Di mana kualitas air dijaga ketat dengan pengukuran harian pH, suhu, dan kadar garam. Hasilnya jauh lebih baik: dari yang tadinya hanya 200-400 kilo per siklus (tiga bulan), kini bisa sampai 800 kilo-1 ton.
Hasil panen udang dijual ke restoran, pasar, pemancingan laut yang membutuhkan udang hidup, dan pembeli langsung. Beberapa bahkan bilang, rasa udangnya manis dan segar.
“Alhamdulillah, sekarang bukan cuma saya yang kerja. Tetangga juga ikut bantu panen dan packing, bantu bangun dan perawatan kolam, semua jadi dapat penghasilan,” kata Mahyadi.
Program ini lahir dari sinergi zakat produktif antara Dompet Dhuafa bersama Audy Dental dan ROIS OJK.
Modal yang disalurkan dalam program ini berupa peralatan tambak seperti kincir air, bibit, mesin, obat-obatan, hingga pelatihan teknis.
BACA JUGA:Rumah Ibadah Umat Kristen di Kota Padang Dirusak Warga, Pendeta: Bangunan Bukan Gereja!
BACA JUGA:Jadwal Bioskop Trans TV Hari Ini 28 Juli 2025, Akhir Bulan Nonton Film Thriller
Pada panen raya yang berlangsung 16 Juli 2025, program ini telah menunjukkan keberlanjutan.
“Sebelumnya banyak warga yang kekurangan bahkan tidak punya penghasilan karena tambak konvensional tidak lagi produktif. S
ekarang mereka bisa ikut panen, ikut membangun kolam, bahkan ikut belajar sistem modern. Zakat ini bukan sedekah sesaat, tapi benih kemandirian. Ini yang membedakan pendekatan Dompet Dhuafa,” ujar Ali Fikri, Local Leader - Koordinator Program Udang Vaname Dompet Dhuafa.
Dalam dua tahun berjalan, program ini sudah melibatkan lebih dari 10 warga sekitar. Bagi Pak Mahyadi, zakat yang dulu hanya dikenal sebagai bentuk amal, kini jadi ‘mesin’ pemberdayaan. Zakat ini bukan cuma bantu sesaat. Tapi membuat mereka mandiri.
Mahyadi kini bukan sekadar petambak, tapi simbol keberdayaan masyarakat pesisir. Kini, ia bermimpi menambah kolam, bahkan ingin buat produk turunan seperti sambal dan abon udang. “Biar manfaatnya makin luas. Anak muda juga bisa kerja. Desa bisa maju,” ujarnya optimis.