Bincang Hari Anak Sedunia 2025 Bersama Ketua IDAI, Sistem Rujukan Daerah 3T, Cacingan, Hingga Stunting Jadi Fokus Utama
Dalam Live Interview Disway.id bersama Ketua IDAI DR Dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA, Subsp Kardio(K) di kantor Disway.id bersama tim redaksi--Disway
Dalam sesi yang sama, Ketua IDAI juga menyinggung meningkatnya kasus speech delay pada anak.
Ia menilai hal ini banyak dipicu oleh pola stimulasi yang tidak tepat, di mana orang tua menyerahkan interaksi perkembangan kepada gadget atau pengasuh demi membuat anak tenang.
“Di usia 1–2 tahun anak mestinya sudah bisa membuat kalimat sederhana dan mulai bercerita. Kalau stimulasi diserahkan ke gadget, perkembangan bahasa jadi terhambat,” katanya.
Ia bahkan menyarankan orang tua menerapkan puasa gadget selama satu hingga dua bulan agar kebutuhan asuh, asah, dan asih dapat terpenuhi secara optimal.
BACA JUGA:BGN Luncurkan Kampanye Nasional “Makan Bergizi Hak Anak Indonesia”
Stunting Tak Bisa Dicegah Hanya dengan PMT Non-Hewani
Isu gizi juga tak luput dari pembahasan. Meski Indonesia kaya sumber protein hewani seperti ikan, telur ikan, kepiting, belalang, hingga ulat sagu, kesadaran pemenuhan gizi hewani masih rendah.
“Banyak PMT lokal menyesatkan. Bubur kacang hijau, getuk, singkong, itu tidak cukup untuk mencegah stunting. Balita harus dapat protein hewani lokal,” tegasnya.
Menurutnya, momentum Hari Anak Sedunia 2025 harus dimanfaatkan untuk memperkuat layanan kesehatan primer, meningkatkan edukasi ke orang tua, dan memastikan anak Indonesia memiliki akses yang setara terhadap kesehatan di seluruh wilayah.
“Ini kerja bersama. Sistem harus kuat, tetapi orang tua juga harus sadar bahwa tumbuh kembang tidak bisa dilepas begitu saja,” pungkasnya dalam sesi live.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:
