" Yang nomor dua, memberikan arahan, termasuk pada saat itu kami meminta kepada seorang karyawan atau karyawati yang kebetulan bersuku Bali hadir untuk dapat lebih mengedepankan ciri-ciri kebudayaan Bali di dalam proses menyambut selamat datang atau kritik atau pemeriksaan Bea-Cukai. Misalkan, kami menyarankan untuk dapat menggunakan bije atau beras suci yang biasanya didapat setelah bersembahyang," katanya.
" Maka dari itu, kami tidak ada menyebutkan nama agama apa pun, nama suku apa pun, dan juga kepercayaan apa pun. Bahwa hal tersebut sudah selaras dengan peraturan Perda Bali No 2 Tahun 2012 yakni tentang Pariwisata Bali yang berlandaskan kebudayaan yang dijiwai oleh agama Hindu," tutupnya.
Sementara itu Ni Luh Djelantik sebagai pengusaha sekaligus tokoh masyarakat Bali memberikan komentar terkait pernyataan Arya Wedakarna yang menolak staf penyambut tamu atau frontliner Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, menggunakan penutup kepala.
BACA JUGA:Pasca Gempa M 7,5, Terjadi Kebakaran Hebat di Ishikawa Jepang, 30 Bangunan Runtuh
“ Puluhan ribu komentar di berbagai Platform mengkritik dan menyayangkan pernyataanmu.Bali dan Rakyat Bali dihujat dimana.Tak terhitung yang mengetag akun mbok niluh,” kata komentar Ni Luh Djelantik di Isntagram pribadinya.
Ni Luh Djelantik meminta agar Arya Wedakarna meminta maaf dan bertanggungjawab atas ucapan Senator Bali tersebut.
“ Jika kamu ingin frontliner di bandara pake bunga pake bija ya silakan sampaikan dengan padat singkat jelas. Petugas beacukai sudah mengakui kesalahannya. fokus pada kualitas pelayanan publik. Mengapa menjadi melebar kemana-mana menampilkan penutup kepala dan timur tengah," kata Ni Luh Djelantik.
" Ngapain pakai kata tamiu tinggal di Bali sementara cari makan? Kamu tau kan kalau banyak orang Bali merantau ke luar Bali ? Kamu paham kan banyak orang Bali tinggal dan kerja di Timur Tengah?,” katanya.
Ibunda dari Bung Karno, Fatmawati pakai kerudung. Ibu negara, istri dari Jokowi sering mengenakan hijab, keluarga rakyat Bali tak jarang multikultural, rumah lain bisa terdiri dari beberapa agama.
Kamu pernah ke Pegayaman ? Kamu pernah ke Banjar Bali? Kamu pernah ke Denpasar? Lihat betapa heterogennya Bali dan kami hidup baik-baik saja.
BACA JUGA:Berpotensi Bahaya, PVMBG Sebut 3 Gunung Api di NTT Berstatus Waspada
BACA JUGA:Malam Tahun Baru, Polisi Tangkap 6 Remaja Tanggung yang Hendak Tawuran di Cengkareng
Ni Luh Djelantik menambahkan, bahwa sedih banget baca komen-komen masyarakat yang merasa tersakiti oleh pernyataanmu.
“ Kami yang susah payah menjaga toleransi ikut sekarang kena getahnya,” uyar Ni Luh Djelantik.
Kamu harus minta marfa dengan tulus, lakukan seger sebelum terlambat, dan jaga kerukunan serta rawat keberagaman bangsa ini.