Daya Beli Semakin Turun, Ekonom Ungkap Bahayanya ke Pertumbuhan Ekonomi

Selasa 15-10-2024,15:30 WIB
Reporter : Bianca Khairunnisa
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Penurunan daya beli yang terjadi selama beberapa bulan terakhir hingga kini masih menjadi momok menakutkan bagi perekonomian Indonesia. 

Bahkan, sejumlah Ekonom mengkhawatirkan kalau fenomena penurunan daya beli ini akan terus berlanjut hingga pemerintahan Presiden Terpilih Prabowo Subianto nanti.

BACA JUGA:Daya Beli Masyarakat Melemah, Bank Dunia Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Melambat

BACA JUGA:Jaga Kestabilan Ekonomi, Menko Airlangga Tekankan Pentingnya Jaga Daya Beli

Menurut keterangan Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, saat Ini kebanyakan masyarakat, terutama mereka yang berasal dari kelas menengah, lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan primer ketimbang kebutuhan tersier mereka.

“Kelompok kelas menengah sekarang bergerak untuk membeli kumpulan makanan,” ujar Tauhid saat dihubungi oleh Disway pada Selasa 15 Oktober 2024.

Selain itu, Tauhid juga menambahkan bahwa konflik Timur Tengah yang saat ini tengah berlangsung, juga turut menjadi faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat saat ini.

BACA JUGA:Tidak Hanya Penurunan Daya Beli, Ekonom Sebut Deflasi Dipicu Perubahan Pola Belanja

BACA JUGA:Bangun Rumah Sendiri Kena Pajak 2,4%, Ekonom INDEF Khawatir Daya Beli Bakal Terdampak

“Saat konflik, yang terjadi biasanya ya harga minyak internasional kalau terjadi di konsekuensinya. Ya BBM non subsidi maupun yang subsidi akan berantem naik konsekuensinya invasinya bisa besar,” ujar Tauhid.

Selain itu, Tauhid menambahkan bahwa kondisi penurunan daya beli ini juga menjadi alasan dibalik Deflasi yang sudah berjalan sejak Bulan Mei 2024 lalu, atau sejak lima bulan yang lalu.

BACA JUGA:Daya Beli Masyarakat Menurun, Kemenperin Ungkap Dampaknya ke Industri

BACA JUGA:Daya Beli Masyarakat Menurun, Kemenperin Akan Soroti Dua Kebijakan Ini

Menurutnya, deflasi dan penurunan daya beli ini juga akan menjadi hambatan yang memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional.

“Hasilnya, ekonomi kita nanti stuck di lima persen. Kemiskinan dan pengangguran bertambah,” jelas Tauhid.

Kategori :