Pihak kepolisian tidak mengungkapkan senjata apa yang digunakan pelaku saat menyerang Salman.
"Kami berterima kasih kepada warga yang baik dan responden pertama yang membantunya dengan sangat cepat," tulis Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan di Twitter.
BACA JUGA:Pernyataan Budi Arie Ini Disebut Bernada Ancaman, Politikus PDIP: Serupa dengan Mind Set Orde Baru!
BACA JUGA:Assessment Putri Candrawathi Dihentikan, LPSK: Lebih Baik Berobat Daripada ke LPSK
Rushdie, yang lahir dalam keluarga Muslim Kashmir di Bombay, sejak tulisannya Ayat-ayat Setan (The Satanic Verses) pada 1988 lalu telah menghadapi ancaman pembunuhan dari berbagai pihak.
Beberapa Muslim mengatakan buku itu berisikan hujatan terhadap agam Islam dan dilarang beredar di negara dengan moyoritas Muslim.
Bahkan Ayatollah Ruhollah Khomeini, pemimpin tertinggi Iran saat itu mengeluarkan fatwa dan menyerukan umat Islam untuk membunuh Salman dan siapa pun yang terlibat dalam penerbitan buku itu.
BACA JUGA:Jika Alami 5 Gejala Ini, Berarti Tubuh Anda Kurang Minum Air Putih
BACA JUGA:Hyundai Pegangsaan Mulai Serahkan Unit Stargazer, Hadiah Langsung Logam Mulia
Rushdie, yang menyebut novelnya cukup ringan, bersembunyi selama hampir satu dekade.
Pada 1991, Hitoshi Igarashi yang meneterjemahkan buku tersebut tewas terbunuh.
Organisasi Iran, beberapa berafiliasi dengan pemerintah, telah mengumpulkan hadiah jutaan dolar untuk pembunuhan Rushdie.
BACA JUGA:Bagaimana Cara Cacar Monyet Menular ke Manusia? Ilmuwan Asal Spanyol Berikan Penjelasan Ini
Penerus Khomeini sebagai pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei, baru-baru ini mengatakan pada 2019 bahwa fatwa itu tidak dapat dibatalkan.
Kantor Berita semi-resmi Fars Iran dan outlet berita lainnya menyumbangkan uang pada tahun 2016 untuk meningkatkan hadiah sebesar 600.000 dolar Amerika bagi yang berhasil membunuh Salman.