Prancis Chaos! Demo 'Blokir Semuanya' Lumpuhkan Kota, PM Digulingkan Jadi Pemicunya
Demo di Paris berujung ricuh.-ist-
Demonstran, yang terdiri dari kelompok sayap kanan, kiri, dan kiri jauh, menganggap sistem politik Prancis “tidak lagi relevan” dan menuntut reformasi radikal, bahkan pengunduran diri Macron.
Kronologi Kericuhan di Sejumlah Lokasi
Aksi dimulai pagi hari di wilayah tenggara Paris, dengan demonstran memblokir jalan raya utama, termasuk di bundaran Pres d’Arenes, Montpellier.
Reuters melaporkan bahwa massa juga memblokir fasilitas vital seperti bandara dan stasiun kereta api, menyebabkan gangguan lalu lintas nasional.
BACA JUGA:Prabowo Setujui Rencana Menkeu Tarik Dana Pemerintah Rp200 Triliun di BI
Di Paris, jalanan dipenuhi tong sampah yang dibakar, menciptakan pemandangan chaos.
Situasi memanas ketika polisi anti huru-hara dikerahkan. Di Bordeaux, 50 demonstran bertopeng ditangkap saat mencoba memblokir jalan.
Di Toulouse, kebakaran kabel memicu gangguan lalu lintas. Kepolisian Paris melaporkan 75 penangkapan, meskipun alasan spesifik tidak diungkap. Bentrokan terjadi di beberapa titik, dengan demonstran melempar proyektil dan polisi membalas dengan gas air mata.
Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau menyebut aksi ini sebagai “tindakan anarkis” dan menegaskan bahwa pemerintah akan “mengambil tindakan tegas.” Namun, protes tetap berlangsung, dengan laporan bahwa 197.000 orang turun ke jalan di seluruh Prancis, menjadikannya salah satu demonstrasi terbesar sejak Rompi Kuning.
Kericuhan ini melumpuhkan transportasi, dengan penerbangan dan layanan kereta api terganggu. Jalan-jalan di Paris berserakan sampah, dan gedung pemerintahan di beberapa kota diblokade.
Pemerintah Macron menegaskan bahwa mereka “terbuka untuk dialog,” tetapi demonstran menolak negosiasi kecuali Macron mundur.
Pemerintah mengerahkan 80.000 polisi untuk meredam kekacauan, menunjukkan skala ancaman yang dirasakan. Namun, tekanan ini justru memperkuat narasi bahwa Macron kehilangan legitimasi di mata rakyat. Seorang demonstran, Fred, berteriak, “Masalahnya adalah Macron, bukan menterinya. Dia harus mundur!”
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
