Cantiknya! Dari Pelepah Daun Pisang Bisa Jadi Sustainable Fashion Karya Mahasiswa Kriya ITB
Itulah yang ditunjukkan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam ajang Konvensi Sains Teknologi dan Industri (KSTI) 2025 di Kampus ITB, Bandung.--Kemendiktisaintek
JAKARTA, DISWAY.ID - Siapa sangka, pelepah dan kulit pisang yang sering dianggap limbah ternyata bisa disulap menjadi karya fesyen berkelas.
Itulah yang ditunjukkan mahasiswa Program Studi Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam ajang Konvensi Sains Teknologi dan Industri (KSTI) 2025 di Kampus ITB, Bandung.
Lewat proyek bertajuk Banana Smart Village – Zero Waste Banana, mereka memanfaatkan seluruh bagian tanaman pisang — dari pelepah, batang, hingga kulitnya — menjadi serat biodegradable, tekstil, dan pewarna alami.
Semua diolah tanpa limbah, mendukung konsep fesyen berkelanjutan (sustainable fashion) dan ekonomi sirkular.
BACA JUGA:Mengenal Sustainable Fashion Ternyata Bisa Lewat Tas Branded, Stylish dan Ramah Lingkungan
Salah satu riset yang dipamerkan adalah karya Dr. Kahfiati Kahdar yang memanfaatkan kulit pisang sebagai pewarna alami kain sutra di Sengkang, Sulawesi Selatan.
Kulit pisang mengandung tanin yang berfungsi sebagai mordant alami, sehingga warna kain lebih tahan terhadap pencucian dan sinar matahari.
Hasilnya? Gradasi cantik dari cokelat kekuningan hingga abu-abu, tergantung teknik ekstraksinya.
BACA JUGA:Era Baru Fashion Indonesia! JF3 2025 Buka Jalan ke Panggung Dunia
Karya lain datang dari tim Sabrina Ilma Sakina bersama Asyifa Rachmadina Jiniputri dan Dr. Dian Widiawati, yang menghidupkan kembali kain tradisional koffo dari Sulawesi Utara.
Kain ini dibuat dari serat abaca (Musa textilis) dan sempat terancam punah karena berkurangnya perajin.
Mereka berkolaborasi dengan penenun lokal di Minahasa dan Talaud, menggunakan alat tenun tangan serta pewarna alami dari bahan lokal seperti kulit kayu mangrove, daun ketapang, kunyit, kayu secang, dan sabut buah palem.
Tutor Kriya ITB, Tyas, menegaskan bahwa seluruh proses ini mengutamakan kearifan lokal.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
