5 Contoh Studi Kasus PPG 2025 Lengkap Kunci Jawaban, Referensi Buat Guru!

Minggu 27-07-2025,11:07 WIB
Reporter : Rury Pramesti
Editor : Rury Pramesti

Sebagai guru Bahasa Inggris di jenjang SMP, saya pernah menghadapi siswa kelas IX yang seringkali berbicara menggunakan bahasa kasar, baik kepada teman maupun saat menanggapi instruksi guru. Misalnya, ketika saya membagikan tugas speaking, ia merespons dengan komentar sinis dan kata-kata tidak pantas seperti, "Ngapain sih ribet amat, Miss!" atau "Temen gue ini nyebelin banget!" disampaikan dengan nada tinggi di depan kelas.

Awalnya, saya mencoba menegurnya secara langsung di dalam kelas agar menjadi peringatan bagi siswa lain. Namun, teguran itu justru membuatnya semakin defensif dan tidak kooperatif. Ia malah bersikap lebih tertutup dan sering menolak berpartisipasi dalam kegiatan belajar.

Melihat hal ini, saya menyadari bahwa penanganannya tidak cukup hanya dengan teguran. Saya kemudian mengatur waktu untuk berbicara empat mata dengannya di luar jam pelajaran. Saya memulai dengan pendekatan empatik-menanyakan kabarnya dan membiarkan ia merasa didengar terlebih dahulu. Setelah suasana lebih tenang, saya menjelaskan dampak dari ucapan-ucapan kasarnya terhadap suasana kelas dan perasaan teman-temannya.

Dari perbincangan tersebut, saya mengetahui bahwa siswa tersebut sering merasa tertekan di rumah dan mengekspresikan kekesalannya di sekolah. Bahasa kasar menjadi bentuk pertahanan dirinya agar terlihat kuat di hadapan teman-temannya. Saya pun berkoordinasi dengan wali kelas dan guru BK untuk menindaklanjuti secara lebih menyeluruh.

Dalam kelas, saya juga mulai menerapkan aturan berbahasa yang lebih tegas namun positif. Saya memberi contoh penggunaan bahasa sopan dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Misalnya, saya memberikan pujian bagi siswa yang menyampaikan pendapat dengan baik dan membenarkan kalimat yang kasar dengan versi yang lebih santun. Saya juga mengajak siswa membuat "class agreement" yang salah satu poinnya adalah penggunaan bahasa yang saling menghargai.

Beberapa minggu kemudian, saya mulai melihat perubahan. Siswa tersebut mulai menunjukkan usaha mengendalikan ucapannya. Meskipun masih kadang terpeleset, ia terlihat lebih sadar dan langsung meminta maaf ketika ditegur. Ia juga mulai aktif dalam kelas, terutama saat tugas-tugas yang melibatkan kerja kelompok.

Pengalaman ini mengajarkan saya jika siswa yang berbahasa kasar bukan hanya semata-mata ingin membangkang. Terkadang, hal ini adalah cerminan dari tekanan atau luka emosional yang tidak terlihat.

Karena itu sebagai guru, saya belajar betapa pentingnya untuk tidak hanya fokus pada kesalahan, namun juga mencari akar permasalahan dan membimbing siswa secara manusiawi dan konsisten.

Catatan: Contoh studi kasus ini hanya sebagai referensi menulis bagi para guru yang mengalami kesulitan untuk menjawab. Bapak/Ibu guru bisa menambahkan sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Demikian informasi terkait contoh studi kasus PPG 2025 yang dilengkapi dengan kunci jawabannya. Semoga membantu!

Kategori :