5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Lengkap Kunci Jawaban, Referensi Buat Guru!

Minggu 27-07-2025,11:07 WIB
Reporter : Rury Pramesti
Editor : Rury Pramesti

JAKARTA, DISWAY.ID - Berikut adalah contoh studi kasus PPG 2025 lengkap dengan kunci jawabannya yang bisa menjadi referensi untuk guru.

Seperti yang diketahui, studi kasus adalah salah satu tahapan penting pada proses PPG atau Pendidikan Profesi Guru tahun 2025.

Di dalam tugas ini, nantinya para guru diminta untuk menuliskan sejumlah pengalaman nyata yang telah mereka hadapi selama mengajar di sekolah.

BACA JUGA:Jawaban Cerita Refleksi Modul 3 Topik 1 PPG 2025: Apakah Tujuan Bapak/Ibu Menjadi Guru Sudah Tercapai?

Adapun, dalam penulisan studi kasus ini akan dibatasi maksimal 500 kata.

Dari tugas ini pun, guru bisa menunujukkan kemampuannya dalam mengidentifikasi, menangani serta merefleksikan permasalahan yang terjadi di dalam kelas.

Agar bisa membantu guru dalam menyusun penulisan ini, berikut ada beberapa contoh studi kasus PPG 2025 yang bisa menjadi referensi, mencakup jenjang SD hingga SMA.

5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Lengkap Kunci Jawaban

1. Menghadapi Siswa Hiperaktif di Kelas

Sebagai guru kelas IV SD, saya pernah menghadapi tantangan saat mengajar seorang siswa yang tergolong hiperaktif. Sebut saja namanya Riki. Ia sangat aktif, sering berjalan-jalan di kelas, berbicara terus-menerus, bahkan terkadang mengganggu temannya saat kegiatan belajar berlangsung. Kondisi tersebut membuat suasana kelas tidak kondusif dan mengganggu konsentrasi siswa lain.

BACA JUGA:Kunci Jawaban Refleksi Modul 3 PPG 2025: Bagaimana Lakukan Refleksi Praktik Mengajar di Sekolah?

Awalnya, saya merasa frustrasi karena teguran lisan yang saya berikan hampir setiap hari tidak membuahkan hasil. Bahkan, ketika saya mencoba memindahkan tempat duduknya ke depan agar lebih mudah diawasi, ia tetap menunjukkan perilaku yang sama. Saya menyadari bahwa pendekatan disiplin semata tidak cukup untuk menghadapi anak dengan kebutuhan khusus seperti Riki.

Saya kemudian mencari tahu lebih lanjut mengenai karakteristik anak hiperaktif melalui membaca literatur dan berdiskusi dengan guru BK di sekolah. Saya mulai memahami bahwa Raka sebenarnya bukan anak nakal, tetapi ia memiliki kebutuhan khusus dalam cara belajar dan berperilaku. Dari situ, saya mencoba mengubah pendekatan saya secara menyeluruh.

Pertama, saya mulai memberi tugas-tugas kecil yang bersifat aktif dan melibatkan gerak, seperti membagikan lembar kerja atau menjadi pemimpin kelompok diskusi. Aktivitas ini membuat energi Raka tersalurkan secara positif. Kedua, saya menggunakan sistem reward sederhana untuk perilaku baik, seperti stiker atau pujian di depan kelas ketika ia berhasil menyelesaikan tugas tanpa mengganggu.

Tak hanya itu, sebagai guru saya juga menjalin komunikasi yang lebih dekat dengan orang tuanya, agar bisa mengetahui rutinitasnya di rumah dan menyamakan strategi pendampingan. Di waktu senggang, saya sesekali mengajak Riki berbicara secara personal, agar ia merasa diperhatikan dan diterima.

Lambat laun, perubahan pun mulai terlihat. Meskipun ia masih aktif, Riki menjadi lebih terkontrol. Ia mulai tahu kapan harus diam dan kapan boleh aktif. Ia juga tampak lebih percaya diri karena tidak lagi sering dimarahi. Suasana kelas pun menjadi jauh lebih kondusif, dan teman-temannya mulai lebih bisa menerima keberadaan Raka.

Dari pengalaman inilah, saya belajar bahwa setiap anak memiliki kebutuhan dan karakter yang berbeda. Guru harus peka, sabar, dan terus belajar agar bisa memberikan pendekatan yang tepat. Menghadapi anak hiperaktif bukan hanya soal mendisiplinkan, tetapi bagaimana kita membantu mereka menemukan cara terbaik untuk belajar dan mengekspresikan diri secara positif.

Kategori :