Rahmanullah Lakanwal
--
Mengapa detail tentang Rahmanullah Lakanwal belum juga diumumkan? Padahal sudah empat hari Rahmanullah melakukan penembakan dua tentara yang lagi patroli di Washington DC. Patroli itu dilakukan di dekat stasiun kereta bawah tanah Farragut West. Di Washington DC kereta bawah tanahnya disebut Metro.
Stasiun itu sangat dekat dengan Gedung Putih. Kalau jalan kaki hanya enam menit. Di stasiun kereta bawah tanah biasanya sering terjadi tindak kriminalitas. Maka tentara pusat dikerahkan untuk memberantas kriminalitas di ibu kota. Presiden Donald Trump sangat jengkel dengan banyaknya kriminalitas di DC. Ia juga jengkel karena DC tidak lagi bersih dan rapi. Lebih jengkel lagi karena wali kota DC selalu saja dari Partai Demokrat.
Anda sudah tahu: undang-undang di Amerika melarang penggunaan tentara untuk tugas seperti itu. Itu tugasnya polisi. Di Amerika polisi di bawah perintah wali kota. Pengerahan tentara federal itu dinilai menghilangkan wewenang daerah. Trump tidak peduli. Ia menggunakan ''pasal'' darurat.
Trump pun digugat. Pengadilan sudah memutuskan agar Trump menarik kembali tentara dari DC. Pengadilan memberi waktu satu bulan.
Kelihatannya Trump akan mencari cara menghindari putusan pengadilan itu. Bahkan ia akan mengirim tentara ke kota-kota lain yang dianggap tinggi kriminalitasnya. Misalnya New York, Chicago, Los Angeles. Kota-kota itu dipimpin wali kota Demokrat.
Pun setelah Rahmanullah menembak dua tentara federal. Trump justru menambah pasukan ke DC –di tengah putusan pengadilan yang sudah melarangnya.
Belum diungkapkannya detail mengenai Rahmanullah kabarnya karena tersangka penembakan itu ''tidak kooperatif''. Penyelidik masih terus menggalinya. Karena itu detail tentang Rahmanullah masih dirahasiakan. Misalnya soal mobil apa yang dipakainya ke DC. Dengan siapa ia bermobil. Mampir mana saja. Ketemu siapa saja.
Jarak dari rumahnya ke DC ibarat perjalanan lintas benua Amerika. Rumahnya di Bellingham, di pantai barat Amerika. Di negara bagian Washington. Hanya 50 km dari Vancouver, Kanada.
Dari kota berpenduduk 100 ribu orang itu ia mengendarai mobil menuju timur. Saya pernah mengendarai mobil dari Seattle (dekat Bellingham) menuju DC. Setiap hari mengemudi tujuh atau sembilan jam. Perlu waktu lima hari.
Kendaraan Rahmanullah sudah ditemukan di satu tempat di DC. Tapi belum diungkap jenisnya. Dari tempat ia parkir itu ia berjalan mendatangi tentara yang sedang patroli. Mendekati mereka. Lalu dor! Dor! Dua orang tersungkur. Terkena peluru di kepala dan dada.
Salah satu yang tidak kena tembak menyergap Rahmanullah. Senjatanya dirampas: revolver kaliber .357 Magnum Smith & Wesson.
Nama pahlawan penyergap itu juga belum diumumkan. Aksinya telah menyelamatkan tentara lainnya dari aksi perorangan Rahmanullah. Dua korban dibawa ke rumah sakit. Sarah Beckstrom (gadis 20 tahun) akhirnya meninggal dunia. Andrew Wolfe (24 tahun) masih kritis. Salah satu media di Amerika menyebut Sarah baru sehari bertugas sebagai tentara.
Belum diungkap juga, sudah berapa hari Rahmanullah berada di DC. Apakah baru hari itu tiba. Kalau sudah beberapa hari di mana ia tinggal selama di DC.
Keesokan harinya, tepat di hari Thanksgiving, rumah Rahmanullah di Bellingham didatangi FBI. Rahmanullah tinggal di sebuah rumah apartemen kelas murah: sewanya USD2.000 sebulan.
Rahmanullah sudah empat tahun di situ. Bersama istrinya yang berjilbab dan lima orang anaknya –yang tertua umur 14 tahun.
Di hari Thanksgiving itu pintu apartemen Rahmanullah digedor keras: ''kami FBI,'' kata yang menggedor. Lalu melakukan penggeledahan. Istri Rahmanullah dibawa FBI –tapi anak-anaknya tidak diikutkan.
Para tetangga, menurut media di Bellingham, mengenal Rahmanullah sebagai orang yang tidak pernah mengeluh, tidak pernah komplain, tidak pernah bicara. Penduduk Bellingham umumnya liberal, tidak peduli orang lain, terbuka kepada siapa saja.
Karena itu banyak imigran datang ke Bellingham atau negara bagiannya, Washington.
Tapi orang Afghanistan terbanyak tinggal di California. Yang kedua tinggal di Texas. Barulah di Washington.
Di negara-negara bagian itu memang ada organisasi pertolongan untuk pengungsi.
Kedatangan orang Afghanistan terbanyak terjadi tahun 2021 –setelah Amerika menyerah di perang Afghanistan. Sebanyak 60.000 sampai 85.000 pengungsi datang ke Amerika.
Itu mirip dengan kedatangan pengungsi dari Vietnam di tahun 1975. Yakni ketika Amerika kalah perang di Vietnam. Mereka yang selama ini membantu Amerika takut hidup di negaranya. Takut dianggap pengkhianat negara.
Terbanyak mereka tinggal di California. Sampai ada kota disebut ''Little Saigon''. Ada lagi ''Kampung Vietnam''. Sejak itu masakan Vietnam sangat populer di Amerika.
Nasib pengungsi Afghanistan rasanya tidak akan sebaik pengungsi Vietnam. Gara-gara Trump. Ia bertekad tidak akan mengabulkan permintaan visa orang Afghanistan. Rahmanullah sendiri, dulu agen CIA, masih warga negara Afghanistan. Padahal sudah empat tahun di Amerika. Ia juga takut pulang ke Afghanistan. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 30 November 2025: Parade Kalkun
Nimas Mumtazah
Membaca komentar pilihan teratas .. Berasa ziarah hati.. Ta'dzim ibu, keberkahan terus hidup Doa ibu, nafasnya panjang, Jangan sekali² mengabaikannya.. Adik bungsu, yang Hatinya selalu tersambung dengan batin ibu, diberi kemudahan. Cerita ini menjadi inspirasi pagi, bahwa kata² ibu adalah dzikir, membuka pintu langit.
Yellow Bean
Tak ada ilmu tanpa pembagi Karena ilmu tidak datang sendiri Jasa guru pasti abadi Karena guru jua saya ada di sini
Lagarenze 1301
Saya mendarat di Makassar tengah malam tadi. Saya pilih nginap di kawasan Boulevard Panakkukang Makassar. Mengapa? Karena di situ banyak warung kopi dan setiap Minggu pagi ada parade di Jalan Boulevard yang panjangnya satu kilometer. Saya melangkah keluar hotel jam 6.30. Langsung bertemu ratusan orang yang sedang berolahraga jalan kaki di satu ruas jalan. Sedangkan di ruas jalan sebelahnya ada orang-orang yang berjalan pelan menikmati jejeran makanan, dari yang Korea dan Jepang hingga yang tradisional. Di ruas jalan sebelah itulah saya tenggelam bersama ratusan orang lainnya. Saya baca nama-nama makanan tempo dulu yang banyak dijajakan. Ada Sanggara Balanda, Katiri Sala, Sikaporo, hingga Rober alias Roti Berre. Dan, banyak lainnya. Saya bertemu rombongan pengunjung dari Malaysia, dari Timur Tengah, bahkan ada yang dari Tiongkok. Jalan Boulevard setiap Minggu memang ditutup. Jadi kawasan Car Free Day. Agar warga kota bisa berolahraga dengan tenang. Tahun lalu di lokasi yang sama, saya melihat ruas jalan tempat berolahraga masih padat. Hari ini kok sudah longgar. Mungkin tak banyak lagi yang berolahraga. Kontras dengan ruas jalan sebelah yang ada parade makanan. Oh, mungkin saja mereka yang berburu makanan itu sudah lebih dulu berolahraga. Lalu makan enak ke jalur sebelah. :) :)
Em Ha
Sumatera. Bentangan alam dan isi di dalamnya. Dikeruk, dibor, dibabat hutannya. Minas, Duri, minyak mentah terbaik dan terbanyak disedot. Arun, ladang gas LNG pertama Indonesia. Sejak 1971. Semen Padang, pabrik semen pertama Indonesia. Hamparan sawit merata Aceh sampai Lampung. Dan banyak lagi. Dan terpampang Plank "Objek Vital Nasional'. Latar merah tulisan putih. Di setiap lokasi tambang itu. Ketika Sumatera menangis. Ia bukan milik nasional. Thanks = Terimakasih, Giving = memberi. Sumater, terimakasih sudah memberi banyak.
Murid SD Internasional
BREAKING NEWS! Rekening bank Bu Ira Puspadewi eks Dirut ASDP masih dibekukan KPK! Hingga detik hari kemarin, untuk mengatasi lapar, Bu Ira sekeluarga masih mengandalkan bantuan logistik pangan, minyak goreng, telur, beras, lauk pauk, dan sedikit uang cash, dari mantan karyawan yang masih peduli. Ayo! Squad simpatisan, pendukung terdepan, sekaligus die-hard fans Bu Ira di CHD, segera galang donasi uang tunai dan kebutuhan pangan untuk Bu Ira, dan kirimkan seluruh bantuan Anda hari ini juga!
Johannes Kitono
Cap Go Meh Festival Cap Go Meh ( CGM ) setiap tahun di rayakan pada hari ke 15 Imlek. Puncak keramaian ada di kota Singkawang yang dapat julukan Kota Toleransi. Tahun 2026 Tahun Baru Imlek jatuh pada hari Selasa ( 17/2 ) dan CGM ( 3/3/2026 ). Pada hari CGM Kota Singkawang menghias diri. Maklum para Dewa dan Dewi Kahyangan turun ke bumi. Masing masing tunjukkan kesaktiannya. Ada yang potong lidah dan bikin mantera dikertas kuning. Buat ditempel didepan pintu. Aneh bin ajaib potongan lidah kembali utuh disambung lagi. Tanpa obat bius dan betadine. Kalau duduk diatas golok tajam sambil di tandu. Itu kendaraan standar mereka. Biar dari Kahyangan tapi tetap hormati hirarki. Para Datok biar Sakti kalau bertemu tandu Dewi Kwan Im. Pasti harus tunduk dan kasih hormat. Festival CGM sudah masuk agenda destinasi wisata Pemda Singkawang. Hotel selalu over booking menampung wisman yang berkunjung kesana. Pemda bisa dirikan tenda mewah di Pasir Panjang yang pasirnya putih. Dan wisman bisa juga berkunjung ke Pabrik Keramik di Sakkok dan Saliung. Dengan tungku naga yang keramiknya pasti jadi antik. Kalau disimpan 100 a 200 Tahun. Kalau ada sentuhan teknologi Toto dan Kohler. Sanitary dan Toilete made in Singkawang bisa dipakai dirumah mewah. Semoga Semuanya Hidup Berbahagia.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
TRUMP HARUS INGAT SEJARAH: SIAPA MAKAN JATAH MAKAN SIAPA.. Sebelum Trump menyalahkan imigran sebagai “pencuri jatah makan” orang Amerika, ada baiknya ia membuka buku sejarah dulu. Selama hampir 20 tahun pendudukan di Afghanistan, Amerika pernah menempatkan hingga sekitar 100.000 tentara sekaligus di sana. Jumlah itu tentu tidak hidup dari udara: mereka makan, minum, memakai logistik, dan menguras sumber daya di negeri yang diduduki. Dalam perang itu, puluhan ribu warga sipil Afghanistan tewas. Jutaan lainnya kehilangan rumah, pekerjaan, dan masa depan. Dari situlah gelombang pengungsi bermula. Mereka tidak datang karena ingin “merebut makan”, tetapi karena rumahnya sudah lebih dulu hancur oleh perang. Ironinya, Trump juga keturunan imigran. Moyangnya datang ke Amerika sebagai pendatang, mencari hidup yang lebih baik—persis seperti para imigran yang kini ia kecam. Jadi, sebelum menghitung siapa yang makan jatah siapa, sejarah perlu ikut duduk di meja makan. Sebab yang paling banyak “makan” di Afghanistan dulu bukan para imigran, melainkan mesin perang.
rid kc
Thanksgiving di negara ini seperti takbiran malam Idul Fitri. Esok harinya setelah sholat Id disajikan menu khas yang tidak boleh ketinggalan yaitu opor ayam saat makan bersama di masjid atau rumah.
Sugi
Presiden benar2 pembaca peluang yang sangat baik. Parade yang harusnya penuh kegembiraan jadi panas karena suhu politik. Rahmanullah ini menarik untuk dibahas lagi Bah, kapan-kapan. Terkait motif penembakan. Jangan2 bukan isu imigran, tapi lebih ke konflik internal CIA sendiri. Yang ditutupi AS. Oiya di Indonesia parade2 yang diadakan di Banyuwangi bukannya juga terbesar ya Bah?
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
KITA MENANG TEKNOLOGI, KALAH OLEH WAKTU Sekali nonton langsung Parade New York, rasanya seumur hidup. Selebihnya, kita hanya penonton ulangan—kini malah pakai drone dan multiview. Teknologi berhasil mengalahkan jarak, tapi tetap kalah oleh waktu. Yang membedakan bukan kualitas gambar, melainkan umur kita yang terus bertambah. Dulu orang ke New York demi parade. Sekarang cukup rebahan, parade yang “datang” ke kita. Tiket pesawat diganti paket data. Hotel diganti colokan charger. Dunia memang makin praktis, tapi juga makin cepat membuat kenangan jadi arsip. Menariknya, di negeri kaya parade bisa enam lantai tingginya. Di negeri kita, yang tinggi biasanya spanduk dan baliho. Parade tetap ada, cuma temanya beda: kampanye, konvoi, atau pawai kelulusan. Akhirnya saya sadar, yang membuat Thanksgiving terasa mahal bukan hanya harga kalkun, tapi juga harga nostalgia. Karena pengalaman yang “baru sekali” itulah yang tak bisa diulang dengan teknologi secanggih apa pun.
Bahtiar HS
Pak @GI, Ya ni. Saya pernah melewati rombongan sound horeg di Pasar Pujon lagi latihan. Saat itu libur lebaran 2025. Sebelumnya nggak nyadar. Pas sdh dekat barulah tahu kalau itu yg dinamakan sound horeg. Begitu dekat, suaranya menggelar lgs terasa. Mobil saya seperti pesawat mau take off. Bergetar hebat. Kaca jendelanya spt digedor angin ribut. Dan mobil terasa melayang. Baliknya sy gak mau melewati jalan utama. Masuklah sy lewat dusun Maroon. Resto Bebek Tepi Sawah. Ternyata malah macet pol. Hampir tiap RT menggelar sound horeg sendiri-sendiri. Spt lomba kenceng2an suara. Maka terjebaklah saya lbh lama daripada jika lewat jalan utama. Mana gelap lagi. Buat saya, sound horeg itu cocok kalau digelar di tengah hutan :))
djokoLodang
-o-- Anti imigran? *) Trump lupa bahwa warga kulit putih di Amerika Serikat itu sejatinya semuanya imigran. Penduduk aslinya berkulit merah. --0-
Gregorius Indiarto
"...parade apa ya yang terkenal di Indonesia?" Sound Horeg. Sangat terkenal. Semakin terkenal ketika ada yang mengharamkan. Setidaknya saya tahu tentang Sound Horeg ketika jadi perdebatan 'haram'. Met pagi, salam sehat, damai dan bahagia.
Jokosp Sp
Saya malah setuju kalau di buat UU sekalian biar resmi secara hukum negara : Setiap Koruptor wajib disuntik mati dan diawetkan dengan suntik formalin. Pemerintah sekalian bikin bangunan pemakaman khusus yang terbuat dari kaca. Sehingga para mantan koruptor ini bisa ditonton seluruh warga. Bangun di setiap kota provinsi Indonesia. Pasti hilang penyakit korupsi kronis para pejabat dan aparat negara ini.
Juve Zhang
Bruce Willis aktor Amerika akan mendonasikan otak nya untuk penelitian ilmiah soal pelupa atau penyakit yg hubungan dengan Lupa....ada baiknya beberapa koruptor besar Indonesia juga mendonasikan otaknya kelak setelah mati untuk penelitian ilmiah mengapa banyak yg Doyan korupsi....wkwkwk...siapa tahu bisa ketemu Vaksin Otak pencuci Koruptor.....wkwkw
Gregorius Indiarto
Lihat foto CHD hari ini! Parade itu. Perlu jalan yang lebar, tanpa penghalang. Pun pada ketinggian nya, tidak ada "kawat" jemuran yang nyimpeti leher. Di kota di tempat saya tinggal, tidak ada jalan selebar itu. Kecuali jalan tol. Di kanan kiri jalan, pohon rimbun sudah mulai berkurang. Sudah tergantikan dengan "rimbunnya" tiang, tiang listrik dan tiang tiang yang lain yang saling berhimpitan, dengan kabel kabel yang saling silang dan pasti semrawut. Dalam satu "rumpun" tiang bisa dijumpai lebih dari 10 tiang, sangat rimbun bukan? Itu di kota dekat saya tinggal. Entah di kota Anda.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
KENAPA THANKSGIVING, BALON, KALKUN, DAN IRONI IMIGRAN JADI SATU PAKET? Thanksgiving sejatinya adalah peringatan rasa syukur para "pendatang" "awal" di Amerika atas panen pertama yang berhasil setelah mereka nyaris mati kelaparan. Bantuan "penduduk asli" yang mengajari mereka bertani menjadi kunci selamatnya para pendatang itu. Jangan lupa, para “pendatang” itu pada hakikatnya juga "imigran". Parade balon baru muncul jauh kemudian, saat industri hiburan dan televisi ikut “mengemas” rasa syukur menjadi tontonan massal. Balon raksasa dipilih karena spektakuler, aman, dan sangat ramah kamera. Syukur pun berubah menjadi hiburan nasional. Soal kalkun, ini unggas liar yang paling mudah didapat saat itu, cukup besar untuk mengenyangkan satu keluarga. Praktis, murah, lalu naik derajat jadi simbol. Ironinya, di hari yang merayakan keberhasilan para imigran itulah Trump mengulik keras soal imigran. Padahal, ia dan moyangnya juga imigran. Yang menduduki tanah orang kulit merah..
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
IMIGRAN, POLITIK PERUT, DAN DUA CARA MEMANDANG AMERIKA.. Problem terbesar imigran di AS hari ini bukan sekadar jumlah, tetapi dampaknya yang langsung terasa di perut rakyat: lapangan kerja, biaya hidup, kriminalitas, dan tekanan besar pada anggaran negara. Ketika ekonomi melambat, isu imigran selalu naik ke panggung depan. Bukan karena tiba-tiba mereka baru datang, tetapi karena rakyat mulai menghitung siapa yang paling duluan dapat jatah. Di sinilah terlihat beda watak kebijakan. Trump memandang imigrasi sebagai persoalan keamanan dan ekonomi nasional yang harus “dipagar” rapat. Ia bicara tegas: pembatasan, deportasi, dan pengetatan suaka. Sementara presiden sebelumnya, termasuk Biden, lebih melihat imigran sebagai masalah kemanusiaan dan kontribusi tenaga kerja. Pintu dibuka lebih lebar, proses diperlonggar, dengan alasan moral dan sejarah Amerika sebagai negeri pendatang. Akibatnya terasa sekarang. Jumlah imigran melonjak, fasilitas kewalahan, dan gesekan sosial meningkat. Trump lalu memanfaatkan situasi ini sebagai amunisi politik: saat rakyat susah, yang disalahkan selalu yang “baru datang”. Imigrasi akhirnya bukan lagi soal manusia, melainkan soal suara. Dan seperti biasa, yang paling ramai bicara justru bukan yang paling kenyang.
djokoLodang
-o-- Selingan-Just Humor Seorang pria keluar dari rumah bordil. Tepat saat ia berjalan ke jalan, ada seorang anak laki-laki kecil tersenyum dan mendekati pria itu, sambil berkata, "Waduh! Aku tahu apa yang Bapak lakukan! Ooh, aku tahu apa yang Bapak lakukan!" Wajah pria itu memerah karena malu. "Bisakah kau diam saja, Nak?" katanya sambil memberi selembar 100-ribu. "Ambil ini dan lupakan kau pernah melihatku!" Pria itu kemudian bergegas pulang. Saat membuka kunci pintu depannya, ia menoleh ke belakang dan melihat anak laki-laki yang tadi. "Waduh! Sekarang aku tahu di mana Bapak tinggal!" Pria itu menyelipkan 100 ribu lagi. "Ambil ini, dan tutup mulutmu tentang semua ini. Sekarang pergilah!" Malam harinya, ibu anak laki-laki itu menemukan uang 200-ribu di sakunya, dan bertanya bagaimana caranya ia mendapatkannya. Anak laki-laki itu akhirnya memberi tahu ibunya, membuat ibunya sangat marah. "Besok, kamu harus ke gereja pagi-pagi sekali, akui perbuatanmu, lalu sumbangkan semua uang hasil pemerasanmu!", katanyi. Keesokan paginya anak laki-laki itu pergi ke gereja, dan masuk ke ruang pengakuan dosa. Ia membuat tanda salib, bersiap untuk memulai pengakuan dosanya. Ia melihat ke atas melalui jendela, dan berkata, "Waduh! Sekarang aku tahu di mana Bapak bekerja!" --0-
Tiga Pelita Berlian
Bagian awal tulisan hr ini bisa menjadi inspirasi bagi para panitia karnaval besar di Indonesia, misalnya Jember Fashion Carnaval (JFC), Sedangkan bagian terakhir tulisan ini bisa jg menjadi inspirasi bagi Organisasi yg akan Muktamar ataupun Munas tahun depan .. Seklangkong
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 128
Silahkan login untuk berkomentar