bannerdiswayaward

Komentar Sahroni Pasca Sespimen Polri Datangi Kediaman Jokowi, Singgung Post Power Sindrom

Komentar Sahroni Pasca Sespimen Polri Datangi Kediaman Jokowi, Singgung Post Power Sindrom

Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menanggapi peristiwa perwira polisi peserta didik sekolah staf dan pimpinan menengah (Serdik Sespimmen) Polri yang mendatangi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi pada Kamis 17 April 2025 lalu.-anisha aprilia-

JAKARTA, DISWAY.ID - Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menanggapi peristiwa perwira polisi peserta didik sekolah staf dan pimpinan menengah (Serdik Sespimmen) Polri yang mendatangi kediaman Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi pada Kamis 17 April 2025 lalu.

Dia mengatakan tak permasalahkan apabila pertemuan tersebut tidak dipublikasikan.

Namun, ia menilai, apabila kegiatan tersebut dipublikasi maka bisa menimbulkan berbagai perspektif masyarakat.

BACA JUGA:Harga Emas Dunia di Pasar Spot Tembus Angka Tertinggi US $3.431,29, Bagaimana Antam?

BACA JUGA:Hari Bumi 2025, 8 dari 10 Orang Indonesia Peduli Perubahan Iklim

"Kalau ngomong secara pribadi ya, kalau dia tidak upload di ruang publik, gue rasa tidak apa-apa. Tapi kalau di ruang publik, menurut gue kurang pas, karena sekarang Pak Jokowi kan mantan presiden," ungkap Sahroni di Kompleks Parlemen, Selasa, 22 April 2025.

"Kecuali masih presiden, boleh saja. Tapi ini institusi yang notabene lagi sekolah," paparnya.

"Mungkin dapat arahan sewajarnya kalau dia tertutup saja, fine. Tapi kalau di ruang terbuka kan orang anggapannya jadi beda-beda, 'wah ini jangan-jangan Pak Jokowi masih post power syndrome', jadi pengen juga terus tampil," sambungnya.

BACA JUGA:Pelamar PPSU Membeludak di Balai Kota, Rela Antri dari Subuh: Pengen Ngubah Nasib

BACA JUGA:Hotman Paris Tawari Paula Verhoeven Jadi Aspri: Uang Belanja dari Baim Kalah!

Sahroni menambahkan, tindakan Jokowi ini tak patut karena terkesan seperti mantan Presiden yang masih melakukan cawe-cawe, meskipun ajudan Jokowi saat ini, yakni Syarif, juga berasal dari institusi Polri.

"Jadi, sisi positif adalah Pak Presiden pengen ngajarin anak-anaknya lah, ngasih tahu yang baik-baik. Tapi kalau tertutup, wah itu keren banget gitu. Tapi kalau ruang terbuka, menurut kita ya aduh, nanti orang anggapannya wah ini gimana sih gitu," terangnya.

"Tapi kalau memang, kalau tertutup aja, misalnya ngasih tahu kalian ini harus begini, senang gitu. Tapi kalau terbuka, nanti kan anggapannya nanti 'Oh ini tuh Pak Presiden, mantan Pak Presiden kok masih panggil-panggil orang gitu'," jelasnya.

BACA JUGA:Momen Tak Terlupakan! KWI Kenang Kunjungan Terakhir Paus Fransiskus ke Indonesia Setahun Lalu

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads