Tarif Resiprokal AS Turun Jadi 19 Persen, Ini Dampaknya bagi Ekonomi Indonesia
Pemerintah Indonesia berhasil mengejutkan publik dengan disetujuinya usulan penurunan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen-Istimewa-
Dalam hal ini, pembelian energi USD 15 miliar akan menambah beban devisa.
Pembelian produk pertanian USD 4,5 miliar berpotensi menekan sektor pertanian domestik, dari jagung hingga kedelai, karena kalah bersaing harga dan volume.
BACA JUGA:Resmi Dilantik Jadi Kapuspenkum Kejagung, Anang Supriatna: Rotasi Ini Bagian dari Penyegaran
BACA JUGA:Hari Kebudayaan Bertepatan dengan Ultah Prabowo, Istana: Hanya Kebetulan
“Sementara, pembelian 50 Boeing berarti tambahan utang maskapai nasional, atau menekan cashflow BUMN penerbangan yang selama ini terus disubsidi negara,” jelas Achmad.
Kedua adalah ancaman terhadap lapangan kerja. Menurut Achmad, tarif 19 persen akan menurunkan daya saing ekspor manufaktur Indonesia ke AS.
Sektor padat karya seperti tekstil, sepatu, dan elektronik berisiko mengurangi produksi, bahkan melakukan PHK jika order AS berkurang akibat harga jual naik di pasar mereka.
Ketiga, inflasi dan ketahanan pangan jika neraca pembayaran melemah akibat lonjakan impor dan lemahnya ekspor, rupiah berpotensi tertekan.
“Pelemahan rupiah akan menaikkan harga barang impor lain, mendorong inflasi, dan mengurangi daya beli masyarakat,” pungkas Achmad.
BACA JUGA:16 Napiter Lapas Khusus Sentul Ucapkan Ikrar Setia NKRI, Ditjenpas: Bukti Keberhasilan Pembinaan
BACA JUGA:Tiba di Tanah Air Usai Lawatan Luar Negeri, Prabowo Salami dan Rangkul Gibran
Dengan beberapa dampak ini, Achmad menilai bahwa kesepakatan seperti ini justru menambah ketergantungan pada pasar AS di sisi ekspor dan produk AS di sisi impor. Ini bukan strategi cerdas jangka panjang.
Bahkan, dirinya menambahkan, jika AS menurunkan tarif menjadi 10 persen atau 5 persen sekalipun dengan syarat Indonesia membeli lebih banyak produk mereka, maka itu tetap bukan win-win solution.
Tanggapan Istana
Di sisi lain, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi menyatakan bahwa penurunan besaran tarif resiprokal AS dari 32 persen menjadi 19 persen sendiri merupakan sebuah pencapaian yang luar biasa.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
