Presiden Guyana Viral, Bertengkar dengan Wartawan dalam Wawancara Isu Perubahan Iklim

Presiden Guyana Viral, Bertengkar dengan Wartawan dalam Wawancara Isu Perubahan Iklim

Presiden Guyana dalam Wawancara dengan BBC-Viral berdebat soal perubahan iklim-BBC/YouTube/News18

Hal ini jelas membuat Ali marah.

“Apakah Anda berhak memberi tahu kami tentang perubahan iklim? Saya akan memberi kuliah kepada Anda tentang perubahan iklim. Kami telah menjaga hutan ini tetap hidup sehingga kalian dapat menikmatinya dan dunia dapat menikmatinya, yang tidak Anda bayar untuk kami, yang tidak Anda hargai. Tebak apa? Kita mempunyai tingkat deforestasi terendah di dunia! Tebak apa? Bahkan dengan eksplorasi minyak dan gas terbesar sekalipun, kita masih akan tetap berada pada posisi net zero,” katanya.

Bolak-balik antara jurnalis BBC dan Presiden Guyana mengingatkan kita pada perdebatan seputar isu imperialisme karbon.

Imperialisme karbon adalah istilah yang digunakan oleh negara-negara berkembang yang merasa negara-negara Barat dan Utara memaksakan pandangan mereka mengenai perlindungan lingkungan tentang emisi karbon.

Guyana memiliki cadangan sekitar 11 miliar barel dan itu berarti pertumbuhan per kapita Guyana dapat meningkat karena ladang minyak ini dapat mengubah negaranya menjadi negara maju.

Banyaknya minyak dan gas di bawah perairan pesisirnya menjadikan negara ini berada di peringkat 20 besar, setara dengan negara-negara seperti Norwegia, Brasil, dan Aljazair.

BACA JUGA:Kampus Hijau, Mahasiswa Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim di Climate Innovation Acceleration

Menurut Dana Moneter Internasional (IMF), Guyana juga merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Amerika Selatan, dan telah tumbuh sebesar 62% pada tahun lalu.

IMF juga memperkirakan bahwa produk dalam negeri per kepala akan mencapai $60.000.

Nilainya adalah $11.000 ketika deposit minyak pertama kali ditemukan pada tahun 2015.

Dikutip dari BBC, Guyana berada di antara Venezuela dan Suriname, bekas jajahan Inggris.

Guyana adalah satu-satunya negara berbahasa Inggris di Amerika Selatan.

Sejak kemerdekaan dari Inggris pada tahun 1966, Guyana telah menyaksikan persaingan politik yang sengit antara dua partai utama yang berbasis etnis.

BACA JUGA:Lawan Perubahan Iklim, BRI Targetkan Capai Net Zero Emission di Tahun 2050

Sebagian besar wilayah negara ini ditutupi oleh hutan hujan tropis dan, meskipun kaya akan cadangan bauksit, emas, dan kayu, negara ini secara tradisional berjuang untuk mengentaskan kemiskinan dan menarik investasi untuk meningkatkan perekonomiannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: news18

Berita Terkait