IMF Sebut Ekonomi Indonesia Akan Sulit Tumbuh ke 8 Persen, Ekonom INDEF Ungkap Alasannya

Senin 28-10-2024,22:59 WIB
Reporter : Bianca Khairunnisa
Editor : M. Ichsan

JAKARTA, DISWAY.ID-- Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memprediksi bahwa target pertumbuhan ekonomi 8 persen di era pemerintahan Prabowo Subianto akan sulit tercapai.

Bahkan, IMF juga memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam periode 2025-2029 akan stagnan di angka 5,1 persen.

BACA JUGA:Di Tengah Gejolak Ekonomi Global, IMF Malah Beri Proyeksi Positif Ekonomi Indonesia

BACA JUGA:Saat 95 Negara Antre Jadi Pasien IMF, Menteri Bahlil Pamer Realisasi Investasi Indonesia!

Diketahui, proyeksi IMF ini dibentuk berdasarkan salah satunya adalah kebijakan anggaran Pemerintah, serta kebijakan pengeluaran dan pendapatan negara dalam jangka menengah.

Menanggapi hal ini, Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad mengungkapkan bahwa selain faktor-faktor yang disebutkan oleh IMF tersebut, ada beberapa faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi 8 persen akan sulit tercapai. Salah satunya adalah karena target investasi yang masih sulit tercapai.

"Agar 8 persen itu kan investasi ya, targetnya sekitar Rp13.600 investasi untuk PMA sama PMBN ya. Tetapi yang berat untuk capai situ adalah Incremental Capital Output Ratio (ICOR), ICOR kita itu di angka 6. Jadi itu ICOR semacam isilahnya, apa namanya, semacam hambatan investasi kita," ujar Tauhid saat dihubungi oleh Disway pada Senin 28 Oktober 2024.

BACA JUGA:Jakarta Gelar IMF 2024, Heru Tekankan Otoritas Perkotaan dalam Pembangunan Berkelanjutan

BACA JUGA:Hutang Indonesia ke IMF Sudah Melampaui Batas, Ekonom Beri Peringatan Tegas!

Melanjutkan, Tauhid menambahkan bahwa ICOR di Indonesia masih sangatlah tinggi. Menurutnya, jika ICOR di Indonesia dapat mengecil, maka investasi di Indonesia juga akan semakin mudah.

"Itu tinggi sekali (ICOR), karena ICOR-nya tinggi. Kalau semakin kecil ICOR-nya, maka biaya atau hambatan investasi semakin mudah," pungkas Tauhid.

Selain itu, Tauhid juga menambahkan bahwa faktor lainnya yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi 8 persen adalah tingkat konsumsi rumah tangga. Menurut Tauhid, pendapatan masyarakat yang rata-rata berasal dari kelas menengah ke bawah menyebabkan tingkat konsumsi rumah tangga sulit bertumbuh.

BACA JUGA:DKI Jakarta Sukses Tuan Rumah Pertemuan IMF 2024, Heru Budi Mengharapkan Ini

BACA JUGA:Terpilih Jadi Tuan Rumah Pertemuan IMF, Jakarta Menuju Pembangunan Berkelanjutan

"Untuk capai 8 persen berarti pertumbuhan konsumsi rumah tangga juga harus 8 persen, karena struktur ekonomi konsumsi rumah terdekat 58 persen kontribusinya, jadi kalau syarat agar 8 persen tercapai, maka konsumsi rumah tangga harus 8 persen. Nah itu berat konsumsi rumah tangga,dikasih bantuan sosial pun, gak mudah pertumbuhan itu sampai 8 persen," pungkas Tauhid.

Kategori :