Keselamatan di Ujung Rem: Etika Mengerem Penentu Aman Berkendara Roda Dua

JAKARTA, DISWAY.ID-- Lalu lintas di kawasan perkotaan dikenal sebagai salah satu yang paling padat dan dinamis di Indonesia. 

Setiap harinya, pengendara sepeda motor harus berbagi ruang dengan berbagai jenis kendaraan, mulai dari mobil pribadi, bus, truk, hingga transportasi umum. 

BACA JUGA:Antoine Semenyo Tinggalkan Bournemouth, Manchester City Ungguli Man United

BACA JUGA:HEBOHKAN ASIA! Pelatih Baru Timnas Indonesia Didukung Media Top Jepang, John Herdman Curi Hati Fans Garuda

Dalam kondisi seperti ini, kemampuan berkendara saja tidak cukup. Diperlukan sikap berkendara yang beretika agar keselamatan tetap terjaga.

Salah satu hal paling krusial namun sering dianggap sepele oleh pengendara sepeda motor adalah cara mengerem. 

Banyak pengendara merasa sudah mahir menarik tuas rem, tetapi belum tentu memahami etika pengereman yang aman dan bertanggung jawab, terutama di lalu lintas perkotaan yang padat dan serba cepat.

BACA JUGA:ParagonCorp Raih Penghargaan 'Mitra Terbaik Pendukung Talenta Kewirausahaan' dari Kemendiktisaintek

BACA JUGA:KBRI London Laporkan Bintang Film Dewasa Bonnie Blue ke Otoritas Inggris

Melihat kondisi tersebut, Tim Safety Riding Promotion Main Dealer sepeda motor Honda Jakarta - Tangerang, PT Wahana Makmur Sejati (WM), menghimbau akan pentingnya etika mengerem sebagai bagian dari budaya keselamatan berkendara #Cari_aman.

“Di lalu lintas padat seperti Jakarta misalnya, pengereman punya peran sangat besar dalam mencegah kecelakaan. Cara kita mengerem bisa berdampak langsung pada keselamatan diri sendiri dan pengendara lain,” Head of Safety Riding Promotion PT Wahana Makmur Sejati, Agus Sani.

Pemahaman etika pengereman perlu terus disosialisasikan agar pengendara tidak hanya fokus pada kecepatan dan keterampilan, tetapi juga pada tanggung jawab di jalan raya.

3 Etika Mengerem Sepeda Motor yang Wajib Diperhatikan

Tim Safety Riding Promotion WMS embagikan tiga etika utama dalam melakukan pengereman sepeda motor, khususnya untuk menghadapi karakter lalu lintas Jakarta–Tangerang yang padat, sering berhenti mendadak, dan penuh kejutan.

Sumber: