Untuk itulah, Kubrowiah tidak saja mengajarkan kewajiban jihad melawan penjajah kolonial, tetapi juga mengembangkan ajaran cinta kasih sesama manusia dan pluralisme. Najmuddin Kubro mengatakan, “tidaklah mungkin manusia berhubungan dengan Allah tetapi terbatas pada dirinya sendiri. Jalan menuju Allah sebanyak jumlah nafas manusia di muka bumi. Setiap orang punya tarekatnya masing-masing. Tidaklah benar orang bertarekat dengan menghindari orang lain, lalu mengira bahwa hanya dirinya saja yang benar dan pihak lain salah,” (Yusuf Zaidan, Syujun Turatsiah, Kiyan li an-Nasyr, 2021: 168). (*)
Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.