Selain itu, manajemen juga telah menyiapkan sejumlah skenario dalam mengantisipasi cuaca ekstrim, diantaranya pengoperasian kapal berukuran besar demi mendukung layanan prima kepada pengguna jasa.
Adapun pengoperasian armada selama layanan Angkutan Nataru 2022/2023 di lintas Merak - Bakauheni dan Ketapang-Gilimanuk dipastikan telah siap.
"Kami telah memastikan kelengkapan alat-alat keselamatan sesuai dengan SOP pelayanan yang berhubungan dengan aspek keselamatan diantaranya sekoci, inflatable liferaft (rakit penolong), apar dan hidran, serta life jacket yang harus tersedia di kapal, dalam kondisi baik, dan siap digunakan dalam situasi darurat," jelasnya.
BACA JUGA:Pemprov DKI Tambah Armada Transjakarta saat Perayaan Tahun Baru 2023
BACA JUGA:Prakiraan Cuaca BMKG : Waspada, Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi pada Malam Tahun Baru
Sektor Penerbangan
Di sektor penerbangan, PT Angkasa Pura/AP II, pengelola 20 bandara di Indonesia, bersama stakeholder telah mempersiapkan langkah antisipasi dalam menghadapi cuaca ekstrem pada periode angkutan Nataru 2022/2023.
Kepala Komunikasi Perusahaan AP II, Cin Asmoro, mengatakan bahwa pihaknya bersama Otoritas Bandara, Kemenhub, maskapai penerbangan, AirNav Indonesia, dan stakeholder lainnya berkoordinasi dalam mengantisipasi cuaca ekstrem sebagaimana informasi yang disampaikan BMKG.
"Di samping aspek pelayanan, fokus bandara AP II juga pada aspek keselamatan dan keamanan penerbangan khususnya mengantisipasi potensi cuaca ekstrem. Sebagai bentuk kesiagaan, bandara-bandara AP II juga siap mengaktifkan Emergency Response Plan sebagai prosedur apabila terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan dan tidak kita harapkan terkait keselamatan penerbangan," jelas Cin Asmoro.
BACA JUGA:8 Ekor Kambing di Depok Hilang Misterius, Hanya Tersisa Jeroan di Dalam Kandang
BACA JUGA:Menhub Budi Karya Jatuh dari Tangga Helikopter, Dilarikan ke RS Ciremai Cirebon
Prosedur Emergency Response Plan di antaranya adalah pengaktifan Emergency Operation Center sebagai lokasi terpusat bagi para stakeholder untuk berkoordinasi dalam penanganan keadaan darurat.
Koordinasi di Emergency Operation Center akan melibatkan personel dari seluruh stakeholder yang berkolaborasi di dalam tim khusus yakni Safety Issue Team dan Safety Action Group.
Pembentukan Safety Action Group melibatkan stakeholder di bandara seperti maskapai dan instansi terkait yakni pemerintah daerah, BNPB, SAR dan lain sebagainya untuk membahas tindakan langsung terkait penanganan keadaan darurat.
Cin Asmoro menambahkan, secara berkala AP II pun melakukan pengecekan terhadap keandalan infrastruktur dan fasilitas di sisi udara.
"Sisi udara dan sisi darat menjadi prioritas. Di sisi udara dilakukan inspeksi terhadap kekesatan runway, taxiway dan apron serta fasilitas sisi udara. Pengecekan dilakukan juga terhadap sistem drainase bandara. Di samping itu, AP II dan stakeholder juga secara rutin melakukan ramp check atau inspeksi keselamatan," tukasnya.