Situasi di Timur Tengah, pasukan Inggris dan AS melancarkan serangan udara ke Yaman sebagai respons terhadap serangan Houthi yang didukung Iran terhadap pelayaran komersial di Laut Merah.
BACA JUGA:Istana Umumkan Raja Charles Divonis Penyakit Kanker, Ada Pembesaran Prostat
BACA JUGA:Akademisi Australia dr Yang Jun Dihukum Mati Pengadilan Tiongkok, Dituding Mata-Mata
Gates bukan satu-satunya yang menunjukkan ledakan konflik yang tiba-tiba baik militer, ekonomi, atau diplomatik di seluruh dunia.
Seperti Rusia mengejutkan dunia dengan invasinya ke Ukraina, dan serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober tahun lalu dan respons brutal Israel mengakhiri apa yang tampaknya merupakan langkah lambat menuju perdamaian.
Serangan Iran di Timur Tengah dengan menggunakan pesawat tanpa awak (drone) yang sangat efektif, namun murah dan sederhana telah mengguncang kepercayaan terhadap persenjataan negara-negara Barat yang berteknologi tinggi dan mahal.
Korea Utara tiba-tiba mengakhiri perundingan perdamaian dengan Korea Selatan sambil meningkatkan uji coba rudal barunya beberapa di antaranya dapat membawa hulu ledak nuklir ke Amerika Serikat.
BACA JUGA:112 Orang Tewas Akibat Kebakaran Hutan Chile, 1.600 Kehilangan Tempat Tinggal
BACA JUGA:Imran Khan dan Istrinya Dihukum 7 Tahun Penjara, Pernikahan Eks PM Pakistan Langgar Syariat Islam
Sementara Tiongkok terus memaksa dan mengancam India, Jepang, Taiwan, Filipina, Malaysia, dan Vietnam hanya satu tingkat di bawah konflik terbuka.
Dan di tengah semua itu, jaringan perdagangan rapuh yang menopang perekonomian global terutama pasokan chip silikon dan mineral langka namun penting mulai terfragmentasi.
Jadi, apakah kita sedang menuju Perang Dunia 3?
“ Jawabannya belum pasti,” kata Profesor Andrew Dorman dari lembaga pemikir strategis Inggris, Chatham House.
Di satu sisi, besarnya biaya perang dan risiko kehancuran yang tak terhindarkan bagi kedua belah pihak tampaknya semakin tinggi.
BACA JUGA:Hoaks! Kate Middleton Sempat Koma Setelah Operasi Perut, Ini Kata Istana