Tunjukkan Perkembangan yang Positif, Kemenperin Singgung Kendala Rantai Pasok Industri Otomotif
Faisol menambahkan bahwa jika pabrik-pabrik otomotif besar di Indonesia yang di dalamnya memiliki rantai pasok yang didukung oleh industri kecil dan menengah tidak dilindungi, tentu akan mengakibatkan persoalan industrial yang cukup panjang. -dok disway-
JAKARTA, DISWAY.ID - Di tengah situasi global yang tidak menentu, industri otomotif Indonesia tetap menunjukkan angka pertumbuhan yang luar biasa.
Tidak hanya itu, baik industri kendaraan bermotor (KBM) roda dua maupun roda empat, keduanya mampu bertahan dengan rantai pasok yang juga terus hidup.
Menurut keterangan Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, industri otomotif dalam negeri menunjukkan kinerja positif dengan menunjukkan angka produksi meningkat sebesar 996 ribu unit, penjualan sebesar 710 ribu unit, ekspor CBU sebesar 390 ribu unit dan impor CBU sebesar 80 ribu unit.
BACA JUGA:KPU DKI Tanggapi Isu Kubu RIDO Ogah Teken di 25 PPK dan Tuntut PSU: Belum Ada Info
“Angka ini setara dengan pertumbuhan sebesar 6,7 persen dari total keseluruhan pada tahun 2023,” ujar Faisol dalam keterangan tertulis resminya pada Senin 2 Desember 2024.
Menurut Faisol, industri KBM roda dua memiliki kinerja produksi sebesar 5,8 juta unit dengan penjualan 5,4 juta unit, dan ekspor CPU sebesar 458 unit sepanjang periode Januari-Oktober 2024.
Kendati begitu, Faisol juga menambahkan bahwa jika pabrik-pabrik otomotif besar di Indonesia yang di dalamnya memiliki rantai pasok yang didukung oleh industri kecil dan menengah tidak dilindungi, tentu akan mengakibatkan persoalan industrial yang cukup panjang.
BACA JUGA:Ternyata Cristiano Ronaldo Orang yang Paling 'Dibenci' Paulo Dybala
BACA JUGA:9 Idol KPop Comeback Bulan Desember 2024, Stray Kids, TWICE, hingga Rose BLACKPINK
Hal itu disebabkan banyaknya tenaga kerja yang terlibat, serta industri yang juga panjang. Selain itu, melihat penetrasi pasar mobil maupun motor listrik dalam dua tahun terakhir, Faisol menilai pasar otomotif akan dikuasai oleh kendaraan motor listrik dalam waktu sekitar lima tahun.
“Karena itu, kita juga harus mulai menyusun langkah atau transisi dari industri berbahan fosil, kemudian elektrik atau kombinasi dua-duanya. Ini yang perlu betul-betul dipikirkan oleh pemerintah sebagai regulator agar industri tidak mengalami kontraksi,” jelas Faisol.
Sejalan dengan hal itu, Ketua Satgas Transisi Energi Nasional Rachmat Kaimuddin menyampaikan beberapa negara tetangga sudah menyiapkan peralihan menuju Electric Vehicle (EV), salah satunya Thailand.
Dengan demikian, kemungkinan pasar otomotif dikuasai oleh kendaraan listrik bukanlah lagi hal yang mustahil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: