Bikin Tersenyum Lagi, Yayasan Peduli Anak Bangun Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa
Bikin Tersenyum Lagi, Yayasan Peduli Anak Bangun Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa-Istimewa-
Pada tahun 2019, seiring dengan meningkatnya permintaan dan mencuatnya kisah anak terlantar di daerah terpencil, Yayasan Peduli Anak memperluas misinya ke Sumbawa,
Sebuah pulau tertinggal dengan akses layanan pemerintah yang sangat terbatas dan penelantaran anak merupakan hal tragis yang sayangnya lumrah terjadi.
"Ini sangat memilukan. Kami mendengar kisah anak-anak yang ditinggalkan karena orangtuanya menikah lagi atau pergi merantau untuk bekerja. Ada yang tidur di gubuk terbengkalai. Bahkan, ada yang tidak makan berhari-hari," beber Fetter.
Meskipun menghadapi tantangan logistik besar dalam mengangkut material dari Lombok dan Jawa, serta berbagai hambatan akibat pandemi COVID-19, tim terus bertahan dan tidakmenyerah.
BACA JUGA:Berapa Hari Lagi Lebaran Idul Adha 2025? Simak Informasi di Sini
Kini, berkat donasi dari masyarakat dan perusahaan swasta, Pusat Kesejahteraan Anak di Sumbawa hampir rampung.
Ini bukan penampungan biasa. Ini adalah sebuah desa anak yang sepenuhnya mandiri,dengan dua belas rumah, sekolah, masjid, klinik kesehatan, sport center, dapur yang mampu menyiapkan 900 porsi makanan setiap hari, dan kebun organik yang menyediakan buah serta sayuran segar untuk anak-anak.
asilitas ini akan menyediakan perawatan menyeluruh bagi 300 anak, termasuk 150 anak yang tinggal penuh waktu dan 150 siswa harian dari desa-desa miskin di sekitarnya.
Pusat Kesejahteraan Anak ini juga akan mempekerjakan staf lokal, membeli hasil panen petani sekitar, dan menciptakan efek berantai bagi perekonomian setempat.
Namun saat ini, belum ada satu pun rumah yang dilengkapi perabotan.
BACA JUGA:Niat Ajukan KUR BRI 2025 tapi Punya Tunggakan Takut Kena BI Checking? Ini Solusinya
Tanpa ranjang, 150 anak yang telah dirujuk belum bisa menempati rumah-rumah tersebut. Mereka tetap berada dalam bahaya, tidur di lingkungan yang tidak stabil dan tidak aman, sementara dua belas rumah indah masih kosong dan belum bisa dihuni.
Seperti Obi, 13 tahun, yang terpaksa putus sekolah setelah ayahnya meninggal. Kini ia bekerja di bengkel pemotongan kaca tanpa perlengkapan pelindung, berusaha untuk menghidupi ibu dan adiknya. Ia dan adiknya menderita infeksi kulit yang tidak pernah diobati.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber: