Relawan Lain

Menkes Budi Gunadi Sadikin (sebelah kanan pasien) menjenguk pasien pertama bedah jantung di RSV Ben Mboi. -Dokumentasi RSUP Ben Mboi)-
SAAT Anda menerima THR hari ini saya dapat kiriman copy artikel saya sendiri di Disway. Yang mengirim: Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Mungkin beliau mengira saya belum membaca artikel yang saya tulis.
Atau itu sebagai apresiasi pada Disway yang telah menampilkan bakti para relawan ahli jantung untuk daerah perbatasan: di Kupang, NTT dan di Tarakan, Kaltara.
Menkes-lah yang mencari relawan ahli itu. Kini sudah enam orang yang tergabung.
Mereka adalah dr Maizul Anwar (lihat Disway kemarin: Relawan Jantung), dr Prasetyo Eddi (54), RS Sentra Medika, Cibinong; dr Putu Yasa (65) dari RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah; dr Yan Sembiring (50), RSUD dr Soetomo; dr Salomo Purba (54), ES Jantung Harapan Kita; dan tentu Prof Dr Paul Tahalele yang menjadi ketuanya.
Begitu relawan itu sukses melakukan operasi bedah jantung perdana di RS Ben Mboi Kupang dan RSUD dr Yusuf SK di Tarakan, Menkes merasa sangat terharu.
"Cariin dong Paul Paul lain untuk stroke, kanker, dan ginjal," tulis menkes. "Kita bangun layanan kesehatan yang merata di seluruh pelosok Nusantara," tambahnya.
Rupanya rumah sakit baru milik pemerintah pusat di daerah-daerah itu masih kekurangan tenaga ahli. Padahal RSUV sudah dirancang punya keunggulan di bidang jantung, stroke, dan kanker.
Anda sudah tahu: dokter ahli sebenarnya sudah lumayan banyak. Tapi masih menumpuk di Jakarta (65 persen). Rupanya di lingkungan dokter pun berlaku hukum ''ahli follow the money''.
Ada saatnya: dokter spesialis wajib ke daerah. Di daerah ternyata tidak disiapkan peralatannya. Akhirnya para spesialis itu jadi dokter umum. Mubazir.
Ada saatnya: dokter spesialis ternama jadi penentu. Mereka bersedia ke suatu daerah asal permintaan mereka disetujui. Permintaan utama mereka: sediakan alat terbaru. Tentu juga minta gaji yang cukup.
Saya bertemu beberapa spesialis ternama seperti itu. Misalnya dokter ahli ginjal dr Boyke. Ia mau ke Samarinda asal disediakan alat yang, waktu itu, kota sebesar Surabaya pun belum punya. Sampai istri saya operasi ginjal di Samarinda –sekalian pulang kampung. Ahli seperti Boyke merasa lebih bisa menerapkan keahliannya dengan alat itu. Sambil menularkannya ke sejawat dokter di daerah.
Ahli bedah ortopedi terkenal dr Dwikora juga sama: ia ditawari gabung ke suatu rumah sakit. Dwikora mau dengan syarat: dibangunkan fasilitas operasi yang modern, peralatan yang canggih, dan ruang pemulihan yang terlengkap.
Investor follow ahli.
Ada saatnya: pemerintah melangkah duluan. Belakangan ini. Mau membangun rumah sakit megah, membelikan peralatan modern tapi kesulitan menyediakan ahlinya.
Bahkan mau membelikan alat-alat modern untuk RSUD. Seperti membeli cathlab sampai 146 buah untuk RSUD. Yang di Tarakan itu, mesin dan peralatan bedah jantungnya lengkap.
"Mesin HLM-nya paling modern," ujar Prof Dr Paul Tahalele. "Di luar dugaan kami," tambahnya.
Waktu yang berbeda melahirkan situasi yang tidak sama.
Lihatlah ketika pemerintah melangkah di depan dengan pembangunan empat rumah sakit vertikal. Teorinya mudah: rumah-rumah sakit besar yang sudah mapan bisa ditunjuk sebagai pengampu. Dibagi. Siapa mengampu daerah mana. Yang besar menuntun yang kecil. Yang sudah bisa lari menggadeng yang baru belajar.
Di swasta cara pengampuan seperti ini bisa jalan. Grup-grup perusahaan besar dengan mudah menjalankan perusahaan baru.
Di pemerintah tidak demikian. Akan banyak pertanyaan soal legalitas. Soal peraturan. Soal hierarki. Soal tunjangan. Soal komisi. Belum lagi SDM di rumah sakit besar sudah sibuk dengan urusan dirinya sendiri.
Akhirnya lahirlah ide mencari relawan pengampu. Relawan ahli yang punya kemampuan menjadi mentor. Ini relawan murni. Bukan relawan yang dibungkus istilah tim sukses.
Ajaib: di tengah banyak orang berpikir proyek dan "wani piro" ternyata masih ada yang ingat pengabdian.(Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 27 Maret 2025: Relawan Jantung
MZ ARIFIN
Barangkali yg bertugas dari Undip/Karyadi adalah dr Rifqy, karena dia ahli/spesialis jantung yg ada di Semarang. Barangkali. Baranglaut. Barangsungai.
djokoLodang
-o-- ... "Apa itu perfusionist?" "Petugas yang menjalankan mesin jantung HLM". ... + Kalau novelis? = Penulis novel. Penulis cerita. + Oh, begitu. Novelis, penulis novel. Lha kalau penulis cerpen? = Penulis cerita pendek. + Kok malah jadi panjang. Bukan nya cerpenis? = Kalau itu, giliran aku yang tanya: "Cerpenis?? Apa nya yang cer ....?" Tokcer! --koJo.-
xiaomi fiveplus
masih sama dengan komentar kemarin. cerita ini menarik sekali untuk dijadikan film atau drama serial. efeknya bisa bagus buat indonesia jangka panjang. banyak yg habis nonton drakor dengan tema kedokteran jadi terinspirasi untuk jadi dokter. bisa ditanya ke anak-anak muda penghobi drakor. btw soal inspirasi film ke dunia nyata, nyambung juga ke sepakbola. jepang sepakbolanya bagus seperti sekarang, usut punya usut ternyata di antara pemicunya juga dari film adaptasi manga berjudul captain tsubasa. timnas kita biar banyak talenta lokalnya, mungkin bisa dipikirkan juga strategi serupa.
Jo Neca
Dokter spesialis gajinya kalah dari tukang parkir.Sedih bin nelangsa.Ada yang speSIALis omon omon.Gajinya nauzubiilah.Kontrak rumah saja di anggarkeun 50 jeti sebulan.Benar benar negara gemah ripah loh jinawi.Tetapi bagi segelintir rakyat elit.Yang lain..Rakyat elit alias Ekonomi sulit.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
SUASANA "LIVE" OPERASI BEDAH JANTUNG.. Syahdan. Di ruang operasi yang steril, suasana tegang menyelimuti tim medis yang bersiap untuk melakukan bedah jantung. Lampu-lampu terang menyinari meja operasi, menciptakan bayangan dramatis di dinding. Dokter bedah, dengan masker dan sarung tangan, memeriksa alat-alat bedah yang teratur rapi. Suara detak jantung pasien terdengar melalui monitor, menjadi pengingat akan nyawa yang tergantung pada keahlian mereka. Dug, Dug, Dug.. Ketika operasi dimulai, semua mata tertuju pada layar monitor yang menampilkan kondisi jantung pasien. Setiap langkah diambil dengan hati-hati. Sayatan pertama membuat suasana semakin tegang. Tim berkomunikasi dengan cepat dan efisien, mengeluarkan instruksi dan respons yang singkat. Suara alat bedah yang bergetar dan desahan napas tim medis menambah ketegangan. Saat jantung pasien terpapar, semua perhatian terfokus pada detak jantung yang lemah. Ketika dokter berhasil memperbaiki kerusakan, suasana mulai berubah. Tawa dan senyum kegembiraan kecil terdengar saat detak jantung kembali stabil. ### Momen itu, meski penuh ketegangan, menjadi simbol harapan dan kehidupan baru bagi pasien.. Slalu begitu..
Muh Nursalim
saya sudah masuk ruang operasi. ketika semua sudah siap tiba2 dokter bilang, "sik sik sik, ini jantungnya kok begini ?" maka rencana operasi itupun batal. Saya harus dirawat dokter jantung dulu. Nanti kalau sudah beres kaki yang tidak bisa dipakai untuk jalan itu baru akan dioperasi. Dokter jantungpun beraksi memeriksa. Saya coba bertanya, "Jantungku kenapa dok ?". Kelepnya bermasalah. Saya cuma bisa mbatin, apa sebab ini ya kok gampang sekali lelah.
Er Gham 2
Pagar laut hilang tak berbekas. Oplosan pertamax juga berlalu begitu saja. Mungkin banyak kasus korup yang terjadi dan berlalu begitu saja. Gelap.
Jokosp Sp
Masuk hari ke 28 puasa Pak Kiai melanjutkan tausiahnya selesai sholat Isya' : besok sebelum malam takbiran hari raya idul fitri, bapak ibu berkewajiban bayar zakat fitrah. Lebih cepat 2-3 hari sebelum lebih baik, agar panitia syakat bisa bagikan ke kaum fakir miskin di sekitar mushola dan masjid di lingkungan bapak ibu. Tidak syah hukumnya dibayarkan setelah sholat idul fitri, karena itu sudah dianggap sebagai amal jariyah biasa. Dan yang penting lagi......, jangan zakat fitrah pakai plastik atau pakai masker........ Para jamaah sholat isya' dan tarawih banyak pada bingung, maksudnya Pak Kiai?. Ya....... zakat fitrah masak pakai plastik atau pakai masker, yang betul itu pakai beras atau uang. Ha ha haaaaaaaa.......jamaah akhirnya baru paham dan baru bisa tertawa.
Udin Salemo
@pak Jo Neca: Kontrak rumah 50 jt per bulan itu rumahnya seperti apa ya? Fasilitas nya apa saja ya? Pasti itu untuk anggota lembaga negara yang anggotanya hanya kerja omon omon. Bukan disini. Tapi di negara sahabat jauh Mozambik. hahahaha... Sial betul negara itu, sontoloyo punya anggota parlemen yang hanya omon omon punya penghasilan gak normal. Hasil pungutan dari pajak rakyatnya.
Tivibox
"Dokter Komang 41 tahun. Ia operator utama di RSUP Ngurah Rai, Sanglah Bali." Perlu dikoreksi sedikit. Nama rumah sakit itu adalah RSUP Prof. Ngoerah atau lengkapnya RSUP Prof. I Goesti Ngoerah Gde Ngoerah. Jadi, bukan RSUP Ngurah Rai. Prof. Ngoerah adalah salah satu dokter yang ikut merintis RSUP Sanglah. Juga pernah menjadi Rektor Universitas Udayana dan Dokter kepresidenan pada jaman Presiden Soekarno. RSUP Prof.Ngoerah mempunyai Instalasi Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) yang lengkap untuk wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Sedangkan Ngurah Rai (nama lengkapnya I Gusti Ngurah Rai) adalah nama pahlawan nasional dari Bali. Nama beliau diabadikan untuk nama Bandara di Tuban, Kabupaten Badung - Bali. Juga untuk nama jalan arteri yang menghubungkan Bali Selatan -Denpasar-Gianyar dan Klungkung.
Maximilian, CEO Pohon Uang Indonesia
Apakah Anda seorang profesor sekaligus doktor sekaligus dokter yang selama ini masih masygul / prihatin / mengelus dada karena rumah sakit yang Anda kelola masih kesulitan mencari ahli yang sudi menangani bedah jantung di daerah terpencil tempat Anda mengabdi dan bekerja? Jika IYA, mudah solusinya. Telfon menkes, tekan yang bersangkutan agar meneken permenkes tentang program wajib rotasi dokter spesialis dari rumah sakit pusat / rumah sakit besar, ke daerah-daerah terpencil, dalam periode pendek 6 bulan sekali, hingga 12 bulan sekali. Jangan lupa kasih cuan, perks, benefit, di samping insentif. Dengan demikian, akan terpastikan terjadi pemerataan tenaga ahli spesialis bedah, tanpa membebani satu dokter untuk tinggal permanen di daerah terpencil.
Fiona Handoko
Selamat siang bp thamrin, bung mirza, bp agus, bp udin, bp jokosp dan teman2 rusuhwan. "Ini 3 jenis senjata yg dijual 3 anggota tni ke tpnpb opm. Ada M16 seharga rp 30 jt. " Demikian berita di tempo. Co. Tampaknya tni perlu bantuan bpk agus untuk mengaudit senjata dan peluru2 yg ada. Betapa mudahnya mereka memakai senjata beserta peluru. Untuk hal2 yg menurut kita tidak pada tempatnya. Ada senjata dijual ke musuh. Ada peluru yg ditembakkan ke polisi, ada peluru yg ditembakkan ke pengusaha rental mobil. Yang terungkap bisa jadi hanya sebagian kecil. Yg gelap pastilah lebih banyak. Maka kepada bapak2 tni. Benahi diri sendiri. Internal saja masih kacau balau, malah memaksakan diri mengurusi pekerjaan sipil.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
Komentar: 67
Silahkan login untuk berkomentar