Ketertarikannya pada gamelan inilah yang membuat Mama Erik sudah bolak-balik ke Cirebon sebanyak 14 kali sejak 1976. Beliau belajar gamelan, mendokumentasikan dan ikut banyak sekali pagelaran kesenian tradisional, baik itu di keraton atau desa di Cirebon.
Menanggapi aksinya dalam pementasan “Senandung Cirebon Bersatu Dalam Warisan Budaya”, Mama Erik, berkomentar ini merupakan suatu kehormatan baginya dan juga Sanggar Sinar Surya dari Santa Barbara, AS, bisa tampil di pementasan ini.
“Terima kasih kepada Yayasan Prima Ardian Tana yang telah mengundang kami untuk tampil di pementasan ini. Saya sudah belajar seni gamelan dari beberapa daerah sejak tahun 1972. Pertama kali saya ke Indonesia tahun 1976 boleh dikatakan saya "jatuh cinta" dengan gamelan khas Cirebon,” tukas Mama Erik.
Menurutnya, gamelan Cirebon tidak kalah menarik kalau dibandingkan dengan gamelan di daerah lain, dan punya estetis yang unik dan pesona yang sangat indah.
BACA JUGA:Festival Budaya Nusantara: Gelar Kemegahan Budaya di Jantung Purwakarta
Seni budaya Cirebon, termasuk seni gamelan, adalah warisan dari para wali dan merupakan semacam tontonan dan juga tuntunan. Mengandung isi moral, spiritual, sosial, dan juga kadang-kadang humoris. Dan untuk murid-murid seni gamelan itu, pelajaran seni gamelan membawa pengaruh yang baik supaya kita bisa lebih fokus, halus, positif dan tenang.
“Saya selalu ingat ucapan dari Ibu Hj. Ratu Raja Arimbi Nurtina, Juru Bicara Keraton Kanoman waktu saya tanya mengapa gamelan Cirebon begitu menarik dan indah? Jawaban beliau, "Karena gamelan itu terbuat dari cinta”,” senyum Mama Erik mengembang.
Hingga kini, Mama Erik sudah mengeluarkan 7 CD Gamelan Cirebon.
CD-nya ini sudah menjadi acuan untuk pelajaran mengenai gamelan bagi para seniman muda di Cirebon.
Yayasan Prima Ardian Tana Juga Mengembangkan Dunia Pendidikan
Bukan hanya dunia seni dan budaya, Yayasan Prima Ardian Tana juga peduli dengan dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan pariwisata, dengan mendirikan Politeknik Pariwisata Prima Internasional di Cirebon pada 2018, dengan program Sarjana D4 Pengelolan Perhotelan, Pengelolaan Konvensi dan Acara (MICE), serta Diploma Tiga (D3) Perhotelan.
Seperti diungkapkan oleh Dr. Chondro Suyono S.E., M.M., mahasiswa dan mahasiswi Politeknik Pariwisata Prima Internasional berkesempatan untuk praktek kerja industri pada hotel berbintang di dalam maupun luar negeri, seperti di Taiwan, Malaysia, Jepang, Singapura, dan Dubai.
“Perbedaan kami dengan politeknik sejenis adalah kami menanamkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia, khususnya Cirebon kepada mahasiswa dan mahasiswi kami, juga melibatkan mereka langsung dalam berbagai kegiatan di bidang pariwisata, bekerja sama dengan dinas kebudayaan dan pariwisata Kota Cirebon, maupun Kabupaten Cirebon,” ujar Chondro, sambil menambahkan hingga kini, politeknik ini telah menghasilkan 240 lulusan.
Politeknik Pariwisata Prima Internasional juga akrab dengan dunia seni dan budaya. Belum lama ini, tepatnya 26 Juni 2025, para mahasiswa dan mahasiswi politeknik ini tampil di Galeri Indonesia Kaya (GIK), Jakarta, mementaskan Pagelaran Topeng Panca Wanda “Srawung Panca Karya Luhung Sangkan Nanjung” bersama para penari topeng ternama.
BACA JUGA:Komnas HAM Belum Mengetahui Arah Proyek Penulisan Ulang Sejarah Kementerian Kebudayaan