bannerdiswayaward

5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Lengkap Kunci Jawaban, Referensi Buat Guru!

5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Lengkap Kunci Jawaban, Referensi Buat Guru!

Contoh studi kasus PPG 2025 lengkap kunci jawaban.--Freepik

Dari pengalaman inilah, saya belajar bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan karakter yang berbeda. Guru harus peka, sabar, dan terus belajar agar bisa memberikan pendekatan yang tepat. Menghadapi anak hiperaktif bukan hanya soal mendisiplinkan, tetapi bagaimana kita membantu mereka menemukan cara terbaik untuk belajar dan mengekspresikan diri secara positif.

BACA JUGA:Apa yang Dimaksud dengan School Well-Being dalam Konteks Pendidikan? Contoh Jawaban Modul 2 Topik 4 PPG 2025

2. Siswa Tidak Fokus di Kelas

Permasalahan: Saya menghadapi siswa yang sering tidak fokus saat pelajaran berlangsung. Ia kerap melamun, bermain dengan alat tulis, atau berbicara sendiri saat saya mengajar.

Upaya Penyelesaian: Saya mencoba untuk melakukan pendekatan personal dengan berbicara empat mata dengannya. Saya juga menerapkan variasi metode belajar seperti diskusi kelompok, media visual, dan ice breaking.

Hasil: Siswa tersebut mulai menunjukkan perubahan. Ia menjadi lebih aktif bertanya dan terlibat dalam diskusi kelompok.

Pengalaman Berharga: Saya belajar bahwa dengan memahami kondisi emosional dan latar belakang siswa sangat penting untuk menentukan pendekatan yang tepat dalam pembelajaran.

3. Menghadapi Siswa Pendiam di Kelas

Sebagai guru Bahasa Indonesia di salah satu SMA negeri, saya pernah menghadapi tantangan saat membimbing seorang siswa kelas X, sebut saja namanya Reyhan. Sejak awal semester, Reyhan terlihat sangat tertutup. Ia selalu duduk di pojok belakang, jarang terlibat dalam diskusi kelas, bahkan ia tidak pernah bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya ketika diberi kesempatan.

Awalnya saya berpikir mungkin Reyhan masih belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Akan tetapi, setelah beberapa bulan, sikapnya tetap sama. Ia hanya berbicara seperlunya, tampak tidak percaya diri, dan sering menghindari kontak mata saat diajak bicara. Hal ini tentu menjadi tantangan, apalagi pelajaran Bahasa Indonesia menuntut siswa untuk aktif berdiskusi, mengemukakan pendapat, serta berlatih berbicara di depan umum.

Saya mulai melakukan observasi dan menggali informasi dari wali kelas serta guru BK. Dari hasil diskusi, diketahui bahwa Reyhan berasal dari keluarga sederhana dan pernah mengalami perundungan saat di jenjang SMP. Hal tersebut memengaruhi kepercayaan dirinya, membuatnya menarik diri dari lingkungan sosial.

Untuk mengatasi hal ini, saya mengambil beberapa langkah. Pertama, saya coba membangun kepercayaan Reyhan secara personal. Saya ajak dia berdiskusi ringan di luar jam pelajaran, bukan soal pelajaran, melainkan tentang hal-hal yang ia sukai. Ternyata Reyhan menyukai musik instrumental dan suka menulis lirik lagu.

Mengetahui hal ini, saya mulai melibatkan Reyhan secara tidak langsung dalam pembelajaran. Misalnya, ketika membahas puisi atau cerpen, saya izinkan dia memilih karya sendiri dan menyampaikan hasilnya melalui tulisan, bukan lisan. Untuk tugas presentasi kelompok, saya beri peran yang sesuai seperti menjadi penata materi atau visual, agar dia tetap terlibat namun tidak merasa terpaksa tampil di depan umum.

Perlahan-lahan Reyhan menunjukkan perubahan. Ia mulai aktif mengumpulkan tugas tepat waktu, mengobrol dengan beberapa teman, dan sesekali bertanya saat pelajaran berlangsung. Di akhir semester, ia bahkan memberanikan diri membaca puisi ciptaannya saat ada kegiatan kelas. Meskipun suaranya pelan, seluruh kelas memberi tepuk tangan - momen yang sangat emosional dan membahagiakan bagi saya sebagai gurunya.

Pengalaman ini memberikan pelajaran penting bahwa setiap siswa memiliki cara tumbuh yang berbeda. Peran guru bukan hanya mentransfer ilmu, tapi juga menjadi jembatan agar siswa merasa aman untuk berkembang. Kesabaran, empati, dan pendekatan yang disesuaikan dengan karakter siswa sangat dibutuhkan untuk menggali potensi mereka yang tersembunyi.

4. Rendahnya Minat Membaca di Kalangan Siswa

Permasalahan: Sebagian besar siswa saya enggan untuk membacakan materi pelajaran dari buku. Mereka hanya mengandalkan penjelasan guru serta catatan di papan tulis.

Upaya Penyelesaian: Saya membuat pojok baca kelas dan memberikan tantangan membaca dengan sistem poin dan hadiah kecil. Saya juga meminta siswa menceritakan kembali isi buku yang mereka baca secara lisan di depan kelas.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel

Sumber:

Berita Terkait

Close Ads