Mengapa individu bisa mengalami Gangguan Jiwa?
Psikiater RS Jiwa Soeharto Heerdjan/Dosen FK Univ.YARSI dikutip dari laman resmi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia mengatakan jika dilihat dari sudut pandang kedokteran semua penyakit mempunyai etiologi atau penyebab yang sama yaitu faktor biologis, psikologis dan sosial.
Seseorang yang mempunyai kecenderungan atau mempunyai risiko penyakit jantung secara genetik/biologis maka akan betul-betul menjadi sakit jantung bila life stylenya buruk, misalnya merokok, obesitas , ambisius/work alcoholic dll.
Individu tersebut bisa menjadi sakit jantung jika terjadi interaksi yang saling mempengaruhi antara bakat genetik ditambah dengan faktor psikososial (lifestyle dsb).
Analog dengan contoh di atas maka penderita gangguan jiwa juga disebabkan oleh faktor genetik/biologis, psikologis dan lingkungan sosialnya.
Jadi tidak benar bahwa individu yang mengalami gangguan jiwa hanya semata-mata karena faktor psikologis saja atau bahkan sampai stigma bahwa individu tersebut tidak bermoral atau kurang beriman. Karena pada dasarnya gangguan jiwa sama dengan penyakit fisik, misalnya pada individu yang cemas atau depresi, maka pada diri individu tersebut terdapat ketidakseimbangan neurokimiawi di sistem otaknya.
Dengan demikian individu dengan gangguan jiwa juga sama membutuhkan obat untuk memperbaiki neurokimiawi di sistem otaknya.
Teori ilmu kedokteran jiwa mutakhir bahkan mengatakan bahwa gangguan jiwa adalah “ brain disease’ , sehingga tidak ada perbedaan antara individu gangguan jiwa dengan individu yang sakit – misalnya darah tinggi atau jantung.
Mereka sama-sama individu yang secara medis kedokteran mengalami gangguan kesehatan.