Ekonom INDEF Minta Sektor Industri Dibenahi untuk Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Ekonom INDEF Minta Sektor Industri Dibenahi untuk Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Ilustrasi Pekerja Buruh di Pabrik.-ist-

JAKARTA, DISWAY.ID - Setelah salah satu perusahaan tekstil terbesar, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), resmi dinyatakan pailit.

Sejumlah pihak mulai mempertanyakan mengenai kesejahteraan dan masa depan industri-industri yang ada di Indonesia, terutama yang adanya deindustrialisasi di dunia industri saat ini.

Menurut Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, deindustrialisasi ini tentunya akan sangat berdampak kepada pertumbuhan perekonomian Indonesia. Apalagi ketika Presiden RI Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen di era pemerintahannya.

BACA JUGA:IMF Sebut Ekonomi Indonesia Akan Sulit Tumbuh ke 8 Persen, Ekonom INDEF Ungkap Alasannya

"Kita mengalami deindustrialisasi atau penurunan kontribusi ekonomi. Itu berat kalau mau ada di 8 persen, apalagi kalau kita investasi di pertanian itu nggak akan cepat begitu," ujar Tauhid saat dihubungi oleh Disway pada Senin 28 Oktober 2024.

Menurut Tauhid, penting bagi Pemerintah untuk melakukan pembenahan terhadap sektor industri di Indonesia. Tidak hanya di sektor industri tekstil dan garmen saja, namun juga kepada sektor industri lainnya.

"Saya kira itu harus di industri sekarang, besi dan baja yang menghadapi tekanan produk impor, tekstil, apalagi alas kaki, kimia, itu kan harus dibenahi satu-satu. Kira-kira harus fokus pada industri-industri yang kemudian memberikan efek motivasi ekonomi tinggi gitu," jelas Tauhid.

Selain itu, Tauhid juga menyoroti penurunan daya beli dan tingkat konsumsi rumah tangga di Indonesia. Menurutnya, hal ini jugalah yang menjadi faktor dibalik pelemahan dunia industri yang terjadi saat ini. 

"Ya orang untuk belanja banyak nih, konsumsi itu cepat tumbuh. Tapi kalau menengah ke bawahnya banyak, ya daya belinya akan sulit, tinggi gitu sampai 8 persen begitu. Ketika menengah ke bawah, maka untuk menggait atau mendorong konsumsi rumah tangga berat jalannya, kecuali tadi 60 atau 70 persen menengah ke atas," kata Tauhid.

BACA JUGA:Cerita Raffi Ahmad saat Pertama Kali Tumpangi Pesawat Hercules Bareng Prabowo Subianto

Selain itu, Tauhid juga menambahkan bahwa Pemerintah juga harus mendorong peningkatan lapangan kerja di Indonesia.

"Daya beli sekuncinya hanya peningkatan lapangan kerja yaitu yang paling baik. Ketimbang mengandalkan bansos, bansos itu untuk mengantisipasi inflasi," ujar Tauhid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: