Kemudian Novel yang kini tidaklagi menjadi penyidik KPK juga mulai beberkan adanya keanehan lainnya.
"Perkaranya juga nggak diusut, sehingga itu menjadi permasalahan terus," tegas Novel.
"Ketiga, ketika saya membela kawan saya yang terancam itu kemudian beberapa waktu kemudian saya disiram air keras. Apakah itu ada kaitannya atau tidak itu perlu pembuktian," ucap Novel lagi.
BACA JUGA:Target Uji Coba, Reski Fandi : Pelatih Minta Jaga Mental
Tidak hanya itu, Novel juga ungkapkan penangan kasusnya jauh dari kata objektif.
"Saya meyakini itu penangananya justru mengaburkan fakta," ucap Novel.
Lanjut Novel Baswedan, skandal buku merah dan kasus penyiraman air keras merupakan sebuah pelajaran.
"Bahwa ketika kasus penanganan korupsi tidak diusut tuntas ya masalahnya begini, yang kedua ketika ada obstruction of justice tidak diusut tutas kemudian bisa jadi kemana-kemana," tegasnya.
BACA JUGA:Kasus Suap Rektor Unila, Mantan Wali Kota Bandar Lampung Jawab Begini Soal Rp 150 Juta
"Sekali kita memberikan ruang begitu, kemudian ada kasus korupsi lain, orang-orang akan meniru dan ini berbahaya," sambung Novel.
Diketahui, Isi dalam buku merah tersebut menjadi sebuah skandal karena berisi catatan aliran dana perusahaan CV Sumber Laut Perkasa, milik Basuki Hariman.
Skandal buku merah semakin panas karena nama jenderal Tito Karnavian ikut terseret.
Diduga dalam buku merah tersebut ada nama Tito Karnavian yang menerima aliran dana dari perusahaan CV Sumber Laut Perkasa.