Main Kayu
Proses evakluasi dan pencarian korban banjir bandang di Sumatra.-Dok. BNPB-
Adakah curah hujan di Sumatera bagian utara/Aceh bagian selatan akhir November lalu yang tertinggi dalam sejarah? Juga yang terlama? --tujuh hari tujuh malam hampir terus-menerus?
Saya kesulitan mencari data soal itu. Lebih mudah mencari data berapa persen kenaikan orang yang berpoligami di Amerika Serikat.
Tapi Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq sudah memutuskan: akan menjadikan curah hujan terakhir itu sebagai base line untuk menentukan kebijakan ke depan. Begitulah keterangannya kepada media saat menyikapi banjir bandang di tiga provinsi di Sumatera itu.
Artinya, ke depan, kebijakan yang akan dilakukan, dengan curah hujan yang sama tidak akan terjadi bencana. Secara tidak langsung Menteri Hanif mengatakan bahwa hujan terakhir itulah yang terparah dalam sejarah di sana.
Jepang juga mengalami hal yang sama: saat bencana nuklir Fukushima. Anda masih ingat tanggal itu: 11 Maret 2011.
Perlu genset darurat untuk menjaga agar reaktor nuklir tidak panas. Yakni di saat listrik padam akibat apa pun --termasuk akibat terkena tsunami.
Dalam kasus Fukushima, Genset darurat itu ditempatkan di ketinggian enam meter. Agar kalau terjadi tsunami masih tetap aman. Tsunami tertinggi yang pernah terjadi adalah sedikit di bawah enam meter.
Ternyata ketinggian gelombang tsunami tahun 2011 itu sampai sembilan meter. Genset darurat itu pun terkena tsunami. Hancur. Tidak bisa berfungsi. Akibatnya reaktor kian panas. Meleleh.
Jepang sudah terlatih menangani bencana. Pengungsian besar-besaran dilakukan. Akhirnya tidak satu pun ada yang meninggal akibat bencana nuklir Fukushima.
Di Sumatera yang meninggal menjadi 758 --angka ini masih terus bergerak. Padahal sudah tahu bahwa curah hujan di kawasan itu selalu tinggi dan tinggi sekali. Hujan yang terakhir itu mencapai 500 mm. Tapi curah hujan rata-rata di Tapanuli sudah 300mm. Itu rata-rata. Berarti sering di atas itu. Menurut catatan BMKG sering juga hujan di Tapanuli sampai 400 mm. Pernah juga 500 mm tapi tidak sampai tujuh hari tujuh malam.
Dengan demikian Menteri Hanif akan mengevaluasi: apakah selama ini kehilangan hutan di kawasan itu sudah terlalu luas. Atau masih boleh dikurangi lagi asal jangan ada orang hidup di sana.
Misalnya di daerah aliran sungai (DAS) Batang Toru, Tapanuli. Sudah berapa hutan yang hilang di sana. Sudah sekitar 250.000 hektare.
Sungai Batang Toru adalah sungai terpenting di Tapanuli. Sungai ini tergolong pendek: 85 km. Tapi bisa ganas.
Hulu sungai Batang Toru ada di Humbang Hasundutan. Sering disingkat Humbas. Ketinggian hulu di kabupaten Humbas sekitar 1.500 meter. Maka air sangat deras. Berbahaya bagi daerah hilirnya. Sekaligus sangat ideal untuk pembangkit listrik tenaga air.
Tahun 2015 mulailah dibangun PLTA Batang Toru. Lokasinya di kecamatan Marancar. Ada kota kecil bernama Marancar Godang di dekat PLTA itu.
Mengingat lokasi itu terjal pembangunannya amat sulit. Biayanya besar: Rp 21 triliun. Pinjaman dari Tiongkok.
Proyek itu sudah 96 persen selesai. Sebelum Natal nanti harusnya bisa diresmikan. Tapi saya tidak dapat kabar apakah curah hujan yang berat di sana pekan lalu mengganggu penyelesaiannya.
Ini proyek besar: 510 MW. Tinggi bendungannya saja 110 meter. Tentu curah hujan tertinggi kemarin itu juga ujian bagi teknologi bendungannya: apakah cukup kuat.
Awalnya proyek ini juga penuh kontroversi: dianggap merusak lingkungan. Tapi di seluruh dunia PLTA awalnya hampir pasti ditentang. Barat pernah menentang habis-habisan pembangunan PLTA terbesar di dunia: Lembah Tiga Ngarai di dekat Chongqing. Setelah proyek selesai semua mengakui justru itu menyelamatkan lingkungan.
Saya juga tidak mendengar lagi penentangan terhadap PLTA Batang Toru. Memang lahan yang digunakan 'hanya' 101 hektare. Artinya, lahan seluas itu akan digenangi air.
Harusnya ini justru bisa mengurangi jumlah air yang langsung menderas ke hilir. Bahwa ada pohon seluas 100 hektare yang hilang harus ada perhitungan: proyek harus menanam pohon sebanyak yang hilang. Harusnya itu tidak sulit.
Yang sulit adalah hilangnya hutan seluas 1.300 hektare yang beralih menjadi perkebunan swasta. Mau diapakan. Lebih sulit lagi hilangnya 3.000 hektare hutan yang menjadi perkebunan rakyat. Dan yang jadi tambang: 130.000 hektare. Belum lagi yang jadi hutan konsesi: 17.000 hektare.
Sebenarnya DAS Batang Toru sudah ada yang mengurus: Badan Pengelola DAS Asahan Barumun. Lembaga inilah yang paling bertanggung jawab untuk menjaga DAS seluas 350.000 hektare di sana.
Yang jelas siapa pun sudah tahu: kawasan itu tergolong sangat tinggi curah hujannya. Siapa pun juga tahu: di bagian tengah kawasan itu gunung bergunung. Air akan lebih mudah menghantam wilayah bawah. Berarti permainan hutan di sana juga tidak boleh sama sembrononya dengan di Kalteng atau Kaltim.
Tapi main kayu rupanya bisa di mana saja. (Dahlan Iskan)
Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 4 Desember 2025: Setelah Hujan
Aku dan kita Official
Selamat sudah berhasil Pertamax. Btw tulisan hari ini seperti penggugur kewajiban saja. Hanya sekilas. Hanya permukaan. Sebenarnya bisa di tambah bumbu ttg video permohonan maaf warga yg ambil mie dan air mineral, Snack jg. Trus ada berita jg bupati yg berpidato ingin presiden Prabowo seumur hidup. Trus ada evaluasi kucing kucing. Trus ada pejabat yg bilang banjir hanya parah di media sosial saja. Eh yg di atas tadi sudah bisa kita ketahui di medsos Ding. Wkwk Kaboooorrrrr
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
ALAM TAK PERNAH LUPA ALAMAT Tujuh hari hujan, tujuh tahun keserakahan terasa ditagih sekaligus. Alam sedang menagih utang yang selama ini kita cicil dengan gergaji, ekskavator, dan izin tambang. Tagihannya mahal: rumah hanyut, sawah hancur, ratusan nyawa melayang. Kita bilang ini bencana alam. Alam mungkin menjawab: ini bencana moral. Takengon yang berbukit bisa banjir? Ajaib? Tidak juga. Kalau hutan dipereteli seperti rambut rontok, air tak lagi punya rem. Ia meluncur bebas, membawa lumpur, kayu gelondongan, dan ironinya: sisa kerakusan kita sendiri. Yang paling menyakitkan, saat air belum sepenuhnya surut, truk-truk kayu sudah lewat lagi. Korban masih menghitung kehilangan, pelaku sudah menghitung laba. Seolah bencana hanya jeda iklan dalam film panjang eksploitasi. Kita marah, wajar. Tapi semoga marah ini bukan sekadar viral. Karena kalau hutan terus ditebang, jangan heran kalau hujan nanti turun bukan cuma membawa air—tapi juga peringatan yang makin keras.
citrhours 547
Saya setuju untuk meminimalkan penggunaan tisu,tapi yang lucunya skrg marak penggunaan gelas kertas tas kertas,piring kertas yang katanya ramah lingkungan,piye jal
Rizki Alfi Syahril
Pak Dahlan, sebagai pembaca setia CHDI, saya berharap mudah-mudahan komunitas dan jaringan Pak DI di dalam dan luar negeri, bisa aktif membantu Sumatera, contohnya tim Vertical Rescue Indonesia, bersama PSMTI, dan lainnya, sebagaimana pernah Bapak DI tuliskan di artikel CHDI berjudul "Jembatan Putranto". Banyak jembatan yang putus sehingga akses terbatas. Terima kasih dermawan semuanya.
Wilwa
@AgusS3. Dan homo sapiens adalah penyebab utamanya. Menurut Al Gore. Yang populer dengan film lingkungan 20 tahun lebih yang lalu: incovenient truth. Tapi USA selalu denial. Terutama bila di bawah Partai Gajah. Yang identik dengan dua hal: (extreme) capitalism & (extreme) religion. Menolak usulan Paris untuk memerangi climate change. Eh malah Tiongkok yang berinisiatif dengan solar panel. Batere dan EV berikutnya. Tetap disinisi merusak alam. Tanpa solusi nyata yang lebih baik ketimbang solusi yang ditawarkan T untuk mengurangi emisi karbon. Tiongkok mungkin bad tapi USA worst. Kebenaran itu pahit untuk ditelan. Bahwa homo sapiens adalah penyebab climate change. Dan semua itu didorong GREED. Keserakahan. Saya suka filosofi Buddha. Selain filosofi Anicca / Ketidakkekalan/ Tiada yang abadi selain perubahan. Juga filosofi mengenai duka/derita. Yang ada dua faktor utama penyebab duka: loba /serakah dan dosa/ benci. Serakah merusak alam. Benci memicu perang. Filosofi yang masih relevan hingga kini. Hanya kesadaran massal homo sapiens yang bisa menghentikan duka derita akibat serakah (dan benci) dengan lawannya yang Anda Sudah Tahu.☕️
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
APA PENYEBAB HUJAN 7 HARI 7 MALAM DI SUMATERA? Hujan deras selama tujuh hari berturut-turut di Sumatera disebabkan oleh kombinasi faktor atmosfer dan iklim. Menurut BMKG, gelombang atmosfer tropis seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator (Rossby/Kelvin) memicu konveksi kuat, sehingga awan hujan menumpuk dan hujan intensif terus terjadi. Monsun regional yang melemah, misalnya Monsoon Australia, juga membuat suplai uap air tetap tinggi meski musim kemarau seharusnya mulai. Ahli klimatologi menambahkan, perubahan iklim global memperparah intensitas hujan. Laut yang lebih hangat dan udara lebih lembap meningkatkan kapasitas atmosfer menahan uap air, sehingga saat kondisinya tepat, hujan bisa turun lebih lebat dan lama. Data BMKG 1981–2024 menunjukkan tren naik curah hujan ekstrem di Indonesia, termasuk Sumatera, baik untuk curah hujan harian maupun periode 5–10 hari. Artinya, hujan lebat dan lama kini lebih sering terjadi. Namun, dampak banjir tidak hanya ditentukan oleh curah hujan. 1). Perubahan penggunaan lahan, 2). Deforestasi, 3). Drainase, dan 4). Urbanisasi, turut memperbesar risiko. Jadi hujan tujuh hari ini merupakan perpaduan faktor: 1). Atmosfer, 2). Iklim, dan 3). Manusia. Kesimpulannya, hujan tujuh hari berturut-turut bukan kebetulan, tapi bagian dari pola besar yang diperkuat oleh dinamika alam dan perilaku manusia. ### Solusi ke depan ya harus mengikuti penyebabnya..
Murid SD Internasional
Saya sudah siap mencak-mencak jika CHD hari ini masih membahas masalah negara nun jauh di sana seperti kemarin, yang bahas Trump, kalkun, dan penembakan di Amerika. Ternyata CHD hari ini turun gunung ke lereng realitas yang paling faktual dan paling layak disorot: bencana gelondongan kayu biadab yang menerjang 3 provinsi -- 3 provinsi!!! -- di Sumatera. Saya alhamdulillah, berarti Pak DI masih peka. Tapi kok ya masih nggantung dan tidak tuntas membahas sekalian tentang siapa yang memberi izin dan tanda tangan penebangan hutan di Sumatera?
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
@pak Juve.. @pak Wilwa.. @pak Kitono.. DILEMA TISU: KECIL DI TANGAN, BESAR DI HUTAN.. Tisu itu benda kecil, tapi jejak ekologinya jumbo. Secara kasar, pemakaian tisu terbagi begini: 1). cebok ala Barat sekitar 40%, 2). lap setelah makan 25%, 3). pengganti sapu tangan 20%, 4). sisanya untuk bayi, kosmetik, bersih-bersih, dan kawan-kawannya. Masalahnya sederhana: tisu itu anak kandung industri hutan. Dipakai 10 detik, pohon tumbuh 10 tahun. Apa yang sebaiknya diubah? 1). Pertama, cebok sebaiknya kembali ke air. Lebih bersih, lebih irit hutan, dan jauh lebih beradab bagi lingkungan. Air itu teman lama Nusantara, bukan tamu asing. 2). Kedua, lap habis makan ganti serbet kain. Bisa dicuci, dipakai ulang, tidak perlu menebang pohon setiap habis makan ayam goreng. 3). Ketiga, sapu tangan kain layak comeback. Stylish, klasik, dan bumi ikut senyum. 4). Untuk medis dan kondisi khusus, tisu tetap perlu—kita realistis. Kesimpulannya: yang perlu diubah paling cepat adalah toilet, meja makan, dan kantong kita sendiri. Marli.. Selamatkan hutan mulai dari tempat paling pribadi: Kamar mandi.. ### Tapi airnya cukup kah?
Gregorius Indiarto
Mereka tidak tahu, tidak mau tahu dan tidak percaya dosa, apalagi mengikutinya.
Kurniawan Roziq
Orang terkaya di Indonesia berasal dr pertambangan dan kelapa sawit , apakah mereka ikut berdosa ?
Gregorius Indiarto
"...jalan panjang yang selalu terasa bersahabat. Lembah Anai. Lembah Harau. Ngarai Sianok. Tanjakan Sitinjau Lauik. Danau Maninjau. Padang Panjang. Solok." Tahun 2025, yang bersahabat dan pasti indah itu apakah masih ada? Kung@AS, coba napak tilas, masihkan seindah dan sebersahabat dulu? Sugeng siang.
Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺
KENANGAN SUMATERA, PESAN UNTUK PARA PEJABAT MUDA DAN ANAK MUDA.. Di usia kepala tiga dulu, saya bertugas sebagai Kasi Audit di pusat tapi untuk wilayah Sumbar, Riau, dan Sumbagsel—Sumsel, Jambi, Lampung, Bengkulu. Hampir setiap tahun saya keluar-masuk separuh Sumatera. Sisanya barul ke wilayah lain keliling Indonesia sebagai auditor. Tahun-tahun 80-an itu penuh kenangan Sumatera. Alam yang hijau, sungai yang ramah, jalan panjang yang selalu terasa bersahabat. Lembah Anai. Lembah Harau. Ngarai Sianok. Tanjakan Sitinjau Lauik. Danau Maninjau. Padang Panjang. Solok. ### Karena itu, ketika mendengar kabar banjir dahsyat melanda wilayah-wilayah yang pernah akrab dengan langkah saya, saya merasa sedih. Rasa itu datang bertubi-tubi, sedih, sayang, geram. Sedih karena yang indah kini terluka. Sayang karena begitu banyak kenangan tertinggal di sana. Geram karena kerusakan ini sejatinya bukan takdir, melainkan ulah manusia. Namun kini, sebagai lansia, saya hanya bisa berharap kepada generasi muda.. Kalian harus lebih cerdas mengelola Sumatera. Mengelola Nusantara. Kalianlah pemegang masa depan bumi ini. Mari mulai sekarang, bersama-sama, kita rawat kembali bumi Indonesia. Bukan hanya sebagai warisan, tapi sebagai amanah.
Wilwa
@Gregorius. Hmmm. Kalau menurut “Baginda” Ryu Hasan :), UANG adalah satu-satunya intersubjective truth / kebenaran intersubjektif yang DIYAKINI semua manusia tanpa pandang race atau religion. Kebenaran itu ada yang objektif dan subjektif. Dan ada kebenaran intersubjektif di antara 2 kebenaran itu yang dimiliki sekelompok homo sapiens tapi tidak diyakini kelompok homo sapiens lainnya. Ryu beri contoh: Indonesia adalah kebenaran intersubjektif yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 jam 10 pagi. Dan sejak itu jutaan orang siap mati membela keyakinan atas kebenaran inter subjektif bernama Indonesia. Ryu itu “filsuf” yang sangat nuaakaal! Dia sebenarnya ingin menyindir KEYAKINAN “religions” yang punya beragam “tuhan” (bukan negara!) yang merupakan kebenaran intersubjektif yang mana ada orang yang rela mati membela tuhan mereka yang inter subjektif (yang hanya diyakini di antara pemeluk agama yang sama). Dan uang dalam guyon Ryu ini jadi nampak lebih hebat dari tuhan, karena apapun agama/tuhan Anda, satu lembar kertas bergambar Benjamin Franklin (BF) DIYAKINI punya “nilai” kebenaran inter subjektif yang SAMA. Ryu kasih contoh: Taliban mungkin benci USA tapi begitu melihat BF, mereka “YAKIN” (dan suka!) bahwa BF itu berharga, berkoper BF bisa beli senjata (di black market) yang mereka butuhkan untuk berperang melawan USA. Ini guyon sarkastik. Hampir semua homo sapiens sebenarnya meyakini UANG melebihi keyakinan mereka terhadap tuhan. Kecuali orang Kanekes (eksonim: Badui Dalam) ☕️
Murid SD Internasional
Anda nama Gregorius. Gregorius biasanya seorang Kristen. Kalau Kristen, harusnya kenal Injil. Saya Muslim, malah karib dengan Injil Timotius pasal 6 ayat 10 yang berbunyi, "...(sebab) akar segala kejahatan adalah CINTA harta / uang". Nah, jadi CINTA akan uang itulah, yang menjadi sumber petaka di dunia. Sedangkan uang, itu benda mati yang netral. Di tangan orang baik, uang jadi rahmat. Di tangan orang jahat, uang jadi sumber laknat. Ibarat pisau. Ada orang tewas ditusuk. Yang salah pisaunya, atau orang yang menggunakannya untuk kejahatan?
Murid SD Internasional
Meninggal? Meninggal itu kalau nyawa tercabut secara alami, misal di pembaringan karena sakit. Tapi kalau nyawa hilang karena dihantam musibah petaka bencana? Itu namanya tewas. Bukankah ini pelajaran Bahasa Indonesia paling dasar?
Jokosp Sp
Politikus yang pernah di sana bilang : "99% pejabat di Indonesia itu korup". Yang membedakan cuma lima hal : 1.Besar kecilnya nilai yang dikorup 2.Ketahuan tidak korupsinya 3.Modus operandinya ( under spec, atau fiktif ) 4.Bisa dibuktikan tidak korupsinya 5.Banyak kecilnya sedekah. Biar besar sedekahnya bisa juga di 86 kan. Artinya penjara akan penuh koruptor kalau hukum benar-benar ditegakkan, bukan maling ayam atau sejenisnya. Dan negara berkewajiban memberikan makan dan rehabilitasi otaknya. Daripada uang negara untuk merawat mereka yang korup kan lebih baik mending dimatikan saja. Gitu kok repot.
Murid SD Internasional
Seantero grup Facebook, akun akun besar Instagram dan YouTube, serempak menggalang dana untuk donasi. Sudah nilai 100+ bangsa ini kalau urusan sigap membantu di kala bencana. Tapi kapan kita sadar dan belajar membuka mata, bagaimana agar bencana seperti ini tidak terulang lagi di kemudian hari? Caranya bagaimana? Mulai dari berani. Berani dan bernyali. Mentap tajam para pemegang kebijakan di negeri ini. Sebab dari satu izin dan satu tanda tangan mereka, negeri ini bisa sejahtera, atau malah ditimpa bencana.
Dahlan Batubara
Kami berjalan kaki dari hilir ke hulu menempuh pinggir sungai atau dari badan sungai jika pinggiran tak terlewati. Tumpukan pertama berada di titik 2 jam perjalanan dari titik kampung terkahir. Jalan kaki kami sekira 7 hingga 9 km/jam. Pohon2 utuh yg menumpuk itu kami simpulkan berasal dari pinggiran sungai dan anak2 sungai. Yang bertumbangan lalu hanyut membentuk tumpukan. Buktinya: badan puluhan anak sungai sudah berkondisi lebar. Perubahan pelebaran masing2 antara 50 hingga 90 persen. Melebar karena pohon2 di pinggirannya bertumbangan akibat tanah melunak akibat hujan selama 15 hari yg nyaris non stop.
Dahlan Batubara
Banjir bandang datang tiba2; surut dalam sekejap. Ibarat air ditumpahkan dari baskom ke permukaan tanah. Tahun 2012 saya memimpin 9 orang (1 orang mewakili 1 kampung) lima hari pasca bandang. Memeriksa hulu Sungai Rantopuran: apa penyebab bandang sungai ini. Sungai tersebut membelah 10 kampung di Kec. Panyabungan, Mandailing Natal, Sumut. Di hulu, kami menemukan 5 tumpukan pohon2 menumpuk tinggi di badan sungai. Tiap tumpukan berjarak kira2 1 hingga 2 Km. Tinggi tiap tumpukan antara 10 hingga 15 meter. Lebar tumpukan selebar badan sungai. Semua tumpukan itu sudah jebol. Perkiraan kami, masing2 tumpukan itu jebol pada hari bandang terjadi. Masing2 tumpukan menjadi tanggul raksasa menyebabkan genangan sungai seperti danau, sebelum akhirnya jebol menyebabkan air bah atau bandang. Bukti genangan adalah daun2 di kiri kanan sungai masih menempel lumpur2 air sungai. Kayu yang membentuk tiap tumpukan itu adalah pohon2 utuh lengkap akar dan dahan2nya. Bukan dipotong. Tercerabut atau tumbang sendiri akibat terjangan arus sungai yg meluap 7 hari sebelum bandang terjadi. Kawasan tumpukan2 itu berada di hutan perawan yg belum dijamah manusia.
Liam Then
Kayaknya beberapa perusuh ada yang sangat pandai teknologi komputer dan internet. Semoga ada yang mau lakoni impian saya dari dulu, pertama kali terpikir belasan tahun lalu. Sekarang kayaknya masih relevan untuk dilaksanakan. Di Eropa Barat dan Amerika Utara, aktivis pecinta hutan sangat militan,kesadaran masyarakatnya pada pentingnya hutan juga sudah sangat tinggi. Anda tentu tahu, sampai-sampai Uni Eropa ndak suka sama sawit Indonesia, merusak hutan katanya. Tapi entah mereka ada impor sawit dari Singapura ndak ya, kwkwkwkwk. Jadi mlintir nyinyir, anu...saya dulu punya ide, mau bikin website...namanya Adopt.A.Tree ,untuk galang pencinta hutan tropis dari seluruh dunia. Nanti setiap orang bisa subscribe $100 per tahun misalnya untuk adopsi 1 pohon, dana awal untuk beli/miliki hak untuk kelola kawasan hutan kritis, mungkin bisa diupayakan dengan melobi "grant"/hibah dari organisasi pencinta hutan dunia seperti Greenpeace dan sejenisnya. Konsepnya, nanti ditentukan, pohon yang diadopsi adalah pohon jenis kayu industri bernilai tinggi, seperti merbau, belian, kayu merah (yang sangat mahal di Tiongkok, dan sedang ditebang besar-besaran di Papua). Nanti para pengadopsi ini kita berikan sertifikat pengakuan/bukti pohon adopsi mereka, selama subscribe tshunannya dibayar, kapanpun tak akan ditebang. Tiap tahun kita kirimkan laporan perkembangan, tinggi dan lingkar batang, jika mati ada opsi untuk ganti adopsi. Hak adopsi pun bisa dialihkan, atau dilelang.
alasroban
Kayu untuk kertas itu kurang tepat sebenarnya. apakah seimbang proses pertumbuhan kayu dan penebanganya untuk di olah jadi kertas. Yang lebih tepat sebenarnya bambu untuk kertas. Bambu adalah tanaman dengan pertumbuhan tercepat. Bisa 3 ~ 10 cm perhari. Bahkan dalam kondisi optimal bisa mencapai 90cm / hari. Maka bambu untuk kertas lebih masuk akal saat ini. Jika bambu yang di lah jadi kertas maka prses penggundulan hutan untuk kertas bisa di minimalisir.
Liáng - βιολί ζήτα
Pray for Sumatra https://youtu.be/Ab6kr87N2cc? Kita tidak mungkin tidak menggunakan kertas, yang mesti diupayakan adalah efisiensi penggunaannya, dan terlebih lagi mesti dikembangkan inovasi teknologi untuk memproduksi kertas dari bahan baku alternatif. Banyak negara sedang mengembangkan bahan baku alternatif untuk produksi kertas, seperti dari bahan baku non-wood (bukan kayu) : ● Musa sapientum (banana) stem. ---> batang Musa sapientum (pisang). ● mid-rib of Cocos nucifera (coconut) leaves. ---> tulang daun Cocos nucifera (kelapa). ● Eichhornia crassipes (water hyacinth: kachuripana) ---> batang serta daun Eichhornia crassipes (eceng gondok : kachuripana). Silakan ditelusuri saja di ResearchGate : "Evaluation of Pulp Quality of Three Non-Wood Species as Alternative Raw Materials for Paper Production" ("Evaluasi Kualitas Pulp Tiga Jenis Non-Kayu sebagai Bahan Baku Alternatif Produksi Kertas")
DeniK
getah perusahaan . terjadi bencana dan yang menjadi kambing hitam adalah perusahaan legal . dunia medsos seperti kompak menuding bencana ini akibat dari adanya perusahaan di daerah tersebut dan ini menjadi citra buruk di mata masyarakat . padahal kalau mau jujur . banyak sebab yang menciptakan musibah banjir . pembukaan lahan oleh masyarakt , perusahaan ilegal dll. perusahaan besar dan legal dalam melakukan usaha nya taat aturan dan banyak ahli yg terlibat . tidak asal tebang tidak asal keruk . semua ada teknik nya .ada panduan nya . perusahaan besar yang legal dan taat aturan kena getah nya .
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Temukan Berita Terkini kami di WhatsApp Channel
Sumber:

Komentar: 114
Silahkan login untuk berkomentar