bannerdiswayaward

Tarif Resiprokal AS Turun Jadi 19 Persen, Ini Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia

Tarif Resiprokal AS Turun Jadi 19 Persen, Ini Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia

Pemerintah Indonesia berhasil mengejutkan publik dengan disetujuinya usulan penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen-Istimewa-

JAKARTA, DISWAY.ID -- Dalam waktu kurang dari tiga minggu, Pemerintah Indonesia berhasil mengejutkan publik dengan disetujuinya usulan penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen.

Kendati begitu, hal tersebut turut menuai kekhawatiran masyarakat.

Penurunan tersebut juga dibarengi dengan syarat atau ultimatum kepada Indonesia, membeli produk-produk AS dalam jumlah sangat besar, yaitu USD 15 miliar energi, USD 4,5 miliar produk pertanian, dan 50 pesawat Boeing seri 777. 

BACA JUGA:571 Ribu Penerima Bansos Terlibat Judi Online, Kemensos Lakukan Asesmen

BACA JUGA:Pemerintah Siapkan Anggaran Sekolah Rakyat Rp200 Miliar, Per Siswa dapat Rp48 Juta

Sontak, hal ini langsung menuai kritik serta kekhawatiran dari berbagai pihak.

Pasalnya, kesepakatan ini justru membuat Indonesia membeli lebih banyak dari AS hanya demi tarif yang masih tetap tinggi. 

“Dalam teori perdagangan internasional, tarif digunakan untuk melindungi kepentingan nasional dan memperkuat posisi tawar domestik. Padahal barang-barang AS masuk ke pasar Indonesia bebas tarif dan bebas hambatan non-tarif,” pungkas Ekonom sekaligus Pakar Kebijakan Publik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, ketika dihubungi oleh Disway, pada Rabu 16 Juli 2025.

Lebih lanjut, Achmad juga menambahkan bahwa dengan skema ini, AS juga justru mendapat keuntungan ganda: menurunkan defisit perdagangannya dengan menjual lebih banyak ke Indonesia dan tetap memungut tarif impor 19 persen dari produk Indonesia.

“Seharusnya, negosiasi perdagangan yang adil adalah nol persen versus nol persen: barang kita bebas masuk pasar mereka, barang mereka bebas masuk pasar kita, sambil menjaga keseimbangan neraca dagang lewat diversifikasi dan peningkatan nilai tambah domestik,” tegas Achmad.

BACA JUGA:Indonesia akan Beli Pesawat Boeing 777 dari AS Imbas Tarif Impor 19%

BACA JUGA:Prabowo Akui akan Terus Negosiasi dengan Trump Soal Tarif AS: Puas Kalau 0%

Dampak Negatif ke Ekonomi

Di sisi lain, Achmad juga turut menyoroti dampak negatif yang ditimbulkan oleh kesepakatan ini kepada perekonomian Indonesia.

Dampak pertama adalah, impor dalam jumlah masif dari AS akan meningkatkan tekanan pada neraca pembayaran dan neraca perdagangan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Close Ads