"'Jadi mohon bapak, selaku orangtua kita yang saya hormati di area kerja, harus memberikan kenyamanan fasilitas sarana prasarana.
"'Terutama mementingkan kesehatan karyawan, itu paling penting pak'," beber Erma.
Sebelumnya, Erma berani membongkar sistem jam kerja yang tak normal diterapkan oleh atasan perusahaan tersebut.
Menurutnya, jam kerja para karyawan pabrik SAI bisa melebihi 8 jam kerja, namun ternyata tak pernah mendapat penambahan gaji.
Erma mengaku selama 6 hingga 8 bulan karyawan di pabrik SAI tak mendapat uang lembur.
"Sudah berbulan-bulan. Kalau perusahaan kan sudah setahunan. Ini mungkin sekitar 8 bulanan gak dibayar," imbuhnya.
Selain uang lembur, PT SAI juga disebutnya menerapkan sistem simpan jam kerja, tetapi ternyata banyak karyawan yang sulit mendapatkan cuti kerja.
Ia merasa perusahaan tersebut memaksa para karyawannya kerja di luar batas kemampuan.
Dalam sebuah video yang beredar di media sosial, Erma sempat ditegur suaminya lantaran bekerja selalu lembur tetapi tak pernah mendapat penambahan gaji.
“Suami saya bilang kerja sampai malam tapi tidak dibayar, ‘kamu pulang kerja jam segini ngapain, padahal gaji juga gak nambah," kata Erma.
Kesejahteraan dan Kesehatan Karyawan Dipertaruhkan
Menurut Erma sistem jam kerja yang melebihi batas, tapi tak pernah dibayar, mempengaruhi efisiensi kerja di perusahaan tersebut.
Bukan hanya itu, Erma juga mempersoalkan pentingnya kesejahteraan dan kesehatan para karyawan di tempat ia bekerja itu.
“Memang efisensi perusahaan adalah hal yang penting namun kesejahteraan dan kesehatan karyawan lebih penting,” tambah Erma.