Bumi tegak sehingga Matahari akan tepat terbit di timur dan tenggelam di barat.

Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun.

Pada bulan Maret (ekuinoks musim semi) menandakan hari pertama musim semi dan pada bulan September (ekuinoks musim gugur) menandakan hari pertama musim gugur di bagian Bumi utara.

Hal sebaliknya akan terjadi di belahan Bumi selatan.

BACA JUGA:3 Gerhana Bakal Terjadi di 2024, LF PBNU Ungkap Fenomenanya

Sedangkan untuk wilayah khatulistiwa, pada bulan Maret merupakan peralihan musim hujan ke kemarau dan pada bulan September merupakan peralihan musim kemarau ke hujan.

Selain perubahan musim, ketika fenomena ini terjadi, menyebut Bumi akan terasa sedikit lebih panas.

Menariknya, jika berada di kota-kota yang dilewati garis khatulistiwa seperti Bonjol dan Pontianak di Indonesia atau Quito di Ekuador dan Nairobi di Kenya ketika equinox, kita tidak akan menemukan bayangan kita di siang hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: observatorium bosscha

Close Ads