Simbol Kekayaan Budaya dan Syariat, Ini Yang Perlu Kamu Ketahui Sebelum Berkurban
Simbol Kekayaan Budaya dan Syariat, Ini Yang Perlu Kamu Ketahui Sebelum Berkurban-Dompet Dhuafa-
JAKARTA, DISWAY.ID – Setiap tahun, khususnya bertepatan pada tanggal 10 Zulhijah dalam kalender Hijriah, masyarakat muslim di dunia merayakan Iduladha sebagai sebuah refleksi atas kisah Nabi Ibrahim dan Ismail.
Hal itu kemudian termanifestasikan dalam bentuk amalan kurban yang bersifat sunnah muakkad. kurban merupakan simbol ketakwaan hamba kepada Tuhannya.
BACA JUGA:LKC Dompet Dhuafa Skrining Kesehatan dan Edukasi Gigi untuk Lansia di Bantar Gebang
BACA JUGA:Dukung UMKM Disabilitas, Darling Dompet Dhuafa Hadirkan Jamu Segar di HKB Run 2025
Melihat keberagaman masyarakat muslim di Indonesia, ritual tersebut mengalami akulturasi dengan budaya lokal.
Contohnya seperti Tradisi Hadrat yang merupakan budaya lokal di beberapa daerah Provinsi Maluku. Sebelum menyembelih hewan kurban, masyarakat menggelar pawai keliling kampung diiringi musik rebana dan memikul hewan di atas punggung atau bahu.
Lainnya, tradisi lokal di tengah masyarakat Kenagarian Bawan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat juga masih berlangsung hingga saat ini. Yakni menghiasi hewan kurban bak manusia sebelum penyembelihan berlangsung. Alat-alat rias seperti sisir, parfum, dan bedak dipakaikan ke hewan.
Terlihat unik, bukan? Harapannya hewan kurban tak hanya sehat dan layak untuk dikurbankan, melainkan juga berpenampilan menarik.
BACA JUGA:Dua Pekan Pascagempa Myanmar, Dompet Dhuafa Terus Gulirkan Bantuan bagi Para Penyintas
Begitu pula dengan Tradisi Manten Sapi di Pasuruan, Jawa Timur, yang menghiasi hewan kurban bak pengantin perempuan. Sapi yang akan disembelih juga dipakaikan karangan bunga sebanyak tujuh lapis, sebelum kemudian dibungkus kain kafan. Menurut masyarakat setempat, kain kafan merupakan simbol dari kesucian kurban.
Akulturasi Islam dengan budaya lokal sendiri tak menjadi masalah jika kurban tetap dilakukan sesuai syariat. Sekretaris Dewan Pengawas Syariah Dompet Dhuafa, Ahmad Fauzi Qosim menyampaikan bahwa justru akulturasi tersebut membawa nilai positif jika niatnya tak berubah, yakni berkurban karena Allah Swt.
Tradisi-tradisi tersebut juga dapat menjadi sarana syiar ajaran Islam di daerah-daerah Indonesia.
Tradisi lokal dalam pelaksanaan kurban seperti beberapa daerah yang telah disebutkan sebelumnya merupakan bagian dari ekspresi rasa syukur masyarakat atas karunia Allah SWT. Juga menjadi bentuk dari tindakan memuliakan hewan sebelum disembelih, jelas Ustaz Fauzi.
BACA JUGA:Dompet Dhuafa Catat Penghimpunan Ramadan 1446 H Tumbuh 13,79%
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
