“Ketika metode atau teknik wawancara yang digunakan itu bukan berbasis pada bukti dan riset, maka kualitasnya itu bakalan rendah,” ujarnya.
Adapun teknik dan metode yang dilakukan pada Ricky Rizal menggunakan berbasis riset sehingga kualitasnya tinggi.
Menurut dia, yang paling utama wawancara dilakukan dengan teknik berbasis riset sehingga efektif untuk mengingat peristiwa pada masa lalu.
Dalam ruang sidang pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kuasa Hukum Ricky Rizal bertanya kepada saksi ahli tentang sikap Ricky yang mengambil senjata api milik Brigadir Yosua.
Menurut Nathanael ketika Ricky Rizal berusaha mengambil senjata Yosua tujuannya sebagai langkah pencegahan atas peristiwa yang dilihatnya atau peristiwa di Magelang agar tidak menjadi suatu konflik yang besar.
BACA JUGA:Pengunjung Objek Wisata Goa Sunyaragi Cirebon Meningkat 15 Persen Selama Nataru
“Itu merupakan suatu sikap Ricky sebagai langkah mitigasi atas peristiwa yang dilihatnya pada peristiwa di Magelang,” Ucap Nathanael.
"Berkaitan detail informasi disampaikan betul keterangan disampaikan Ricky secara langsung saya pikir dia paham betul beliau secara usia dan kepangkatan bisa dikatakan senior di antara perangkat lain di antara pimpinan mereka di Magelang tersebut," ujarnya.
Saat itu, Ricky melihat adanya konflik emosi negatif yang terjadi antara Brigadir J dengan Kuat Ma'ruf dan Putri Candrawathi terkait dugaan pelecehan seksual di Magelang.
Ricky Sebagai senior ajudan saat itu yang memiliki kematangan dibanding dengan ajudan yang lain dia harus mengambil tindakan tertentu.
“Didukung profil Ricky, dia ambil langkah karena dia juga saat sampai ada situasi tak biasa, konflik dua pihak, Brigadir Yosua dan Kuat ada emosi negatif, termasuk ibu Putri sehingga ini putusan dalam situasi ambigu dan dia sebagai senior atau pemimpin dari perangkat tersebut maka dia harus ambil tindakan tertentu," ujarnya.